"Gue gak bisa bang..."
"Kenapa?."
"Elo pikir gue apa? Elo seenaknya jadiin gue barang taruhan."
"Plis dek.. kalo gak gue mesti telanjang ngelilingin satu kampus. Elo rela dek abang kaya gitu?."
"Siapa suruh elo taruhan sama dia."
Abang gue yang satu itu aslinya nyebelin banget. Masa gue adik perempuan dia satu-satunya dibikin jadi barang taruhan sama si Alex cowo paling nyebelin di seantero kampus. Dengan wajahnya yang ya... walaupun gue akui dia cakep banget dengan wajah campuran Indo-Ausie, tinggi semampai, hidung mancung, kulit nya putih, juga...aduh senyumnya yang bisa bikin gue gak berkedip sedikitpun. Tapi yang ngebuat gue gak mau deket-deket dia itu tingkahnya dia yang sok kegantengan plus banyak mahasiswi yang naksir sama dia yang nanti kalo aku deket-deket sama si Alex, pasti aku dimusuhin banyak cewek.
Tapi kasian juga abang gue kalo mesti ngelilingin kampus sambil telanjang.. huft....
"Ayo dong dek.. mau ya.. cuma jadian sama dia. Sebulan doang kok." Bang Rafka beneran deh nyebelin. Tapi gue gak tega liat mukanya yang memelas gitu. Gitu-gitu juga dia abang gue.
"Ya udah Kia mau. Tapi sebulan doang ya dan gue punya syarat yang mesti dipenuhin."
"Ya dek. Abang janji cuma sebulan doang, apa syaratnya?."
"Ini rahasia kita bertiga. Gak boleh ada yang tau."
"Ok tar abang bilang sama si Alex." Bang Rafka memeluk dengan gembira. Dia gembira, nah gue apa kabar?.
Hari-hari kesialan gue akhirnya dimulai..
Setiap pagi dengan rajinnya Alex menjemput gue dirumah dengan tak lupa ikut sarapan dengan keluarga besar Aditya yang terdiri dari gue anak bungsu dari tiga bersaudara, Ayah, Bunda, Bang Rafka, anak kedua beda dua tahun dengan gue dan Bang Indra yang beda lima tahun dengan gue dan sekarang bekerja di perusahaan ayah. Tanpa malu-malu Alex memperkenalkan diri sebagai pacar baru seorang Kiania Salsa Aditya. Dengan tangan terbuka Ayah dan Bunda menerima Alex yang notabene anak dari sahabat Ayah. Mereka malahan sangat senang Alex yang menjadi pacar gue.
"Bisa gak sih elo gak usah jemput-jemput gue segala?." Kata gue dengan wajah masam saat masuk kedalam mobilnya.
"Aku kamu sayang.."
"Ya kamu bisa gak, gak usah jemput aku segala kerumah." Dengan berat hati gue mesti menuruti semua perintahnya. "Tiap hari lagi."
"Gak bisa." Cuma mau jawab gitu doang mesti harus aku kamu. Males banget.
"Dari awal kan aku udah bilang ini semua cuma aku, kamu sama bang Rafka yang tau. Kok kamu gak ngikutin syarat aku?."
"Aku sebagai pihak yang menang taruhan gak nerima syarat apapun. Kecuali kamu mau abang kamu itu keliling kampus sambil telanjang."
Asli nyebelin banget orang satu ini. Gak pernah apa diajarin toleransi dirumahnya?. Lebih baik gue diam. Percuma ngomong sama orang kaya gitu.
Sepanjang perjalanan menuju kampus gue pura-pura sibuk membaca buku yang menjadi mata kuliah siang ini atau sibuk membuka sosmed di handphone gue biar gak harus ngobrol sama dia.
'Tapi kok dari rumah ke kampus berasa jauh banget, gak nyampe-nyampe?.'
"Elo mau bawa gue kemana?." Gue bertanya histeris saat melihat kendaraan yang gue tumpangi mengarah ke jalur tol. "Elo mau culik gue?."
"Kamu."
"Ya kamu mau culik aku?."
"Emhh...." ikh ni orang mau nyulik aja pake mikir dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy
Short Story18++ Kumpulan cerita pendek & one shoot Happy reading.. 10072019