Ketahuan Vano

6K 244 6
                                    

Keysa

Saat gue mengangkat air panas yang akan di pindahkan ke dalam termos, tiba tiba saja Fahri berlari kearah kaki gue sehingga air panas yang ada di tangan gue tumpah. Untuk menghindari agar tidak mengenai Fahri gue sedikit mendorong Fahri untuk menjauh dari tumpahan air panas. Dan akhirnya air panas menyirami lengan bawah gue. Sumpah sakit banget.

Merasa sangat perih dan sakit, dengan cepat gue menyiraminya dengan air dingin. Tiba tiba saja Fahri menangis dengan kencang, hingga mama gue datang sambil menggendong Fahri. Dia menatap gue dengan tatapan membunuhnya, sebelum itu dia membawa Fahri kedalam kamarnya.

Saat hendak mengambil p3k tiba tiba mama datang dengan menarik rambut gue dan mendorong gue hingga jatuh kelantai. Bahakan siku gue juga terpentok ke lantai, gue yakin besok siko gue akan membiru.

"Kamu ngapain aja sih, kerja aja ngak becus. Mau celakain Fahri? Iya?. Dasar anak ngak tau di untung." Ujarnya sambil memukul gue dengan anger yang dia ambil sebelumnya.

"Ampun ma ampun, Key ngak sengaja." Ujar gue dengan menahan tangis yang akan keluar.

"Kamu pikir ampun bisa ngilangin sakit Fahri?, kamu kalu ngak di beri pelajaran ngak akan jera." Ucapnya dan juga menampar wajah gue beberapa kali dan juga menendang gue. Gue merasa darah segar sekarang sudah keluar dari sudut bibir gue. Tenaga dia sangat kuat, apa dia ngak ada rasa belas kasih sedikit pun?.

"Ampun ma, iya Key salah." Ucap gue meminta ampun padanya yang tak henti henti memukul dan menampar gue dengan keras. Sakit benget.

"Jangan banyak omong kamu, malam ini ngak ada makan buat kamu, masuk sana kekamar." Perintahnya. Langsung saja gue berlari masuk kedalam kamar sambil menangis menahan sakit di beberapa anggota tubuh gue.

Untung saja ada kotak p3k di dalam kamar gue. Sebelum mengobatinya gue mengompres beberapa luka lebam di tubuh gue terlebih dahulu. Setelah itu baru gue mengolesi saleb di tangan kiri yang terkena tumpahan air panas. Merasa sangat lelah, akhirnya gue tidur dengan keadaan lapar.

Keesokan paginya, gue memperban tangan gue, memakai jaket, masker dan juga kaus panjang hingga atas lutut untuk menyembunyikan luka lebam di tubuh gue. Sebelum sampai di sekolah, gue meminta tukang angkot untuk berhenti di simpang yang masih jauh dari sekolah.

Hari gue berniat untuk bolos, hanya untuk hari ini saja.

Gue berjalan agak jauh dari sekolah dan juga jauh dari rumah gue, agar mama ngak tau jika gue tidak masuk sekolah. Kalau dia tau, mungkin gue ngak ada lagi di dunia ini untuk esoknya.

Panjangnya perjalanan, akhirnya gue masuk kesebuah mini market dan mengambil pop mie dan juga minuman. Untung disana di sediakan air panasnya langsung. Sebelum mengisi air panas, gue dikejutkan dengan seorang cowok yang tiba tiba memanggil gue.

"Keysa?." Panggilnya.

"Iya? Lo temannya Dava?, Siapa?." Tanya gue penasaran.

"Ntar aja kenalannya, lo siapin dulu makanannya, gue juga lagi lapernih." Jawabnya.

"Ah iya." Ucap gue.

Setelah memberi air panas dan membeli beberapa makanan lainnya, gue dan cowok yang tidak di ketahui namanya ini duduk ditempat duduk yang berada di luar yang juga sudah di sediakan di mini market ini.

Saat menunggu mienya masak, gue hanya menunduk. Karena dia selalu natap gue tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. Itu membuat gue sangat rishi.

"Gue ngak percaya anak baik baik kayak lo bolos." Ucapnya tiba tiba.

"Eh?.. Emang ngak boleh?." Tanya gue.

"Ya boleh boleh aja sih. Tapi inikan bukan gayanya anak kayak lo." Ucapnya sambil memakan mienya. Gue hanya diam meliahat kearahnya sambil berpikir bagaimana cara gue makan dengan keadaan wajah gue yang masih lebam. Gue ngak mau ngasih tau siapapun tentang ini.

My Twins✓ [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang