13: To Irene...

2.8K 636 200
                                    

To Artha,
Boy I've Loved Before.

💌🌈🍨

_______

SETELAH mendudukkan diri di kursi tunggu bandara, Artha melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan. 15 menit lagi dan ia baru bisa masuk ke dalam pesawat. Alunan melodi Take Me On milik Saltnpaper mengisi rungu dan Artha hanya mampu memejamkan mata sejenak, mengingat kembali isi surat yang ia biarkan terlantar di luar ruang boarding tadi--itu surat semalam yang susah payah ia tulis usai mematikan sambungan telepon dengan Irene Valeria.

Pada malam itu, hanya ada lagu acak yang terputar di radio mobil dan gemerisik hujan yang beriringan dengan suara wiper. Artha memarkir mobil di tepi usai membeli satu burger yang hendak ia camili pada tengah malam. 

Isi kepalanya berisik, tidak bisa fokus sama sekali. Artha memilih keluar dari rumah demi menghirup udara malam yang tanpa pengap. Mendadak saat penyiar radio bersuara, mulutnya berhenti mengunyah. Nama penyiar radionya terdengar sangat familiar. Mirip dengan nama asli Ilea.

"Hai, kembali lagi dengan aku Irene Bernice di Summer F.M."

Artha mengerjapkan mata saat suara lembut tersebut melanjutkan kalimat yang membuat fokus seratus persen.

"Apakah kalian bertanya-tanya tentang apa yang sedang kalian lakukan saat ini? Apakah kalian kehilangan arah untuk menilai apakah apa yang kalian lakukan ini sebuah kesalahan atau tidak? Aku yakin beberapa dari kalian mengangguk dalam hati.

Ehem, mungkin ini terdengar agak personal, tapi suamiku pernah bilang satu hal yang lumayan keren dan aku ingin membagikannya kepada kalian.

'Terkadang beberapa hal hanya bisa dipahami saat kau memejamkan mata.'

Aku sendiri agak kaget saat ia memberiku saran seperti itu. Tapi setelah kupikir-pikir, itu ada benarnya. 

Di dunia ini sudah terlalu banyak hal tak direncanakan yang telah terjadi begitu saja. Jadi, terkadang ada baiknya jika kita bersikap tak acuh, menutup mata, dan tidak merencanakan apapun."

Dahi Artha spontan mengernyit. Oh, itu mengingatkan Artha pada jalinannya bersama Ilea yang jadi begitu saja. Bagaimana perkenalan mereka yang terjadi dalam satu hari gara-gara kalimat idiot seperti; Selamat hari jadi satu. Serta bagaimana pertemanan mereka menjadi erat karena ajakan simpel penuh antusias seperti; Mau main? Dan bagaimana hubungan mereka hanya jadi kenangan saat diakhiri dengan terima kasih untuk segalanya.

Artha merasa ingin sekali menertawakan diri sendiri. Dia ini memang manusia payah.

"Buat kamu yang sedang dilema, merasa bersalah, atau menyesal, coba legakan pikiran sejenak. Mungkin kita tinggal diam saja lalu izinkan semuanya terbawa arus. Biarkan mengalir seperti lagu Take Me On kepunyaan Saltnpaper ini."

Judul lagu yang disebut tadi kemudian mengisi ruang kecil di dalam mobil Artha yang beraroma semerbak bergamot. Artha tertawa pelan, memandang gerakan monoton wiper  yang menyapu tetes air hujan di setiap sekon, kemudian menghabiskan malam dengan melamun bersama secarik kertas di meja belajarnya.

Kenapa manusia itu susah sekali mengumpulkan keberanian dan kejujuran, ya? Ah, bukan itu pertanyaan seharusnya. Yang benar adalah; mengapa harus ada konsekuensi dibalik keberanian dan kejujuran.

____

To Irene,

Ini surat pengakuan.

Saat ini aku nggak tahu apa yang harus kulakukan, jadi aku coba metode kamu. Kamu pernah bilang saat kamu sangat menyukai seseorang dan kehilangan akal untuk meredam, kamu akan menuang perasaanmu di kertas. Jadi kucoba saja.

Aku tak tahu tentang perasaanmu, tapi aku tahu, aku akan merindukanmu.

Mungkin rinduku bakal sebesar anak gendut yang suka makan es krim dan sedalam inti bumi.

Aku tidak yakin apakah kamu ingin tahu soal ini. Aku pun bingung apakah aku harus minta maaf karena merasakan hal seperti ini. Sejujurnya, aku tidak siap kalau kau menjauhiku. Tapi, nasi sudah menjadi bubur dan kita pun sudah menjauh, bukan?

Pada intinya surat pengakuan ini hanya berisi harapan kalau perasaanku bisa tersampaikan.

Irene Valeria, maaf. Aku suka padamu. []


NOTES:
Teriak sebel bareng2 gih. :-)

Biar akhir ceritanya tidak terprediksi, aku udah punya masing2 ending per tim. Random. Jadi bener2 kalian yang nentuin ending-nya by voting. Jadi tanggung sendiri ending-nya gimana, hehe. 

Sad ending atau happy ending semua ada di tangan kalian :)


/// LAPAK VOTING ///

[ c l o s e d]

[ c l o s e d]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✔ To Artha, Boy I've Loved Before | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang