13. Egosentris

1.8K 503 67
                                    

Sean berdiri tepat setelah Vira berhenti di depannya. Mereka saling menatap, Vira memberikan Sean tatapan datar.

"Jadi..." Sean memiringkan wajahnya, "apa yang kali ini lo lakuin sama Nada? Ampe dia gak mau masuk sekolah lagi."

Vira berkedip, "Gue gak ngerti apa maksud lo."

"Lo ngerti banget apa maksud gue."

Diam sesaat. Sean menarik napas dalam, kedua bola matanya membesar, "Lo ... apa gak punya sedikit aja harga diri buat gak ganggu hidup orang lagi?"

Sean menunjuk Vira kasar, "APA GAK BISA LO BERHENTI JADI HAMA DI HIDUP NADA? PUAS LO NGANCURIN HIDUP ORANG SAMPE SEGITUNYA? CUMA KARENA DIA BISU, LO PERLAKUIN DIA KAYAK BUKAN MANUSIA. BANGGA?!!"

Teriakan Sean menggema. Vira tidak menjawab, dia mengepalkan kedua tangannya erat. Bibirnya merapat, matanya mulai terasa tersengat.

"Hidup Nada udah sulit, apa harus lo bikin semuanya tambah rumit? Lo pikir dia suka karena gak bisa bicara? Lo pikir dia gak sakit ngeliat orang lain bisa ngobrol dengan gampang sementara dia selalu butuh perantara. Lo kira Nada gak pernah sedih ada di antara orang-orang 'normal' versi kalian semua?"

Sean mencengkeram bahu Vira kasar, "Lo pikir orang tuanya gak ngerasa hancur karena anaknya selalu gak diperlakukan adil karena satu kekurangannya? Kalo sempurna dan normal definisinya itu orang-orang kayak lo, gue lebih pilih orang cacat tapi gak punya hati sebusuk lo. Lo denger itu? Lo itu busuk! Busuk lo udah ampe ke tulang-tulang. Apa lo gak pernah lihat muka lo sendiri di kaca? Sekeji apa setiap perlakuan lo sama Nada."

Vira menepis tangan Sean. Dia balas memelototinya.

"Karena lo gak pernah adil!" Vira menyanggah dengan suara bergetar. "Lo gak pernah adil!"

Sean mengangkat sebelah alisnya.

"Cuma karena dia cacat, lo selalu ada buat dia, belain dia. Berapa kali lo terlibat masalah karena Nada? Berapa banyak orang yang lo sakitin cuma karena dia? Berapa banyak orang yang lo tolak demi Nada? Seberapa tegap lo nunjukin punggung lo cuma demi seorang Nada!" Vira menyeka air matanya yang menyusuri pipi deras. Dia berusaha tidak menangis. Ini masih tidak ada apa-apanya. Sean sudah sering meninggalkan luka yang lebih besar di hatinya.

Sean bahkan sering tidak menganggap ada keberadaan Vira.

"Kalo jadi bisu bisa bikin lo mandang gue kayak cara lo mandang Nada, gue ... berharap bisu aja." Vira terisak-isak. "Kenapa lo pilih orang yang bahkan gak bangga bisa jadi bagian terpenting dalam hidup lo? Gue benci dia bukan cuma karena dia bisu, tapi dia terlalu banyak manfaatin kebaikan Sean. Dia terlalu jahat karena selalu memonopoli lo sendirian."

Sean terkekeh meremehkan. Dia menggeleng pelan, "Lo salah. Gue cinta sama Nada, selalu ada buat dia, berusaha keras buat jagain dia, bukan karena dia cacat."

Sean berteriak, "TAPI KARENA DIA ITU NADA!!! Gue gak peduli sama orang cacat yang lain, gue cinta sama Nada ... karena dia itu Nada!"

"Manusia itu egois, Vir." Sean merendahkan suaranya. "Lo tahu sebanyak apa hal yang gue lakuin biar perasaan gue berbalas? Gue gak keberatan gak punya banyak temen, gue minta ke pihak guru biar selalu satu kelas sama Nada. Bukan demi jagain dia ... tapi buat mastiin Nada gak punya sosok lain yang bisa gantiin gue di sisinya."

Sean tersenyum menyedihkan, "Gue yang justru manfaatin kekurangannya biar gak pergi dari sisi gue selamanya. Gue cinta sama dia, dan terobsesi buat dapetin dia."

Sean mendorong Vira lemah, "Jadi tolong mundur. Jangan bikin gue ngelakuin hal yang lebih jahat lagi. Jangan biarin gue nyakitin lo lebih dari ini. Karena sampai kapan pun lo bukan Nada, lo gak bakalan pernah bisa jadi dia. Tolong tahu diri."

Sean berbalik dan pergi.

Vira menangis histeris. Dia tersedak, batuk, lalu menjerit perih.

Kenapa bukan dia? Kenapa tidak dia? Apa yang salah sampai Vira tidak sekali pun bisa meraih hati Sean walau sedikit saja?

Kenapa harus Nada? Kenapa selalu Nada? Nada lemah dan tidak berguna, yang dia lakukan hanya membebani Sean saja. Nada bahkan dengan mudah menyerah padahal Sean selalu berjuang keras untuknya.

Nada melepaskan Sean hanya karena beberapa gertakan dari Vira.

Andai Vira ada di posisi Nada, sudah jelas dia tidak akan pernah melepaskan Sean begitu saja. Vira tidak akan membuat Sean sakit apalagi kecewa.

Tapi ... Vira bukan Nada.

Sejak awal Vira tahu pada akhirnya akan seperti ini.

Namun ... memangnya dia bisa apa kalau sudah terlanjur menyukai Sean sedalam ini?

***

The VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang