10. Keputusan

1.8K 511 50
                                    

Ada apa dengan Nada?

Sejak hari itu, Nada tidak pernah muncul di sekolah. Dia tidak pernah mengangkat telpon Sean, setiap pesan yang dikirimkan Sean juga tidak dibalas.

Berkali-kali Sean datang ke rumahnya. Tapi Nada tidak pernah bersedia menemuinya. Membuat Sean semakin yakin pasti ada sesuatu yang terjadi saat Sean dipanggil guru tempo hari.

Sekarang apa yang harus Sean lakukan?

Sean kehabisan cara. Bicara apa pun Nada sudah tidak mau mendengarnya, Nada memilih mengurung diri di kamar.

Bahkan walau orang tua dan adiknya bertanya pada Nada sebenarnya apa yang sudah terjadi, Nada selalu menjawab dia baik-baik saja. Dia hanya sedang tidak ingin diganggu atau pun keluar rumah.

Nada semakin kehilangan rasa percaya dirinya.

"Maaf, Kak Sean. Kak Nada bilang tetep gak mau ketemu." Putri tersenyum sedih. Menyampaikan kabar yang tidak menyenangkan pada Sean untuk kesekian kali. Sean hanya berdiri di depan pintu, menatap ruang kosong di balik punggung adik pacarnya.

Ini sudah satu minggu.

"Apa aku gak bisa ketemu sama Nada bentar? Maksud aku, sampe depan pintu kamarnya juga gak pa-pa." Sean menatap Putri memohon. Membuat Putri bergerak tidak nyaman. Di satu sisi, Putri kasihan pada Sean, tapi di sisi lain, Putri tidak bisa memaksakan kehendak kakaknya.

Putri tidak mau lebih membebani hidup sang kakak.

"Sebentar aja, please."

Putri mengangguk. Ini juga demi kebaikan Nada. Putri sendiri tahu kalau Sean merupakan salah satu orang paling berharga dalam hidup kakaknya. Berkat Sean, Nada selalu kuat. Karena Sean, Nada selalu percaya diri tidak memedulikan pendapat miring orang-orang tentangnya.

Menjauh dari Sean ... hanya akan membuat Nada semakin menderita dan menyesal nantinya.

Sean berjalan memasuki rumah. Putri membuntutinya, Sean menaiki tangga, setengah berlari dia menuju kamar Nada. Sesampainya di depan pintu, Sean mengetuk pintu dua kali.

Hening.

Sean mengetuk pintu lagi, "Nad..." panggilnya.

***

Nada berbaring di ranjang. Matanya menyorot langit-langit kamarnya layu. Berbeda dengan biasanya, kali ini Nada membiarkan kamarnya berantakan. Dia terlalu lemas. Nada bahkan sudah enggan walau merapikan kamar seperti yang selama ini selalu dia lakukan.

Sudah berapa hari dia tidak bertemu Sean?

Nada sengaja membiarkan ponselnya mati karena habis baterai. Nada bahkan sudah jarang meninggalkan kamar. Sarapan, makan siang, bahkan makan malamnya sering diantar salah satu ART rumahnya ke depan kamar.

Sesekali ... Nada mengizinkan orang tua dan adiknya masuk. Mereka dibuat Nada khawatir. Mereka dibuat Nada tersakiti lagi.

Harusnya ... waktu itu aku mati.

Nada bergumam dalam hati. Apa benar tidak apa-apa dia hidup sampai hari ini? Walau dia dikelilingi banyak orang yang menyayanginya, tapi orang-orang yang membenci keberadaan Nada jelas lebih banyak.

Seolah ... dunia ingin menunjukkan tidak ada tempat bagi seseorang penyandang disabilitas sepertinya.

Untuk apa Nada hidup? Tuhan membencinya, Tuhan sudah mengabaikannya.

Tidak.

Nada mencengkeram seprainya kuat-kuat. Dia menggigit bibir bawahnya kuat.

Tuhan justru sangat menyayangi Nada. Nada diberikan kesempatan tetap hidup, memiliki keluarga yang sangat menyayanginya, Sean yang menerima Nada apa adanya. Satu-satunya yang diambil dari Nada hanya sebatas suara.

Nada tidak bisa membayangkan bagaimana seandainya kalau dalam kecelakaan saat itu kaki, tangan, atau matanya juga diambil?

Tuhan sangat mencintai Nada. Tuhan memberikan Nada banyak hal yang tidak semua orang lain punya.

Hanya Nada yang tidak pandai bersyukur. Mungkin itu salah satu sebabnya kenapa sampai hari ini Nada sangat menderita.

Aku ... kangen Sean.

"Nad..." panggilan setelah ketukan pintu membuat Nada tertegun. Nada mengalihkan pandangan, menyorot pintu terkejut. "Kamu bisa denger aku?"

Itu memang suara Sean.

Nada duduk tegap. Dia berkedip beberapa kali. Tidak menyangka kalau Sean akan memaksa seperti ini. Bukankah tadi Nada sudah mengatakan pada Putri kalau Nada sedang tidak ingin menemui pacarnya?

"Nad ... apa aku bikin salah? Apa aku bikin kamu marah?" tanya Sean serak. Suaranya bergetar, putus asa dengan ketidakacuhan Nada yang mendadak. "Aku minta maaf."

Kenapa justru Sean yang meminta maaf?

Air menetes menyusuri pipi Nada. Dentuman sakit sesaat membuat dadanya ngilu. Tenggorokkannya seakan menyempit, Nada sesaat kehilangan udara. Bibir Nada bergetar, gadis itu menunduk dalam.

"Aku gak tahu salah aku apa? Tapi aku minta maaf. Tolong bilang salah aku apa? Biar aku gak ngulang kesalahan yang sama."

Tidak. Bukan Sean yang salah. Semuanya karena sikap Nada sendiri. Nada yang tidak tahu diri. Dia cacat, Sean sudah menolongnya, menarik Nada keluar dari hidupnya yang gelap. Tapi Nada justru menyeret Sean memasuki kegelapannya.

Karena Nada ... Sean kehilangan kesempatan bertemu dengan banyak orang yang lebih baik.

"Tolong buka pintunya. Ayo kita bicarain semuanya. Kalo kamu marah, kamu bisa marahin aku sampai kamu lega, tapi jangan mendadak gak mau ketemu kayak gini. Aku gak tahu harus gimana lagi?

Yang harus Sean lakukan hanya menemukan orang baik selain Nada.

Yang harus Sean lakukan hanya menemukan kebahagiaannya sendiri.

Yang harus Sean lakukan hanya meninggalkan Nada agar tidak mendapat cemoohan lagi.

"Nad..."

Nada terisak-isak tanpa suara. Andai saja operasinya berhasil. Andai saja kemampuan bicaranya kembali, Nada pasti akan lebih pantas untuk disandingkan dengan pemuda yang dia cintai.

Faktanya ... tiga kali operasinya tiada hasil.

Tiga kali Nada dibuat berharap sebelum akhirnya dikecewakan.

Nada sekarang sudah mengerti. Bisu adalah takdirnya, tidak ada yang bisa Nada lakukan tentang kekurangannya.

Itu sebabnya...

Nada beringsut dari kasur. Dia menyeka matanya yang basah. Menelan ludah, Nada mulai melangkah menuju pintu.

Nada menghirup napas dalam, mengembuskan perlahan. Tangan kanan gemetarnya meraih kenop pintu, Nada membuka pintu kamarnya.

Sean sesaat kaget, lalu mengulas senyuman senang.

Akhirnya ... dia bisa bertemu Nada.

Nada menatap Sean dalam, dia mulai menggerakkan tangannya, "Ayo kita putus saja."

***

Makasih buat semua yang udah mampir. Tolong tinggalkan vote dan komentarnya, ya.

Terima kasih.

Hari ini semua babnya akan saya posting. :)

The VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang