RT 1 - Lemah

39 9 19
                                    

"Apakah aku tak pantas bahagia?"

Lelaki muda tersebut tersenyum miris.  Badannya terasa remuk redam setelah ayahnya menyambuk badannya secara brutal.  Entah setan apa yang merasa merasuki lelaki paruh baya itu. Sampai teganya menyiksa darah dagingnya sendiri.

Adrian Ibnu Wicaksono nama yang diberikan orang tuanya.  Seorang anak korban keegoisan kedua orang tua. Diumur 18 tahun, Adrian telah menanggung segala derita.  Asam garam kehidupan telah dilewati.  Miris,  minim kasih sayang sejak kecil membuat Andrian menjadi tak tersentuh bahkan sialnya tak mempunyai teman untuk berkeluh kesah.

Jam dinding telah menunjukan pukul 06.00 pagi.  Adrian beranjak dari tempatnya meratapi nasib buruknya pagi ini setelah menerima siksaan ayahnya ia menuju kamar mandi. Sekolah menantinya setelah ini.

Diguyurnya tubuh yang penuh luka tersebut. Terdengar ringisan kesakitan akibat perih yang menjalar sampai ulu hatinya.  Sangat sakit bahkan respon tubuhnya bergetar hebat.

Setelah selesai ritual paginya.  Adrian bergegas memakai seragam untuk segera menuju sekolahnya.  Adrian berkaca sejenak,  disunggingkan senyum mirisnya sebelum ia keluar kamarnya.

Adrian terlihat tegar menerima segala takdir yang terjadi dikehidupannya.  Diraihnya tas sekolahnya kemudian berjalan ke luar dari kamarnya.

Terlihat ayahnya sedang menikmati menyesap cairan kopi hitam di cangkir tanpa menghiraukan gerak gerik disekitarnya. Adrian menghampirinya untuk berpamitan.

"Ayah, Adrian berangkat sekolah dulu." Diraihnya tangan kanan ayahnya kemudian dikecup pungung tangannya. Tapi respon lalaki paruh baya ini malah menampar pipi Adrian keras.

"Sialan. Dasar anak kurang ajar, pergi sana dari hidupku!" teriaknya penuh emosi.  Dengan mata melotot Ayah Adrian mengusir Adrian penuh keyakinan.

Jantung Adrian seperti berhenti berdetak.  Keringat dingin menyapanya membuatnya melemas.  Tapi ini bukan kali pertama kalinya Adrian diperlakukan seperti itu.

"Iya Ayah.  Adrian pergi dulu.  Asalamuallaikum." Dengan langkah gontai ia menuju motor vario putihnya untuk menuju ke sekolahnya.

***

Adrian bersekolah di SMA Garuda kencana, sekolah bertaraf internasional di daerah Surakarta. Hanya siswa-siswi unggulan yang bisa diterima di sekolah tersebut. Yah,  Adrian termasuk siswa berprestasi. Ia selalu menempati rengking teratas.

Semenjak memasuki kelas 3 SMA.  Hanya belajar, belajar dan berlajar yang Adrian lakukan.  Di sekolah pun Adrian termasuk siswa yang pendiam.Tak mempunyai teman istimewa di kehidupannya.  Teman-teman sekolahnya hanya memanfaatkan kepintarannya, berkomunikasi pun hanya ingin meminjam PR atau menjadi obyek tanya jawab pas lagi ulang.

"Woi.  Pinjem PR fisika dong!"  seru Melani.

"Buku saya ketinggalan. Maaf. Minta bantuan lainnya saja." Adrian mencoba berbohong.  Sungguh ia capek dimanfaatkan terus menerus.

"Njir.  Sombong amat lo. Gak usah formal kalau ngomong sama gue.  Dasar orang aneh. Dasar pelit, kurang ajar pula!" Melani mencerca Adrian habis-habisan.  Adrian hanya mendengarkan cercaan Melani temannya sekelasnya.

"Wajar Mel. Ia kan siswa berprestasi makanya sombong.  Kurang ajar memang.  Makanya ia gak punya teman.  Kasihan kali hidupnya!" ejek salah satu temannya kembali sambil tertawa-tawa.

"Hidup lo terlalu serius.  Gak ada bahagia-bahagianya. Hu...."

Untuk sekian kalian Adrian mendengar cercaan teman-temannya.Sungguh Adrian lelah.  Tapi Adrian hanya bisa bersabar dan bersikap acuh. Bukannya ia cupu untuk meladeni hinaan teman-temannya. Adrian berpikir akan membuang-buang waktu.  Di sekolahkan ia diharuskan menuntut ilmu bukan mencari musuh.  Jadi ia bersikap seperti itu dan terkesan membiarkan.

Setelah beberapa waktu kemudian.  Seorang guru memasuki kelasnya.

"Good morning all," sapa ibu guru menyapa siswa-siswinya.

"Morning too bu."

"Hari ini kita akan kedatangan siswi baru ya," kata Ibu guru memberi tahu kepada siswa-siswinya.

"Wah cewek nih."

"Cantik gak, Bu?"

Ibu hanya guru tersenyum tipis.  Melihat siswa-siswinya yang mulai penasaran.

"Masuk kamu.  Kenalkan dirimu," ujar Ibu guru menyuruh siswi barunya masuk ke dalam kelas untuk memperkenalkan diri.

Seorang siswi dengan berseragam syar'i memasuki kelas.  Terlihat sorot mata terduhnya membuat sekelas menatap kagum.  Ia menggunakan cadar.  Terlihat kelopak matanya menyipit akibat siswi baru tersebut tersenyum.

"Perkenalkan saya Maryam Nur Azizah. Panggil saja saya Maryam," ucap Maryam memperkenalkan diri.

Tiba-tiba jantung Adrian berdetak tak teratur setelah mendengar suara merdu Maryam.

"Astaga. Ada apa denganku," lirih Adrian memegang dada kirinya.




Tbc.

Hayo Adrian kenapa ya?
Tunggu kelanjutannya besok ya?


Rentang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang