“Hai, gue Asta.” Asta tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya ke hadapan Mura berniat untuk mengajaknya kenalan.
Yampunn mas senyummu itu loh kok manis banget, kebanyakan dikasih gula ya waktu kecilnya dalam hati Mura seperti ada bunga-bunga yang sedang bermekaran serasa indah sekali.
Sambil mengambil senyuman yang sangat manis menurut Mura, ia menjabat tangan Asta, “Oh hai, gue Trimura Septiana Dewi panggil aja Mura.” Aduhh jangan tanya deh kenapa Mura menyebutkan nama lengkapnya, ya tentu saja biar si doi tahu. Masa Mura tau nama lengkap Asta tapi Asta tidak tau nama lengkap Mura kan gak adil.
“Panggil Dewi aja boleh?”
A-apaaa?? Asta sang pujaan hati ingin memanggilnya Dewi? Nama kesayangan begitu?? Batin Mura tersenyum manis, ingin rasanya dia meloncat-loncat disitu tapi depan doi harus jaga image kan?
“Nama adik gue Syamura, gue panggil dia Mura juga, masa nama panggilan kalian sama? Nanti ketukar lagi pas manggil, hehehe.”
Loh loh loh kan GR banget Mura ini, masa baru pertama kali ngobrol begini, sang pujaan hati bakal langsung naruh rasa suka, iihh.. Mura ga percaya cinta pandangan pertama.
“Ah iya boleh kok Asta”
“Oke Dewi sorry ya masalah tadi makasih udah sadarin gue sama saudara gue”
“Iya sama-sama”
“Mau pulang bareng gue?” tawar Asta. Maaf bukannya ada apa-apa loh tapi ini sudah malam lagian ia melakukan ini atas dasar terima kasih juga.
“H-hah? O-oke gue juga mau pulang soalnya.” Hiyaaa Mura kok lo murahan banget sih baru gini aja langsung terima pulang bareng.
“Tomi lo duluan aja, gue mau nganter Dewi dulu”
“Serah lo” Tomi langsung pergi meninggalkan mall ke parkiran. Sementara Mura mengekor di belakang Asta mengikuti kemana lelaki ini pergi.
$$$
“Rumah lo dimana?” Tanya Asta sambil memakai sabuk pengamannya lalu menoleh pada Mura yang hanya diam saja menundukkan kepalanya.
“Dewi, rumah lo dimana?” Tanya Asta kedua kalinya.
“Hm.. rumah gue lurus aja ada perempatan belok kiri trus lampu merah belok kanan dan lurus lagi.” Mura masih menunduk. Ia malu setengah mati, satu mobil dengan sang pujaan hati yang diimpi-impikannya akhirnya terwujud juga!
“Dewi, kalau ada orang yang ajak ngomong tatap matanya, gak sopan kalo seperti itu.” Nasehat Asta pada Mura.
Mura langsung mendongakkan kepalanya dan menatap Asta tapi tiba-tiba ia terpaku. Oh My God!! Ganteng banget doi gue! Dibawah sinar rembulan, di bawah atap mobil, kini mereka saling menatap entah mencari apa diantara mata lawan bicaranya itu.
Mura terkejut ketika tiba-tiba suara ponselnya berbunyi. Uh! Mengganggu saja! Batinnya. Sementara Asta langsung mengalihkan pandangannya, ia malu bung! Baru pertama kali ini ia menatap seorang gadis dengan intensnya. Sungguh memalukan untuknya!
Asta langsung menjalankan mobilnya kearah sesuai petunjuk Mura tadi, sementara Mura sudah menutup teleponnya itu yang ia duga tadi sedang berbicara dengan papanya karena Mura mengatakan ‘pa’ tadi.
Mobil Asta hening, dua makhluk didalamnya sama sekali tidak ada yang berbicara seperti bisu saja. Bahkan gerakan yang mereka lakukan kaku sekali dan kecanggungan itu sangat kentara. Maka Asta mencoba untuk menyalakan radio mobilnya untuk memecah keheningan, ia sendiri sudah tidak tahan.
Wajar saja. Ia orang yang suka banyak bicara bisa dikatakan cerewet, maka ia benar-benar tidak suka dengan keheningan ini. Sementara Mura sendiri juga begitu, ingin sekali ia bicara tapi ia malu, ia masih sangat canggung dengan keadaan mereka tadi.
You need to calm down, you’re being too loud
And I’m just like oh-oh, oh-oh, oh-oh
You need to just stop, like can you just not step on my gown?
You need to calm down
Ya selanjutnya hanya radio mobil yang berbicara.
$$$
Dikamarnya, Mura termenung. Bukankah tadi itu kesempatan yang bagus untuknya mengenal Asta lebih jauh tapi ia malah diam saja seperti orang bodoh. Andai waktu dapat diputar kembali, semoga saja Asta tidak menganggapnya orang yang membosankan.
Sementara Asta sendiri, ia hanya berguling kekanan kekiri diatas kasurnya, ia bingung. Kenapa ia gelisah seperti ini sehabis mengantar Mura pulang tadi. Ia benar-benar seperti orang bodoh saja. Ah.. lebih baik ia mengerjakan tugas sekolahnya saja.
$$$
“Oy Mur Mur, diem-diem bae engkau, lo kenapa Mur? Ngopi sana ngopi!”
Duhh si Sinden berisik banget sih daritadi, Mura kan butuh ketenangan. Sejak kelas 10 ia memendam rasa pada Asta, ia tidak mau jika harus berdiam saja seperti ini, dia harus bergerak. Gerak cepat biar Asta-nya gak diambil cewek lain. Asta emang suka senyum tebar pesona sana-sini tapi dia bukan playboy dan bukan tukang php kok. Bahkan 2 tahun dia sekolah, Asta tidak pernah terlihat terlibat hubungan apapun.
Atau.. apakah dia backstreet? Tapi 2 tahun? Bukan kah itu kelamaan? Sudah cukup! Ia tidak mau diam saja seperti ini! Ia mau kepastian! Kalo Asta menolak perasaan Mura ya sudah kalo diterima ya terima kasih. Mura tidak suka berdiam dan stuck ditempat kayak gini. Bukan Mura banget!
“Putri Cahyani!” Mura dengan lantang menyebut nama Putri sambil menggebrak mejanya membuat seisi kelasnya yang berisik seketika menjadi hening. “Ikut gue ke lapangan! Sekarang!”
“Hah? Mau ngapain emang?”
“Gue ga punya banyak waktu, tinggal 15 menit lagi, cepetan!”
$$$
Mura berlari menyeret tangan Putri menuju tengah lapangan yang berisikan anak-anak kelas 12 sedang bermain basket. Ia terengah-engah, mengambil nafas lalu berteriak sekuat tenaga.
“ASTA GANDAPURA! GUE SUKA SAMA LO DARI KELAS 10! GUE TRIMURA SEPTIANA DEWI ANAK 11 IPA 3 MINTA LO ASTA GANDAPURA BUAT JADI COWOK GUE!”
Whoaaaa!!! Rasanya plong dan lega sekali dia mengatakan itu walau dilihat seisi sekolah sekalipun, dia tidak peduli. Yang Mura pedulikan hanya Asta! Cuma Asta!
Gila tuh cewek sumpa
Baru kali ini ada cewek senekat ini
Duh gue jadi dia malu banget njirr
Bangsat apa-apaan nih main nembak yayang gue gitu aja
Halah paling ditolak
Ewh gatel sekali mbaknya
Disana, di ujung lapangan, Asta terkejut, sangat terkejut. Tidak pernah ada cewek yang berani menembaknya seperti ini. Ini memalukan! Dan dia dengan jelas melihat banyak siswi yang mencibir dan memberi tatapan hina dan sinis pada Mura, oh astaga! Apa yang harus dia lakukan?
Menolak? Ia tidak sekejam itu karena ini tengah lapangan tapi melihat banyak siswa maupun siswi yang menghina Mura seperti itu entah kenapa ia tidak suka sekali. Tapi kalo menerima pun ia yakin ia tak punya perasaan apapun pada Mura. Oh Tuhan! tolong beri jalan keluarnya! Batin Asta menjerit.
$$$
TBC
JANGAN LUPA VOMENT!!
TERTANDA,NIERA.❤

KAMU SEDANG MEMBACA
My Aggressive Girlfriend
RomanceSinopsis : Mura. Gadis berkulit sawo langsat tapi punya senyum manis ini diam-diam menaruh perasaan pada Asta Gandapura. Pria yang hobinya suka senyum tebar pesona. Bukan playboy. Tapi memanfaatkan ketampanan, katanya. Mura yang sukanya gerak cepat...