ONE

103 46 91
                                    

Jari-jari lentiknya bergerak segesit mungkin di atas buku tugas yang akan segera ia kumpulkan di depan kelas. Hanya pelajaran jenis ini yang selalu tak bisa ia kerjakan hingga tuntas. Otaknya akan mengepulkan kepulan asap hitam atau sumpah serapah yang ia ucapkan dalam hati saking gondoknya dengan pelajaran itu.

MTK, Fisika, dan sejenisnya. Daebi akan nyerah dengan pelajaran itu. Otaknya benar-benar tak sampai dengan pelajaran tersebut. Sekarang pun ia terus dikejar oleh waktu untuk menyelesaikan jawaban dari buku tugas Rae, teman akrabnya.

Sebelumnya, dia dengan ketua kelas pun pake ada acara tarik menarik buku karena takut kena nyinyir bu Sera, guru MTK yang baru di sekolahnya. Beliau terkenal dengan aura dingin, cuek, dan omongan pedasnya. Kalau udah nyindir pasti jleb banget sampai ke tulang rusuk. Dan tugas itu harus sampai di meja Bu Sera jam 8.25.

"Daebi! gece woii!" seru Junwo dari depan kelas sambil sesekali melihat ambang pintu--- takut-takut bu Sera tiba-tiba menongolkan diri.

"Bi!"

"Biiigs!"

"Sabar, nying!" seru Daebi tak kalah heboh. Tinggal sedikit lagi. Hanya tinggal menuliskan nama di buku tugas barunya tersebut.

"Assalamualaikum." Suara kalem yang terdengar sudah familiar tersebut sukses membuat seisi kelas yang tadinya bergaduh-gaduh ria, kini terdiam seketika.

"Waalaikumsalam, bu." Seisi kelas menjawab takut-takut.

Atmosfir ruang kelas X IPS 1 seketika berubah hening dan mencekam. Tatapan mereka reflek menuju ke arah ambang pintu kelas, menunggu sosok itu menyampaikan maksud kedatangannya yang tiba-tiba.

"Tenang, bu. Tugasnya dah kekumpul semua, kok." Dengan patuhnya Junwo berdiri tegak menghadap bu Sera yang kini sudah berdiri santai di depan kelas. Seisi kelas jadi dilanda keringat dingin takut kena siram sindiran khasnya.

"Ok, itu kamu antar saja ke meja ibu nanti. Tapi, sebelumnya ibu bawa sesuatu untuk kalian," ujar bu Sera dengan nada kalem, secercah senyuman tipis terlukis di wajahnya walau hanya hitungan detik.

"Bawa makanan ya, bu," celetuk Verel dengan suara asal-asalannya yang sukses mencuri perhatian teman-temannya termasuk bu Sera.

Tatapan teman-teman sekelasnya seolah berkata, 'Mulut lo kasih rem woi!'

"Ibu tidak bisa diajak bercanda. Saya sudah pernah kasih tau itu dikelas ini kan?"

"Iya bu," serempak semuanya menjawab patuh agar tidak memperbesar api emosi bu Sera.

"Verel, latih lagi etikamu."

"Ibu lagi gak mau basa-basi sekarang. Hari ini kelas ini kedatangan murid baru. Silahkan, nak!" lanjut bu Sera yang langsung mempersilahkan seseorang dari luar kelas X IPS 1.

Anak itu hanya menurut dan langsung memasuki ruangan asing tersebut yang sebelumnya mungkin belum pernah ia datangi. Perawakannya agak tinggi dengan kulit putih pucat sepucat mayat hidup, garis matanya terlihat menawan. Tak ada secercah senyuman yang terlukis sama sekali di wajahnya.

Namun, saat cowok itu melewati bu Sera. Daebi hampir kelepasan ketawa kalau saja ia tidak buru-buru membekap mulutnya sendiri. Menurut Daebi dua orang itu tak ada bedanya. Sebelas dua belas, seperti anak dan induk.

CASPER 🌙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang