Kakinya berhenti, menemukan mobil hijau yang dinaikinya bersama gadis itu masih terparkir rapi di tepi jalan sekitar Times Square. Justin terdiam sejenak, lalu masuk kedalam mobil disusul oleh Marsha.
Selama diperjalanan hanya hening yang melanda. Marsha memilih untuk menoleh ke luar jendela karena lelaki disampingnya hanya diam tak bersuara.
Sembari mengemudi, Justin sesekali meliarkan matanya melirik kesekitar, siapa tahu menemukan sosok yang dicarinya. Tapi nihil, jalanan sudah sepi karena sudah memasuki waktu tengah malam.
Ia membuang nafas berat dan menambah kecepatan kendaraan agar cepat sampai ke tujuan. Justin melirik kearah Marsha dari sudut matanya.
Mobil mewah itu melintasi jalan raya yang dilalui beberapa kendaraan lainnya. Justin memutar setirnya kearah kanan dan memasuki perumahan sederhana.
"Jadi mereka menyuruhmu untuk tinggal disini?" tanya Justin seraya melihat rumah-rumah yang berbaris rapi. "Dan mereka juga tinggal disini?"
Marsha berdeham sebagai jawaban. Ia menunjuk kearah salah satu rumah bercat krem. Justin menghentikan mobilnya di depan rumah itu.
Diam beberapa saat, Marsha melepaskan seatbelt lalu menoleh kearah Justin. Lelaki itu menatap lurus kedepan.
"Uhm, kau mau masuk dulu?" tanya gadis itu hati-hati.
Kepalanya menoleh, menatap Marsha dalam diam. Marsha merasa canggung lalu menggigit bibir bawahnya. Menunggu jawaban lelaki itu. Padahal ketika mereka masih bersama, tidak ada suasana canggung seperti saat ini.
Tanpa berkata-kata, Justin melepas seatbelt nya dan keluar mobil. Marsha menghela nafas kecewa. Tidak ada Justin yang manis seperti dulu. Sekarang, semuanya terasa asing. Kemudian ia menyusul keluar.
Keduanya saling berhadapan. Sekitar perumahan tampak senyap, beberapa penghuni hanya berjalan-jalan santai tanpa mengeluarkan suara.
"Aku mengantarmu sampai disini saja." kata Justin datar. Ia menoleh kesekitar, memperhatikan rumah yang berada di baris kelima setelah rumah bertingkat tiga. Pandangannya jatuh pada mobil hitam didepan rumah itu yang masih menyala.
Sekilas tampak ada orang didalam mobil itu. Namun ia tidak terlalu jelas ada berapa orang, kemungkinan hanya dua orang saja. Merasa itu tak penting, Justin kembali menjatuhkan perhatiannya pada gadis dihadapannya.
"You want to go in? Or go straight home?" tanya Marsha pelan.
Melihat lelaki itu menggeleng, Marsha tersenyum kecut. Ia mundur beberapa langkah dan melambai kecil. "Okay, take care."
Ketika Justin hendak berbalik, Marsha segera memeluk tubuh lelaki itu. Menyembunyikan wajahnya pada dada bidang lelaki itu. "You really forgive me? I will not be relieved that you don't say anything."
"Aku sudah memaafkanmu, Sha." Justin mengusap rambut gadis itu lembut tanpa adanya balasan pelukan.
Marsha melepas pelukannya, Justin mengecup kening gadis itu singkat. Ia terdiam cukup lama, mengutuk yang baru saja dilakukannya. Lalu Justin berbalik usai berucap, "Aku pergi dulu."
Ketika mobil Justin meninggalkan pekarangan rumahnya, Marsha memegang keningnya dengan pipi merona. Lelaki itu baru saja melakukan kebiasaan saat mereka berpacaran dulu.
Itu artinya, dia masih mencintaiku 'kan? Batin Marsha senang.
Selepas kepergian mobil mewah itu, dua orang yang berada didalam mobil hitam itu keluar bersamaan ketika sosok berbalut gaun midi masuk ke dalam rumah lalu ikut masuk ke rumah minimalis bercat blue ocean tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1
RomanceYOUNG-ADULT 17+ *BOOK1 ON MILLANEZ SERIES* Rank #73 dalam Percintaan (31/07/2019) Rank #68 dalam Percintaan (03/08/2019) Rank #62 dalam Percintaan (05/08/2019) Rank #3 dalam Aksi (20/06/2021) Ini hanya mengisahkan tentang seorang gadis cantik, jeniu...