Pengidap sindrom Peter Pan kerap kali meluapkan emosinya secara berlebihan
•••
Sudah lima hari berlalu sejak Taeyong menjaga jarak dengan Doyoung. Meski ia sangat merindukan kedatangan dan perhatian sahabatnya itu, namun perasaan Ten juga jauh lebih penting. Lelaki berdarah Thailand itu masih enggan mengangkat teleponnya atau sekedar membaca pesan singkat darinya. Taeyong tahu, Ten mungkin malu hingga tak ingin berinteraksi dengannya untuk sementara waktu.
"Kenapa kau lama sekali?" Taeyong mencebik kesal saat pria yang sedari tadi ia tunggu baru saja keluar dari mobil yang terparkir didepan gedung apartemen.
"Maaf," Jaehyun menatap Taeyong dan Mark tidak enak. "Tadi aku membantu Yoona Eomma berbelanja."
Taeyong yang semula ingin mengomel lantas mengurungkan niat. "Kau selamat karena Bibi Yoona," ia berkata lalu bergelayut pada lengan Jaehyun. "Ayo kita berangkat sekarang."
Ketiga lelaki itu memasuki mobil, Jaehyun tetap bertindak sebagai pengemudi dengan Taeyong disampingnya. Sedangkan di jok belakang Mark tengah sibuk dengan ponselnya.
Meski merasa kesepian selama lima hari tanpa kehadiran Doyoung, setidaknya Taeyong masih bisa menghabiskan akhir pekan bersama pria yang membuatnya menangis pada hari dimana ia dan si pria bergigi kelinci berselisih paham.
Taeyong sengaja mengajak Jaehyun ke Paju untuk bermalam Minggu sekaligus menginap disana hingga esok hari. Setelah mendengar pujian lelaki itu pada keluarganya, diam-diam ia menyimpan rasa simpati. Tak ada salahnya mempertemukan si lelaki berlesung pipi dengan orang tuanya sekali-kali, pikir Taeyong.
"Sampai!" Mark berseru riang ketika Jaehyun memarkirkan mobil di halaman rumah paman juga bibinya.
Taeyong yang melihat tingkah adik sepupunya hanya menggeleng pasrah lalu menoleh pada Jaehyun. Ia menyipitkan mata sejenak, lelaki itu tampak lebih tenang dari biasanya.
"Apa kau sakit?" Tanyanya pada si pemilik lesung pipi.
"Huh?" Jaehyun tersentak. "Ti-tidak," katanya lalu melepas seat belt yang melingkari tubuh Taeyong.
"Ayo, Ayah dan Ibuku sudah menunggu." Taeyong turun dari mobil dengan hati-hati, diikuti Jaehyun yang bergegas untuk membantu lelaki itu berjalan memasuki rumah.
Jaehyun mengerutkan kening saat tak mendapati siapa-siapa di ruang tengah kediaman Lee itu. "Kemana Paman, Bibi dan Wendy Nuna?" Tanyanya.
"Mereka semua ada di halaman belakang."
Taeyong telah tahu jika orang tua juga kakak sepupu wanitanya telah mempersiapkan acara barbeque lebih dulu. Ia memang telah berpesan agar mereka bisa memulai membakar daging sapi Korea sebelum jam makan malam. Beruntung Jaehyun mengemudi dengan kecepatan sedang hingga mereka bisa sampai tepat waktu di Paju, tepat jam tujuh malam.
"Woah!"
Jaehyun berdecak kagum saat memasuki halaman belakang dan mendapati Donghae juga Yuri tengah memanggang daging. Sedangkan Wendy ditemani Mark tengah menyusun mangkuk juga piring di meja panjang yang diatasnya telah dipenuhi berbagai macam makanan.
"Taeyong, ada acara apa malam ini?" Bisik Jaehyun sembari menuntun sang submissive duduk di bangku panjang depan meja.
Taeyong tidak menggubris. Ia tersenyum tipis lalu menoleh ke arah Ibu juga Ayahnya. "Eomma, Appa istirahatlah!" Katanya setengah berteriak. "Biar Jaehyun dan Mark yang melanjutkannya."
Seketika iris pemilik nama yang disebutkan Taeyong melebar sempurna. Jaehyun dan Mark berbagi tatapan horor lalu meneguk ludah kasar bersamaan. Mereka tidak pandai memasak, dan si ibu hamil menyuruhnya untuk memanggang daging.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peter Jung | Jaeyong ✓
Hayran Kurgu❝He's not Peter Pan, he's Peter Jung❞ M/M | COMFORT/HURT | ANGST | NC-17 Lee Taeyong tidak pernah menyangka jika kehidupannya akan berubah 360 derajat di hari pernikahan mantan kekasihnya, Johnny bersama sahabatnya sendiri, Ten. Sosok bernama Jung...