To Artha,
Boy I've Loved Before💌🍦🌈
________
SELAMAT datang di atmosfir sekolahmu yang baru, Irene Valeria! Sekarang kau resmi menjadi Lara Jean abal-abal dari novel yang diadaptasi jadi film Netflix tersohor, To All Boys I've Loved Before.
Tapi kali ini isi kisah yang berbeda. Jika Lara Jean yang awalnya terjebak dalam kubangan setan bernama friendzone kemudian mendapat happy ending, kamu ini hanya langsung ditendang jauh-jauh dari galaksi kehidupan Artha Timotius Chandra.
Perlu dijelaskan kenapa? Kamu ditolak. Biar kuulangi. Di-to-lak!
Dan sekarang silahkan persiapkan diri untuk menikmati kericuhan, ejekan, dan apapun yang akan dilemparkan anak-anak di sekolah.
Sebagai anak yang baik dan tidak ingin bikin orang tua malu, lebih baik kau tutup mulut dari rumah dan berjalan dengan kepala yang ditegakkan tinggi-tinggi saat melewati koridor sekolah, yang barangkali bakal penuh dengan manusia bermulut ember.
"Hei, Ilea~" panggil seseorang dari ujung kantin. Jelas itu bukan teman Irene. Itu siswiㅡentah siapaㅡyang pasti ingin mengusilinya. Ditambah lagi, cewek ini membawa seluruh gengnya. Irene yang baru saja menghabiskan makan siang dan hendak pergi ke toilet jadi terhimpit karena ada pagar manusia di hadapannya.
"Jadi, apa yang Artha bilang di depan sekolah?" gadis itu mencondongkan tubuh lalu berbisik kencang-kencang, sengaja membuat teman kelompoknya terkikik-kikik. "Aku dengar kau ditolak, ya?"
Dengusan jengkel lolos dari hidung, Irene lantas menggeser bahu para gadis menyebalkan itu dengan satu dorongan pelan. Tapi salah satu gadis di sana, yang badannya lebih tambun, mendorong Irene tidak senang. Nada bicaranya terdengar meremehkan sekali. "Loh? Kok pergi? Malu, ya?"
"Udah, ini mah fix, dia ditolak Artha."
"Pasti. Artha sih baik banget, ya. Nolaknya di belakang."
Sementara pria yang merasa terpanggil hanya diam-diam melirik dari sudut. Bakmi di mangkuknya belum habis. Butiran es embun di gelas es jeruknya juga hanya semakin banyak sekalipun isinya tak tersentuh.
Irene mengepalkan tangannya dengan gusar. Matanya memicing tak senang dan ia berusaha menerobos barisan cewek-cewek kampungan di hadapan dengan sekali coba. Tapi gagal, para geng centil itu malah tertawa usil. "Eits, eits. Panggil dulu temanmu buat bantuin."
Astaga, Tuhan. Irene ingin sekali mengumpat. Teman-teman Irene semuanya masih di toilet. Para cecunguk pecundang ini hanya berani menganggu Irene saat ia sendirian. Dari ekor mata, Irene mendelik tak habis pikir. Tapi Irene yakin mulutnya lebih beredukasi, jadi ia memilih bungkam daripada berdebat dengan manusia idiot.
"Eh, atau panggil pacarmu aja, ya, Si Artha?" goda Si Tambun.
"Jahat banget. Jangan diingatkan kalau dia ditolak kali," yang lain menyahuti tapi jelas saja itu bukan kalimat pembelaan untuk Irene. Itu hanya sarkasme.
Hooo. Oke. Jadi mereka sedang menyulut sumbu emosi seorang Irene Valeria. Gadis itu lantas menyeringai jijik dan membuat para lawan bicaranya berjengit kesal saat mulut Irene terbuka pelan, "Sori, nih. Kalian semua bisa minggir, nggak? Kalian bau ketek. Saya jijik. Thanks."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ To Artha, Boy I've Loved Before | salicelee.
FanfictionBukan serial Netflix! Ini tentang hilangnya buku harian Irene yang menyebabkan seluruh murid SMA Chandrawaka punya rahasia publik bersama: "Irene Valeria menyukai Artha Timotius Chandra." Dan kemudian rentetan plot twist sialan mulai bermunculan. __...