The Begining

111 7 2
                                    

"Saat kau merasa menyukai seseorang, pahamilah apakah benar menyukai atau hanya sesaat menyukai."

~Rasyah~

***

Sinar mentari yang terik, angin tengah hari yang berhembus membuat helaian daun yang agak menguning rontok dari dahannya. Seterik apapun cuaca tetap saja area sekolah dengan gedung berlantai 4 ini tetap sejuk, karena terdapat banyak pepohonan dan tanaman yang sengaja ditanam di area sekolah untuk menjaga keasrian lingkungan sekolah.

Hari terakhir Masa Orientasi Siswa atau sering disingkat MOS telah berakhir,banyak murid yang pulang dengan senang karena kegiatan membosankan ini telah berakhir juga.Kakiku melangkah keluar dari gedung sekolahku,mataku langsung melihat pada punggung seorang gadis diantara para murid lainnya.Ia nampaknya tengah asyik berbincang dengan kawannya sambil berjalan pulang.

Entah sejak kapan mata ini selalu memandangnya,seorang gadis berparas cantik bagaikan bidadari yang turun dari kahyangan yang muncul dalam cerita yang pernah ku baca.Rambut pirangnya yang panjang,iris matanya yang berwarna biru langit,kulitnya yang putih pucat,dengan bulu matanya yang lebat.Cantik,tentu saja semua orang akan melihatnya seperti itu,bahkan aku pun begitu.Apalagi saat aku tak sengaja melihat senyumnya,entah kenapa nafasku terhenti sejenak.aku seperti pernah merasakan perasaan ini sebelumnya.

Mungkin sejak hari pertama MOS pertama?

Sejak pertama kali melihatnya,aku sudah tahu orang sepertiku ini tidaklah pantas untuknya.Jadi biarlah aku hanya melihatnya saja,ini sudah lebih dari cukup untukku.atau kah mungkin aku hanya ingin memastikan saja darimana perasaan gelisah ini berasal.

Aku sedikit kaget karena tiba-tiba ada tangan yang merangkul pundakku

"Oi!Syah!Dari tadi gua panggil lu tapi lu nyahut juga,kenapa?"

Aku membuang napasku perlahan.

"Oh,Erwin ternyata.Tidak ada apa-apa," jawabku seadanya.

Seolah tahu apa yang sedang kutatap tadi,Erwin melontarkan pandangannya pada apa yang sedang kulihat.Gadis itu telah berjalan keluar gerbang sekolah dan berbelok ke arah kiri.Mata Erwin kini kembali tertuju padaku,sebelah alisnya ia angkat dan senyuman yang seolah tengah menggodaku.

"Lu ... Tertarik pada gadis pirang tadi kan?"

Aku melepaskan tangan Erwin yang merangkul pundakku,tangannya berat kalian harus tahu itu.

"Ahh ... tidak seperti itu" Jawabku dengan tawa kecil.Mungkin aku agak sedikit berbohong?Aku tidak tahu karena belum bisa memahami perasaanku sendiri.

Seseorang menyenggol lenganku dan suara yang berbisikpun hinggap di telingaku.

"Kalau lu suka mending lu utarakan saja, dari pada direbut orang lain kan?" ujar seorang temanku,Yudha dengan senyum jahilnya.

Aku hanya menghela napas kecil dengan sedikit senyuman

"Entahlah" jawabku sambil meninggalkan mereka berdua yang saling bertatapan dengan perasaan heran.

"Rasyah,segeralah ganti pakaianmu dan turun.ibu sudah masak untuk makan siang."

Baru saja tiba ibuku sudah menyambutku dengan teriakkannya dari arah dapur
"Ahh ... Iya.Tapi sebelum itu aku ingin mandi terlebih dahulu" jawabku agak sedikit menaikkan volume suaraku.

Aku memijakkan kakiku pada anak tangga yang tak jauh dari arah pintu depan,begitu aku masuk ke dalam kamar aku melempar tasku ke sudut ruanganku melepas bajuku kemudian mandi.Setelah itu aku berbaring di ranjangku sejenak,menatap atap kamarku dengan pandanganku yang menerawang dan beban kecil dipikiranku.Aku memikirkan ucapan Yudha di sekolah tadi.tidak ini mungkin bukan soal itu aku hanya ingin tahu darimana rasa gelisah ini berasal.

Pride And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang