Jeno

5.8K 713 22
                                    

Semua sahabat Jeno tau kalau seorang Lee Jeno adalah lelaki tsundere yang sikap dan hatinya selalu bertolak belakang.

Contohnya seperti saat upacara, radi pagi. Dua minggu sekali, sekolah mereka mengadakan upacara bendera yang dimulai pukul enam lebih tiga puluh menit atau setengah jam lebih awal dari jam masuk pada hari biasanya -- tidak heran kalau murid yang terlambat selalu membludak.

Kebetulan, senin ini Jeno yang menjadi petugas kedisiplinan sebagai utusan OSIS. Tengah asik berjalan kesana kemari, lelaki itu mendengus saat kakak kelas yang menjadi langganan ruang BK kembali tertangkap basah menyelinap di barisan kelasnya, padahal sudah jelas ia terlambat.

Dengan sigap Jeno menghampirinya, menepuk pundak kakak kelas dengan poni rata yang sangat khas. "Aku yakin kak Lisa tau kalau siswa yang terlambat harus berbaris di samping kiri tiang bendera," Ujarnya dengan nada yang dingin.

Namun bukannya malu, kakak tingkatnya bernama Lisa itu malah naik pitam. "Elah, Jeno. Kenapa sih?! Gue mulu yang dihukum di barisan itu!"

Jeno mengangkat sebelah alisnya, "Karena tiap upacara kakak dateng terlambat mulu, kalau kakak gamau dihukum ya jangan dateng terlambat."

Lisa baru mau membalas perkataan adik kelasnya itu, namun tawa meledek yang keluar dari mulut ketiga sahabatnya membuat Lisa jadi malu. "Fine!" Ia menghentakkan kakinya dengan ekspresi cemberut.

"Perlu aku anter kak?"

Tawaran yang diajukan Jeno membuat Lisa mendelik kearah adik kelasnya itu, lalu mendengus. "Ga perlu! Gue udah hapal jalannya," Balas Lisa sebelum akhirnya berjalan menuju barisan khusus untuk para murid yang melanggar aturan.

Sebuah senyuman tercetak di wajah Jeno melihat tingkah Lisa yang menggemaskan. Ia masih betah memperhatikan kakak kelasnya yang tengah berjemur di barisannya itu.

"Elah, tsundere banget sih lu dek. Kalau suka mah dimanisin, ini malah diasemin tapi trus mesem-mesem sendiri." Sindirin Jisoo, kakak kelasnya yang adalah sahabat kak Lisa -- membuat Jeno memamerkan deretan giginya.

"Kak Lisa kalau dimanisin mukanya ga bakal segemesin itu, kak." Kemudian ia berlalu mengecek kelengkapan dan jam kedatangan siswa-siswa lainnya.

Namun di tengah kegiatannya yang cukup menguras tenaga dan batin itu, kedua netra Jeno tidak lepas dari presensi seorang Lisa yang kini tengah mengipasi dirinya sambil mengumpat.

.

.

Jeno tengah asik menghabiskan waktu makan siangnya di perpustakaan, saat netranya menangkap sosok yang amat familiar baginya.

Dengan perlahan ia berpindah kursi, sedikit demi sedikit untuk mendekati tempat si gadis berponi yang tengah membereskan buku-buku yang tercecer. Jeno yakin kakak kelasnya itu lagi-lagi sedang dihukum.

Padahal baru setengah hari, tapi Lisa sudah dua kali kena hukuman. Luar biasa.

"Apa liat-liat?!" Jeno berjengit di kursinya saat Lisa bertanya. Untung ia bisa mengendalikan ekspresinya, kalau tidak Lisa pasti sudah menertawakannya.

"Ga boleh kak? Emangnya ada peraturan yang ngelarang muridnya ngeliat?" Tanyanya beruntun dengan ekspresi polos ㅡ yang dibuat-buat.

Lagi-lagi Lisa mendengus. "Lo nanya tentang peraturan sekolah ke gue?"

Kekehan Jeno terdengar setelahnya. Untuk seseorang yang selalu mempermalukan dirinya di depan umum, dalam kata lain selalu dihukum, Lisa memiliki keberanian dan kepercayaan diri yang tinggi. Bagi Jeno, itu yang membuat kakak kelasnya ini bersinar.

PURPLE STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang