Ruangan yang biasanya ramai oleh kaum hawa saat istirahat, kini telah berangsur sepi sebab bel tanda masuk baru saja berbunyi lima menit yang lalu.
Eunri awalnya sudah bersi keras mengajak Daebi ke UKS sekolah agar hidungnya yang tiba-tiba mengeluarkan darah segar itu cepat mereda setelah diberi penanganan oleh anak PMR yang kini sedang bertugas di UKS. Tetapi, karena mereka sama-sama keras kepalanya, omelan Eunri hanya ditelan mentah-mentah oleh Daebi.
Disinilah sekarang mereka berada. Daebi yang tengah sibuk-sibuknya membersihkan hidungnya yang tidak lagi mengeluarkan darah, jadi salfok sendiri dengan suara cempreng milik Eunri. Mungkin yang berada di bilik toilet pun sama terusiknya dengan Daebi. Toa' tukang perabot komplek mungkin kalah dengan suaranya.
"Stop... stop...!" cegah Daebi yang sudah gondok sendiri dengan ocehan Eunri yang tak ada hentinya.
"Ntar, gue panggilin ambulan. Biar keram lo sembuh di RSJ," ujar Daebi melirik sejenak ke arah Eunri lalu fokus lagi dengan bagian bawah roknya yang juga terkena darah saat ia berjalan cepat dengan tangan menyeret-nyeret makhluk rese' seperti Eunri.
"Ah, lo gak ngerti. Gue---"
"Gue gak ngerti yang mana? kurang baik apa coba? Gue baik dong mau bantu nyembuhin keram lo itu," sergah Daebi yang langsung menyuarakan alibi di dalam pikirannya.
"Itu juga gak seberapa. Lo tau rasanya nginjek tai embe' pas acara kurbanan mau dimulai?" Daebi hanya menggeleng pelan sambil mengerutkan dahinya pertanda bingung dengan isi otak teman dekatnya tersebut. Aneh memang.
"Malu banget lah, nyet."
"Ya, terus?"
"Otak lo keknya mesti di daur ulang, Bi," saran Eunri jadi gemas sendiri.
"Lo kira otak gue limbah plastik,"
"Yang penting tadi udah minta maap ke orang yang lo tabrak, dodol." Daebi mengingat-ingat kejadian Eunri yang tidak sengaja menabrak orang dengan sikut di koridor kelas XI saat mereka hendak menuju toilet. Untungnya gak keras-keras banget. Tapi tetap saja, Daebi jadi tak enak hati pada Eunri dan cowok yang tadi ditabrak.
Dari dulu, Daebi sangat berusaha untuk menjadi orang yang peka dan peduli pada sekitarnya sejak masalah kelamnya di tahun lalu telah selesai oleh waktu. Ah, lebih tepatnya ia tidak mau menyelesaikannya hingga tuntas dan membiarkan masalahnya tersebut berlumut dan hilang dengan sendirinya.
"Halah, gak peka amat lo. "
DEG
'Lo harusnya peka, bangsad!!'
'Dia emang butuh bantuan lo. Tapi, cara lo salah, bego!'
dia hanya bisa diam di tempat sembari mengeratkan pegangannya pada kantong plastik yang baru saja ia dapatkan dari apotek terdekat. Daebi tak bisa berbohong pada perasaannya. Sungguh, lawan bicaranya kini benar-benar terlihat menyeramkan dari pada saat marah di waktu biasa.
Cairan bening terus saja mengalir deras dari pelupuk matanya saat ia menundukkan kepalanya. Ia tahu dirinya salah. Namun, orang yang sudah ia anggap sahabatnya sampai sekarang seharusnya tidak bersikap berlebihan seperti ini.
'EMANG ORANG GAK TAU DIUNTUNG LO! MATI AJA SANA!!'
"Jung Daebi!!"
"Daebi-ah, lo gak kesurupan kan?!
"JUNG DAEBI BINTI INYONG!"
"Ha?! aya naon? bapak gue kenapa lo sebutin, bangswad!" Daebi yang sudah kembali ke alam sadarnya justru nanya balik dengan logat sunda yang sukses membuat Eunri tertawa terbahak-bahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
CASPER 🌙
FanfictionShuga itu orangnya dingin-dingin ramah. Sekalinya senyum malah bikin merinding. Kalau yang nyalinya ciut mungkin udah ngompol di tempat saking gemetarnya menghadapi sosok seperti Shuga. Berawal dari sikap inisiatifnya, Daebi justru berujung mengalam...