04. Captivate

9.3K 1.6K 202
                                    

Entah ini sisi positif atau justru sebaliknya, tapi ia bersifat kekanak-kanakan hingga mampu menarik hati orang-orang disekitarnya

•••

"Kenapa kau mengikutiku?"

Taeyong mengerutkan kening saat menoleh dan mendapati Jaehyun berjalan disampingnya. Sudah memasuki Minggu ke-dua si lelaki berlesung pipi bekerja pada kantor Johnny, beruntung belum ada tanda-tanda jika suaminya itu mulai membuat masalah atau merasa bosan dengan pekerjaannya di sana.

Ya, Taeyong selalu berdoa agar hal dalam pikirannya itu tak menjadi nyata.

"Aku ingin menemanimu menunggu bus," Jaehyun berucap lalu merangkul pundak sang istri, seolah tengah berjalan dengan sahabat karibnya. "Taeyong, malam nanti aku akan pulang sedikit terlambat."

Keduanya menghentikan langkah tepat dibawah ruang tunggu beratap yang disebut sebagai halte. Taeyong mendongak, menatap lekat-lekat wajah Jaehyun dan mencoba menelisik jika saja lelaki itu berusaha membohonginya lagi hanya untuk bermain bersama teman-temannya diluar sana.

Melihat raut kecurigaan suami kecilnya lantas membuat Jaehyun menggembungkan pipi, "Aku ada pertemuan dengan rekan bisinis," ucapnya pasrah. "Jika kau tak percaya, tanyakan saja pada Johnㅡ" Si lelaki berlesung pipi berdeham lalu mengoreksi ucapannya, "Maksudku pada pimpinanku."

"Baiklah," Taeyong mengalihkan pandangan ke arah jalan raya yang membentang dihadapannya. "Tapi awas saja jika kau membohongiku." Gumamnya dengan nada dingin.

Kedua netra legam Taeyong kemudian teralihkan pada objek yang baru saja berhenti tepat didepannya juga Jaehyun. Ia menghela nafas pelan, meremas-remas kedua tangannya saat si pemilik kendaraan beroda empat dihadapannya menurunkan kaca jendela.

"Kau sudah siap Jaehyun?"

Jaehyun mengusap pelan punggung suami kecilnya tanpa mengalihkan pandangan dari sosok didalam mobil, seolah memberi kekuatan kepada istrinya agar tak bersedih lagi. "Tentu," katanya lalu melirik Taeyong sekilas. "Kau tidak apa-apa kutinggal disini sendiri?"

"Tentu," Taeyong menunjuk mobil Johnny dengan dagunya, "Masuklah, pimpinanmu sudah menunggu."

"Apa kau tak ingin ikut dengan kami Tae?" Johnny memberanikan diri untuk mengajak sang mantan kekasih berinteraksi, "Aku juga akan mampir di cafe untuk memberi Ten vitaminnya."

Jaehyun mendengus tak percaya, bisa-bisanya Johnny mengajak Taeyong dengan tameng ingin memberi sesuatu pada sang suami.

Bukannya protektif, Jaehyun hanya tidak suka melihat lelaki mungil disampingnya lagi-lagi menangisi sang mantan kekasih. Ia mungkin terlihat acuh pada Taeyong, namun tak pernah sekalipun sosok itu luput dari pengawasannya. Hatinya retak bagai ranting kayu tua ketika melihat malaikat penyelamatnya menangisi suami orang lain.

"Tidak perlu, bus yang kutunggu akan datang sebentar lagi." Taeyong menolak dengan nada tenang kemudian kembali menoleh pada suaminya, "Pergilah." Katanya yang dibalas anggukan oleh Jaehyun.

Taeyong menghela nafas lega saat melihat lelaki berlesung pipi itu masuk kedalam mobil Johnny. Ia memejamkan mata sejenak saat kendaraan roda empat itu melaju pelan meninggalkannya sendiri. Disaat seperti ini, sekelumit potongan kisahnya bersama Johnny terbayang-bayang kembali.

"Taeyong!"

Lelaki mungil itu reflek membuka mata saat mendengar pekikan tak asing. Menoleh, ia menyipitkan mata melihat Jaehyun keluar dari mobil Johnny yang terhenti tak jauh dari halte. Suaminya itu berlari kecil ke arahnya sebelum berhenti dihadapannya dengan nafas tersengal.

Peter Jung | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang