Entah sejak kapan Jimin mulai menyukai kesehariannya.
Bukan kesehariannya yang lama, tapi keseharian yang baru-baru ini ia jalani.
Ia sudah tidak check up kerumah sakit karena dokter sudah menyatakan kakinya sembuh total. Bukan berarti ia tidak pernah bertemu Taehyung lagi.
Ia sering datang ke agensi tempat Jungkook berlatih kemampuan dancenya dan disanalah ia bertemu Taehyung.
Taehyung memang tidak ikut menari apalagi menjadi trainee. Pria pemilik senyum kotak itu selalu menemani Jungkook saat berlatih. Katanya kebiasaan sejak kecil. Dimana ada Jungkook berlatih disitu ada Taehyung.
Jimin selalu datang sepulang sekolah setelah mengganti seragam di rumah. Jungkook masih melanjutkan sekolahnya, hanya beberapa kali absen karena ada evaluasi dari pihak agensi.
Jimin dan Taehyung duduk bersebelahan menyaksikan Jungkook yang masih menggerakkan tubuhnya sesuai irama meskipun keringat sudah membuat rambut dan bajunya basah.
Saat musik berhenti, Taehyung segera mematikan sumber bunyi agar Jungkook tidak lanjut menari.
"Jungkook-ah istirahat dulu, kau sudah kelelahan."
Jungkook mengangguk lalu duduk disebelah Jimin. Ia mengibas-ibaskan tangannya menghasilkan angin yang tak seberapa sekedar meredakan panas ditubuhnya.
"Aku mau ke kantin, mau titip apa?"
Jungkook sedikit menegakkan tubuhnya mendapat tawaran menyenangkan dari sepupunya.
"Air mineral dan roti. Hyung yang bayar." Katanya diakhiri cengiran dibibirnya.
Taehyung hanya mencibir lalu menoleh pada Jimin, melempar isyarat bertanya.
"Aku tidak usah. Tidak ingin apa pun."
Taehyung mengangguk lalu meninggalkan Jimin dan Jungkook dalam ruang latihan.
"Kau sepertinya tidak seperti dulu lagi hyung?"
Jimin menoleh. Jungkook sedang mengipasi wajahnya dengan kertas yang entah ia dapat dari mana.
"Tidak seperti dulu bagaimana? Memangnya aku dulu bagaimana?"
Jungkook melirik sekilas pada pemuda yang lebih tua darinya.
"Kau dulu terkesan tidak punya semangat hidup dan selalu mengeluh. Aku sampai lelah mendengar keluhanmu setiap pagi yang itu-itu saja."
Jimin menggaruk tengkuknya. "Sungguh? Seburuk itu?"
Jungkook mengangguk yakin.
"Eung. Kau selalu mengeluh bosan, hidupmu datar, tidak ada tantangan. Pokoknya itu-itu saja."
Jimin meringis mengingat bagaimana ia dulu. Memang benar ia selalu mengeluh dengan hidupnya.
"Tapi sekarang kau sudah tidak pernah mengeluhkan itu lagi padaku. Kau juga lebih bersemangat setiap hari. Apa sesuatu yang baik terjadi? Atau akhirnya hidupmu ada tantangan?"
Jimin terkekeh. Jungkook sedang menyindirnya.
"Entahlah. Aku hanya sedang belajar melihat dunia dengan cara berbeda dari aku yang dulu, karena kehidupan itu berharga."
Jungkook menatap Jimin intens.
"Hyung, kau yakin dokter tidak mengatakan sesuatu tentang kepalamu? Mungkin kepalamu terbentur saat jatuh waktu itu?"
Jimin menaikkan alisnya tanda tak mengerti.
"Maksudnya?"
"Sejak kapan kau punya pemikiran dewasa begitu?"
"Kau mengejekku Jeon?!"
Jungkook meringis mendapat cibiran Jimin.
"Seseorang mengatakan padaku tentang betapa berharganya kehidupan, dan aku bodoh sudah menyia-nyiakannya."
Jungkook menaikkan alisnya.
"Siapa?"
Cklek
"Jeon Jungkook tangkap!"
Taehyung melemparkan sebotol air mineral yang beruntungnya berhasil ditangkap Jungkook.
Jimin tersenyum. "Dia orangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
No Title ✔️
FanfictionPark Jimin merasa ia adalah tokoh utama dalam dongengnya yang tak berjudul Tak ada yang spesial dan tak ada yang menarik Lurus tak berliku dan hambar tanpa rasa Hingga ia bertemu Kim Taehyung yang berhasil membuat kisahnya menjadi spesial __________...