PART 3

33 5 0
                                    

Asta bingung. Apa yang harus ia lakukan? Ia tidak mau membuat Mura malu di tengah lapangan seperti ini. Memantapkan hati dan pikirannya, ia pun berjalan ke tengah lapangan tempat Mura berada.

“Dewi, ayo kita pacaran.” Asta tersenyum. Ya setidaknya ia harus meyakinkan para penonton disini kalo ia benar-benar menerima permintaan Mura.

“Hah? Asta lo yakin? Serius? Gue diterima? Kita pacaran?!” Mura kaget setengah mati, padahal ia sudah mempersiapkan mentalnya jika saja dengan lantang Asta mengatakan akan menolak permintaan dan perasaannya. Ah.. betapa senangnya Mura, sang pujaan hati yang hanya dalam diam diperhatikannya bisa menjadi pacar nya.

Asta terkekeh, entah mengapa wajah Mura kali ini sangat menggemaskan baginya. Oh dia pasti sudah gila! “Iya Dewi, kita pacaran. Aku dan kamu.”

Mura meloncat-loncat kegirangan. Seisi sekolah heboh dan mulai mengambil video dan beberapa foto untuk dimasukkan dalam akun gosip sekolahnya.

Sementara Putri? Oh dia bahkan sudah berlari ke sudut lapangan ketika Mura berteriak dan waktu dia ingin kembali menarik Mura dari sana, ia melihat Asta berjalan kearah Mura dan akhirnya Putri mengurungkan niatnya.

Sebenarnya Putri curiga. Memangnya orang gila mana yang lalu tiba-tiba menerima perasaan orang yang tidak pernah ditemuinya? Putri sangat curiga. Ia tidak mau sahabatnya itu disakiti. Kalau saja Asta menyakiti perasaan Mura, ia akan menjadi orang pertama yang akan melabrak Asta. Oh lihat saja nanti kau Asta Gandapura!

Asta lalu menarik lembut tangan Mura dari tengah lapangan menuju taman belakang sekolah. Mura menundukkan kepalanya malu. Entahlah padahal dia tadi bertingkah memalukan dan sekarang dia sedang malu-malu anjing seperti ini.

“Dewi” panggil Asta lembut. Terdengar merdu ditelinga Mura.

“Iya Asta?” Mura balas dengan senyuman yang sangat manis dan suara yang terdengar begitu manja di telinga Asta. Astaga Asta pasti sudah gila sekarang! Gagal total rencananya yang ingin mengatakan kalau ia menerima Mura hanya sebatas kasihan tanpa perasaan apapun. Asta malah tersenyum malu sambil memalingkan pandangannya dari wajah Mura yang seperti memanggil dirinya untuk melakukan hal ‘lebih’. Sial ada apa dengannya sebenarnya?

“Dewi, gue ehmm aku kita aduh enaknya gimana ya?” duh Asta malah malu-malu anjing sekarang. Entah kenapa memanggil nama Mura sudah membuatnya gugup seperti ini.

“Ehm pakai aku kamu juga ga papa kok, senyaman Asta aja.” Mura tersenyum manis.

“Oke, aku hm boleh minta nomor telpon kamu?” aduh kenapa malah itu yang Asta ucapkan.

“Ah iya nol delapan satu” Mura mulai mengabsen nomor telponnya.

“Oke sebentar, terus?” Asta mengambil ponselnya dari saku kanannya lalu mulai mengetik nomor Mura disana.

“Dua tiga kali terus tujuh lima kali”

“Oke makasih Dewi, nanti aku telpon ya. Ehm aku mau ke kelas dulu, duluan ya.” Asta tersenyum manis dan pamit kemudian berlalu dari hadapan Mura dan melangkahkan kakinya menuju arah kelasnya.

Ketika Asta sudah tidak dalam pandangannya, Mura berteriak senang bahkan ia menaiki salah satu bangku taman disana lalu berloncat girang. Ah… hari ini Mura benar-benar senang.

$$$

“Mura”

“Mura sayang”

“Trimura Septiana Dewi!”

“Ah iya mama, kenapa?” Mura terkejut. Ia melamun sampai tidak sadar bahwa ibu ratu memanggilnya. Oh terpujilah Asta Gandapura yang membuatnya sampai seperti ini!

My Aggressive Girlfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang