"aku terang. moksavina terang nila. salam kenal, sabait rasi birumaji."
pemudi itu masih menunjukan deret gigi. sedang hastanya diulur, bermaksud mewakili antologi.
biru, pemuda itu masih membisu.
tak tahu, harus menyeru. raganya mulai kaku, seakan-akan baru tertembus peluru."biru, jangan diam terus. itu terang ngajak bicara. dia akan jadi teman kamu, nak." pramu mengelus surai petang tanpa terang milik biru, yang diberi gelengan buru-buru.
"teman biru cuma redup. terang bukan teman biru, bu."
biru, lagi-lagi pemuda itu menolak. nyalinya burak, raganya kena jebak. tipu yang katanya sejenak, malah jadi pejinak yang menuang dampak.
"maaf bu. kalau boleh tau—
redup itu, siapa?"harus berapa kali lagi biru menutur?
redup itu jumantara dari blao pancarona milik imaji dari biru sendiri, untuk biru sendiri. hanya saja, entah kapan hilang sendiri.yang jelas, sesuatu yang biru tak mengerti bisa membuatnya sedikit punya arti. meski nyatanya ia harus terjebak dalam buih-buih imaji yang ia buat sendiri.
"terang, ibu mohon. bantu biru, ya?"
•••
©DE-HANA
Q :: adakah orang yang
seintrovert biru?
A :: ada kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDUP
Poetry⚝ pls. 준호 / JUNHO ❛ sebuah uluran lengan. satu lampiran, yang maknanya telah jadi dua jabaran. DE-HANA ©2019 B / lowercase.