Di pagi yang sangat cerah terlihat seseorang dengan rambut diikat dan muka datarnya itu menambah kesan dingin yang ada pada diri Ravelia,sambil berjalan kaki menginjak dedaunan yang sudah kering tergeletak di bawah.
Tak terasa perempuan itu sudah sampai di tempat yang dia benci tidak lain sekolah tempat dimana ia dikucilkan,kalau bukan karena nenek pikirnya dia pasti akan membolos.
Baru membuka pintu kelasnya semua seisi kelas hanya memandang sinis, tanpa dipedulikannya tatapan sinis itu Ravelia kaget melihat kertas yang ada diatas mejanya itu,Ravelia membaca kertas itu yang berisi surat keterangan dikeluarkan entah kenapa tiba-tiba sekali ia dikeluarkan.
Ravelia menahan bendungan air mata entah kenapa matanya terasa perih seperti ada irisan bawang di wajahnya.
"Wah akhirnya anak pembunuh keluar sekolah juga,kelas jadi bersih ga ada sampah haha apa yang gue bilang gue bakal ngacurin lo"teriak Bella penuh kemenangan.
Seisi kelas ramai dengan gosip dan tawa kemenangan mereka untuk para penindas dua kata buat mereka KEJAM dan BODOH entah kenapa mereka begitu membenci Ravelia apa karena dia anak pembunuh?belum tentu ayahnya membunuh,mereka pun tidak tau kronologis peristiwa yang terjadi sebenarnya pada ayah Ravelia.
"Bell kita ngadain pesta di rumah lu yuk"ajak teman bella yang selalu memanfaatkan bella dari dulu.
"Yuk kita setuju nih kita bakal senang-senang,Bell lu harus ngasih kita yang vip ya kalau gak lu sama aja sederajat sama Ravelia"sahut setimpal teman lainnya.
"Mana mungkin gue sederajat sama anak pembunuh miskin lagi cih,pasti dong gue bakal nyiapin yang vip buat kalian semua"ucap bella dengan muka sok imutnya itu.
"Haha sekarang kalian puas gue udah keluar,makasi atas beban yang kalian kasih ke gue dan gue kasih tau kalian bakal menyesal di kemudian hari.kalian rasa kalian paling berkuasa?gak cuma jadi sampah,kalian keren kalau nindas?gak malah kayak orang bego plus gila,kalian ngerasa orang pada takut sama penindas?gak malah orang-orang ingin membasmi kalian cih DASAR HAMA SEKOLAH."
Tanpa menghiraukan bisikan-bisikan teman-temannya Ravelia pergi menuju ruang kepala sekolah dengan berlari sangat kencang sekencang kencangnya untuk menghilangkan rasa amarahnya.
****
"Bapak mau ngeluarin saya dari sekolah?"tanya Ravelia.
"Bapak tidak punya pilihan lain lagi kamu juga banyak buat masalah di sekolah ini dan itu alasan dan itu alasan yang cukup buat kamu dikeluarkan dari sekolah ini bapak juga gak mau kehilangan pekerjaan gara-gara ngurusin anak pembunuh!"kata beliau tegas.
"Mana keadilan di sini,ternyata orang dewasa pun sama sifatnya ya saya tau ada orang yang nyuruh bapak ngeluarin saya kan,dan satu lagi saya punya nama sendiri RA-VE-LIA bapak bisa dengar kan?maaf saya sering buat masalah disini karna saya butuh keadilan sebagai korban dari pembullyan" dengam kaki gemetar menahan emosi Ravelia keluar dari ruang kepala sekolah begitu saja tanpa dipedulikannya ceramah dari pak kepala.
Dengan perasaan yang campur aduk sedih,kecewa,marah,dendam jadi satu ingin rasanya jalan tiba-tiba sepi dengan teriak sepuas-puasnya,air mata yang sudah ditahan cukup lama kini sudah pecah terus mengalir membasahi pipinya.
****
Sesampainya di rumah Ravelia langsung membasuh muka malangnya itu sehabis menangis di jalan seperti anak kecil kehilangan ibunya,selesai membasuh muka Ravelia langsung menemui perempuan paruh baya yang sedang menjahit baju dengan tangan keriputnya itu.
"Nenek ra udah pulang nih bubur sumsum kesukaan nenek tadi ra beli di kompleks deket rumah kita" sontak membuat nenek terkejut dengan suara cucunya itu.
"Eh cucu nenek udah pulang,sini duduk di samping nenek" ucap nenek dengan nada lembut nenek menepuk-nepuk tempat duduk disampingnya.
"Hm enak gak buburnya nek?"tanya Ravelia mencari pembicaraan.
"Enak ini kamau mau nyobain,aaaa"
Betapa bersyukurnya Ravelia punya orang yang masih sayang sama Ravelia selain pengganti ibu neneklah yang selalu memberi kasih sayang,sungguh tanpa nenek Ravelia ga bakal kuat hidup sendirian.
"Nek misalkan ra pindah sekolah menurut nenek gimana?"tanya Ravelia tiba-tiba.
"Kenapa pindah?kamu punya masalah di sekolah?"tanya nenek gelisah,tak menunggu lama Ravelia langsung memeluk nenek dan menangis sekeras kerasnya di dalam pelukan perempuan paruh baya itu.
****
Selesainya Ravelia menceritakan apa yang terjadi di sekolah,nenek terus saja memeluk dan selalu mengatakan kata tidak apa-apa kepada ravelia untuk menenangkannya.
"Hiks hiks maaf gak bilang nenek dari dulu hiks ra takut" dengan berbicara terbata-bata Ravelia langsung memberikan surat pengeluaran dirinya.
"Cucu nenek ga boleh nangis lagi ya,nenek bakal nyekolahin kamu di sekolah yang lebih bagus jangan lupa jenguk ayah kamu dia pasti kangen banget sama kamu"ucap nenek sambil mengusap-usap rambut cucunya dengan lembut.
"Makasi nek ra minta maaf ra sering buat nenek gelisah hiks hiks"
CUP..
Satu kecupan mendarat di pipi nenek yang sudah keriput itu menambah rasa hangat pada diri Ravelia dan sekali lagi nenek adalah segalanya bagi Ravelia.
"Nah kita siap-siap dulu kamu ganti baju dulu gih"ucap nenek senyum sambil memegang pipi cucunya.
****
Langkah demi langkah menuju tempat dimana ayah ditahan,waktu polisi datang mencari ayah atas pembunuhan Ravelia bener-bener shock gak percaya ,ayah yang dijebak oleh bosnya sendiri memang dunia ini penuh distorsi.
"Nek,waktu ayah masih remaja dia ngapain aja nek ayah nakalkah?"
"Ayah kamu itu orangnya polos banget sering nangis kayak cewe gara-gara dikerjain sama temen-temennya,kamu mirip banget sama ayah kamu"ujar nenek sedikit tertawa.
"Gimana sih nenek ngetawain anak sendiri,aku kan anaknya jadi sama polos kalo cengengnya beda lagi,nek aku pernah liat ayah nangis liat foto anak kecil terus aku tanya ke ayah dia siapa ayah cuma diem aja sambil cepet-cepet sembunyiin fotonya,jadi pengen tau siapa sih anak di foto itu?"tanya Ravelia sambil mengernyitkan dahinya.
"Hmm kita udah nyampe ayo masuk cari ayah kamu"ucap nenek dengan senyum gelisah mengalihkan pembicaraan.
"Ayah ga bakal marahkan kalo aku pindah sekolah?"
"Ya enggak pasti ayah kamu mendukung kalau tau kejadian yang kamu alami di sekolah itu,nanti nenek yang beritahu ayahmu kamu tenang aja"
****
"Anak ayah gimana kabar kamu?"tanya ayah dengan senyumnya yang hangat kepada Ravelia.
"Ba baik yah"jawab Ravelia gugup.
"Ayah,ra sekalu ngedoain ayah supaya ayah dapat keadilan ayah tidak sendirian masih ada nenek,ra,sama bunda di surga"suara getar Ravelia membuat Ravelia membendung air matanya melihat ayahnya terperangkap dalam dinding penjara yang dingin.
"Ibu mau bilang sesuatu kejadian yang dialami Ravelia ke kamu nak"sahut nenek dengan nada serius kepada anaknya itu.
.
.
.
" hiks hiks maafin ayah udah ngasih kamu beban maafin ayah yang ga bisa ngebahagiain kamu"air mata yang membendung pecah begitu saja setelah mendengar apa yang tetjadi kepada anaknya itu di sekolah.
"Engga jangan gitu,ra tau ayah dijebak sama bos ayah itu,ayah harus kuat ra bakal ngeluarin ayah dari dinding penjara itu"ucap Ravelia menenangkan ayahnya yang menagis terisak-isak.
hari itu berlalu rasa kesal,marah,sedih yang amat mendalam di hati Ravelia sudah mulai pudar jadi Ravelia mulai mengawali dengan hidup baru Ravelia di masa SMA, Ravelia pindah ke sekolah di mana hidup Ravelia berubah seperti drama korea yang ada di tv-tv itu,inilah awal sesungguhnya cerita lika-liku di masa sma Ravelia.
♡♡♡♡♡♡♡♡♡
Halo ketemu lagi😁
Gimana ceritanya semoga kalian suka ya!
Ingat komen ya biar aku tambah semangat bikinnya😆go go go🌼
Sampai segitu aja ya
Terima kasih udh mau baca cerita aku sama aja dgn mengapresiasi karya aku.
Thanks❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Drakor
Teen Fictionsejak peristiwa itu terjadi hidup gue berubah bisa dikatakan anugrah ataupun kesialan,inikah yang dinamakan cinta di dalam drakor seperti di tv-tv?
