Kalahkan Ego! -Eza-

2.9K 115 17
                                    

“Udah Za?” ini sudah kesekian kalinya Daniel bertanya. Tak ayal Denny yang terus gencar menanyaiku layaknya Daniel. Dan responku selalu dengan gelengan kepala pasrah. Sulit, sangat sulit. Dan pasti mereka akan menjawab.

“Ego sih digedein!” dengan nada kesal setengah mati.

Ini sudah dua minggu berlalu, tak ada perkembangan sedikitpun dari usahaku. Tunggu, memang aku mengusahakan apa?! Tidak ada! Aku belum memulai usahaku! Ego masih membuntutiku setiap waktu. Sial!

“Lo tau Niel, dua minggu yang lalu padahal anak ini sama Diana tuh udah deket, tinggal anak ini ngomong sama Diana eh gak jadi?! Gue yang ngelihat dari jauh udah kesel banget!” cerita Denny seolah mengadu pada Daniel kalau aku telah berbuat nakal.

“Ckckck mau Diana diambil orang ya?!” respon sadis Daniel. Aku mendengus kasar, sebal dengan sifat mereka. Aku tahu saat itu memang kesalahanku sepenuhnya.

Saat itu, tepatnya dipagi hari. Aku sudah tiba dikampus, tidak seperti biasanya memang, namun hanya mencoba untuk berbicara dengan Diana. Seperti keinginanku yang mau memperjuangkannya. Namun pemandangan yang kulihat pagi itu cukup menyakitkan mata dan hati. Diana diantar oleh Ricky, menggunakan motor pula?! Apa-apaan dia?!

Sempat terjadi percakapan selama tidak lebih dari 10 menit sampai akhirnya Ricky pun melajukan motornya. Ricky benar-benar penghalang. Ku pandangi Diana yang berjalan memasuki kampus, ia akan menuju kantin rupanya. Aku yang berada berlawanan arah dengannya, terus memperhatikannya sambil bersandar pada dinding dibelakangku. Diana sempat berhenti dan melihatku yang sedang melihatnya, tidak bertahan lama ia pun kembali melanjutkan langkahnya memasuki kantin. Ia tidak mengacuhkanku.

“Udah sana kejar!?” perintah Denny yang tiba-tiba sudah berada disampingku saat itu.

“Terus gue harus bilang apa?” tanyaku layaknya orang bodoh.

“Ya bilang aja yang jujur, gue yakin Diana masih suka sama lo.” Ucapan Denny membuatku terdiam. Apa iya? Aku sudah menyakitinya, apa benar ia masih memiliki rasa untukku? Aku terlalu takut membayangkannya.

Pastikan saja lebih dulu.

Sebuah suara terngiang dipikiranku. Benar, aku harus memastikannya.

Tanpa menghiraukan Denny aku pun melangkah menuju kantin, namun siapa sangka ego datang kembali. Terlebih dengan suasana kantin yang begitu ramai dengan para mahasiswa. Aku berjalan pelan menuju meja Diana, ia terlihat sedang menikmati makanannya tanpa memperdulikan sekelilingnya. Aku berniat untuk menghampirinya, namun melihat kondisi kantin yang ramai membuatku bingung. Alhasil, aku hanya berdiri disebelahnya sampai seorang mahasiswi yang tidak ku kenal namanya namun aku pernah melihat wajahnya menyapaku.

“Pagi pak Eza, tumben ke kantin pak?” suaranya terdengar cukup  kencang, bahkan dapat kulihat dari sudut mataku kalau Diana sampai menghentikan aktifitas makannya. Aku sadar, para mahasiswi pasti bingung melihatku ada dikantin dipagi hari pula. Padahal aku tak pernah kekantin, sangat jarang sekali bahkan tak pernah.

 “Oh, ng cuma mau cari camilan aja,” jawabku. Hufttt setidaknya aku memiliki alasan yang cukup masuk akal. Dapat kulihat Diana yang tidak melanjutkan acara makannya, ia pun langsung beranjak dari kantin. Dan aku pun sadar, kantin bukanlah tempat yang pas untuk berbicara. Terlalu banyak mata yang melihat. Aku butuh privasi. Lagipula, mana mungkin aku membahas hal privasi ditengah banyak orang? Membicarakan dengan mahasiswiku pula? Aku dosen, kalian ingat itu! Apa pendapat para mahasiswiku kalau seorang dosen mengejar mahasiswinya?!

Hufttt, bagus! Egoku kembali muncul!

Aku hanya memandang Diana yang berjalan keluar kantin tanpa sedikitpun menoleh padaku. Sebegitu bencinyakah dia? Kenapa disaat aku mulai mencintainya, ia malah--- oke aku tahu ini memang kesalahanku, tapi bisakah ia membicarakannya secara baik-baik. Awal hubungan kami memang salah, tapi kami bisa merubahnya bukan? Karena, segala hal dapat diubah asal diiringi niat. Iyakan?

My LectureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang