23. Fantasy

7.4K 1.4K 180
                                    

Pengidap sindrom ini mengisolasi diri dari relasi karena terlampau fokus dengan fantasi dirinya

•••

"Sebentar!"

Taeyong menarik nafasnya dalam, bel apartemen berbunyi dan ia sudah bisa menebak jika si pengantar pizza lah yang datang. Meski Jaehyun membuatnya sedikit kecewa, tapi setidaknya sosok itu masih memperdulikan keinginan bayinya.

Berjalan pelan ke arah pintu, ia kemudian memutar kenop hingga dihadapannya terpampang sosok pria yang telah basah kuyup.

"Ya Tuhan! Kenapa kau bisa kehujanan seperti ini?!" Bahkan Taeyong sudah lupa dengan kekecewaannya beberapa saat lalu karena melihat Jaehyun menggigil kedinginan.

"Mobilku mogok didepan apartemen," gigi Jaehyun bahkan mengeluarkan bunyi gemertak. Ia kemudian menyodorkan box pizza yang dibungkusnya dengan jaket kulit agar makanan itu tidak basah. "Masuklah, aegi pasti sudah sudah lapar."

Taeyong mendengus kasar. "Kau tidak ingin masuk dulu?" Ia menautkan alisnya kesal. "Gantilah bajumu, kau bisa demam," katanya sebelum menarik lengan Jaehyun agar masuk kedalam apartemen.

Si lelaki berlesung pipi yang semula hanya berniat mengantar pizza sekaligus mencuri waktu untuk menatap sejenak perut buncit mantan suami kecilnya lantas pasrah. Taeyong menariknya ke kamar, mengeluarkan pakian hangat juga handuk dari lemari sebelum berbalik dan menatapnya.

"Mandilah, jangan lupa keramas." Taeyong menyodorkan handuk pada lelaki yang lebih muda. "Aku menunggumu diluar," katanya lalu meletakkan baju juga celana yang dulu Jaehyun tinggalkan pada apartemennya di atas tempat tidur.

Melihat perlakuan Taeyong padanya membuat Jaehyun semakin bersalah. Sosok itu tidak hanya menyelamatkan hidupnya ketika berada dititik paling rendah, namun kini si mantan suami kecil masihlah peduli padanya.

Saat itu pula Jaehyun semakin merasa tidak pantas untuk bertemu dengan Taeyong dan menyimpan perasaan suka padanya.

Taeyong adalah malaikat, sedangkan ia hanya lah sebuah manusia laknat yang tak pantas menerima cinta dari sosok nyaris sempurna seperti mantan suaminya.

Setelah membersihkan diri di kamar mandi juga berganti pakaian, si lelaki berlesung pipi melangkahkan kaki menuju ruang tengah. Disana Taeyong sedang menonton televisi tanpa menyentuh pizza nya sama sekali.

"Eoh, kau sudah selesai?" Taeyong menyadari keberadaan Jaehyun yang tengah mematung.

"Iya," Jaehyun menghampiri sosok itu dan ikut mendaratkan bokong pada sofa. Ia mengusap rambutnya yang masih setengah basah sembari menatap layar datar nan lebar dihadapannya.

"Ingin kubantu?"

Lelaki berlesung pipi itu menoleh, mendapati Taeyong tengah menatapnya lekat-lekat masih dengan raut wajah pedulinya. "Tidak apa-apa, biar aku saja," Jaehyun menunjuk pizza diatas meja dengan dagunya. "Makanlah, aegi sepertinya sudah tidak sabar ingin mencobanya."

Taeyong tersenyum kecut. Sangat jelas jika Jaehyun ingin menjaga jarak dengannya. Lagi-lagi rongga dadanya diserang rasa ngilu hingga ia tak mampu mengatakan sesuatu.

Si lelaki berahang tegas pun memilih membuka box pizza yang dibawa Jaehyun, mengambil satu potong makanan kesukaannya itu lalu mengunyahnya dengan tidak berselera. Tatapan Taeyong kosong, begitupun dengan Jaehyun yang masih sibuk dengan rambutnya. Keduanya lantas duduk berdampingan dan diperantarai keheningan.

"Apa pekerjaan di kantor sangat banyak?" Taeyong mencoba meruntuhkan gunung es yang berdiri kokoh ditengah-tengahnya bersama Jaehyun.

"Lumayan," Jaehyun meletakkan handuk disamping pahanya, menoleh dan memandangi perut Taeyong lalu tersenyum tipis. "Apa aegi sangat nakal akhir-akhir ini, Taeyong?" Tanyanya sembari mengusap perut sang mantan suami.

Peter Jung | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang