Jungkook duduk dilantai tempatnya berlatih dengan napas tersenggal. Ia baru saja berlatih satu lagu penuh. Minggu depan adalah harinya untuk tes sebagai koreografer.
Beberapa hari yang lalu Jungkook mendapat tawaran menjadi koreografer di salah satu agensi terbesar di Korea. Tentu saja Jungkook tidak akan menolak, toh sekolahnya juga sudah selesai hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan.
Ngomong-ngomong tentang kelulusan, kemarin Jimin memberitahu Jungkook kalau dia akan melanjutkan study bisnis ke luar negeri. Pemuda itu memang sudah memutuskan akan melanjutkan perusahaan ayahnya kelak. Meski ayahnya tidak memaksa, Jimin yakin dengan keputusannya.
"Jungkook, ada yang mencarimu."
Jungkook menoleh pada salah satu staff agensi yang sering memberinya info ini itu.
"Siapa?"
"Tidak tahu. Seorang ahjushi."
Jungkook mengernyit sebelum kemudian mengangguk lalu beranjak ke tempat orang yang mencarinya.
Jungkook tak langsung menemui orang itu ketika dari jauh ia bisa mengenali siapa orang yang mencarinya itu.
Jungkook menghela napas lalu memantapkan hatinya menemui orang itu.
"Abeoji."
Pria itu -ayah Jungkook- membalikkan badannya ke arah putra tunggalnya.
"Jungkook, ada yang ingin kubicarakan."
Jungkook menelan ludahnya mendengar nada serius pria berumur didepannya. Ia mengikuti ayahnya duduk di salah satu kursi yang disediakan disana.
"Ada apa?" Tanya Jungkook berusaha terlihat santai.
"Kudengar kau diminta menjadi koreografer di agensi besar?"
Jungkook mengangguk.
"Kau terima?"
Jungkook mengangguk lagi. "Minggu depan tesnya, kalau aku lulus aku akan jadi koreografer tetap disana."
Jungkook sudah siap menerima amarah ayahnya kalau-kalau pria berumur itu akan mengamuk karena Jungkook memilih menjadi koreografer daripada melanjutkan perusahaan ayahnya.
Namun diluar dugaan, tangan besar ayahnya mengelus kepalanya lembut. Jungkook termenung, tidak mengerti apa yang terjadi.
"Syukurlah. Aku sangat khawatir kalau-kalau kau gagal. Maaf karena meremehkanmu. Harusnya aku tahu putraku ini jenius yang bisa melakukan apapun."
Jungkook tak mengatakan apapun. Ia masih tak mengerti dengan sikap lembut ayahnya yang tiba-tiba.
"Lakukan apapun yang kau mau dengan serius Jungkook. Meskipun kau suka bukan berarti kau boleh main-main, kau harus jadi koreografer yang hebat. Mengerti?"
Jungkook mengerjap lalu mengangguk.
Tuan Jeon tersenyum hangat.
"Kalau suatu saat kau gagal, kau boleh datang padaku. Perusahaanku masih terbuka untukmu."
Tuan Jeon menepuk pundak Jungkook pelan lalu beranjak ingin meninggalkan Jungkook.
Sebelum tuan Jeon benar-benar pergi, Jungkook menahan tangan ayahnya namun segera ia lepas ketika tuan Jeon kembali menatapnya.
"Terima kasih...... a-appa."
Tuan Jeon tersenyum lebar. Setetes air mata jatuh dari mata tuanya. Ia memeluk putra tunggalnya itu lalu menumpahkan tangisnya.
"Maaf pernah membuatmu membenci appa. Appa hanya tidak ingin kau merasakan kegagalan."
Jungkook balas memeluk ayahnya. Menumpahkan segala rasa rindu dan sayang pada ayahnya.
Setiap orang punya kehidupannya masing-masing.
Dan kehidupan itu seimbang.
Ada kalanya hidup terasa berat
Ada kalanya hidup terasa menyenangkan
Dan ada kalanya hidup terasa membosankan.
Bagaimanapun kehidupan, tugas manusia hanya menjalani dengan ikhlas.Berhenti membandingkan hidupmu dengan hidup oranglain.
Kau tidak tahu hal buruk apa yang oranglain alami
Dan kau juga tidak tahu hal baik apa yang sebenarnya sedang kau jalani.Syukuri dan jalani hidup dengan ikhlas.
Regard,
K_DewiLestari
KAMU SEDANG MEMBACA
No Title ✔️
FanfictionPark Jimin merasa ia adalah tokoh utama dalam dongengnya yang tak berjudul Tak ada yang spesial dan tak ada yang menarik Lurus tak berliku dan hambar tanpa rasa Hingga ia bertemu Kim Taehyung yang berhasil membuat kisahnya menjadi spesial __________...