THREE

53 31 24
                                    

Setelah mendengar hal itu dari mulut Yolla sendiri, seisi kelas cengo' terlebih dahulu termasuk Daebi. Mereka nampak tak percaya dengan penuturan Yolla barusan karena mereka tahu Shuga itu masih murid baru yang belum tahu banyak tentang sekolah SMAN Dargakara.

"Anjirr! gue ngomong bener, bego. Mereka gelut deket kelas 11," seloroh Yolla tak bisa santai lalu ia langsung melesat pergi begitu saja ke tempat kejadian karena masih penasaran dengan pertarungan sengit antara most wanted sekolah dengan si anak baru.

Daebi segera beranjak dari tempatnya dan ikut keluar kelas bersama Eunri dan Rae. Benar saja. Terdengar riuh ramai beberapa murid yang sudah berkerumun di sekitar koridor kelas XI. Seketika pikirannya diserang berpuluh-puluh pertanyaan tentang Shuga yang kini tidak bisa ia jawab sebelum memastikannya sendiri.

"LANJOOT, REL!"

'Njirr! lerai mereka lah, bego. Kasian Shuga dah kayak gitu.'

"HAJARR AMPE MAMPUUS!"

'Kas, lo kan cowok. Lerai mereka, dong.'

Shuga benar-benar terlihat sudah babak belur parah akibat hanya diam saja menghadapi sosok Arel yang sudah seperti orang kesurupan. Sedangkan Arel, kedua tangannya mengalirkan darah segar akibat meleset saat ia ingin menghajar abis-abis an lawan gelutnya tersebut.

Junwo, sang ketua kelas yang merasa punya tanggung jawab pada teman sekelasnya tersebut akhirnya membelah kerumunan dan langsung menerjunkan diri untuk memisahkan mereka yang sudah adu jotos sejak lima belas menit yang lalu. Ia tidak ingin kelasnya mendapat cap paling buruk dari guru-guru setelah insiden ini.

Namun yang terjadi, ia justru terpental mengenai rak sepatu besi di belakangnya hingga menimbulkan suara 'kreek' pada lengan kanannya. Junwo langsung berdiri dengan gesit, menyelengkat kaki Arel dan mengunci pergerakannya.

"Woi, bangsad! Lo kalau ada masalah sama anak kelas gue selesaiin pake cara baik-baik!"

"Gue tau lo laki. Tapi, abis liat cara penyelesaian lo gini. Sisi bocah lo makin keliatan ya, nyet!" tutur Junwo menahan rasa emosinya seraya mengunci kedua pergelangan tangan Arel ke belakang.

"KIM ARELGA!" suara lantang nan menggelegar itu seketika membuat tinju Arelga melayang di udara saat ia hendak memukul Junwo yang sudah terbanting ke permukaan lantai yang dingin.

Jeda beberapa detik sebelum akhirnya Bu Vey berkata,"Kalian semua! Ikut saya ke ruang BK!!"

Daebi sempat melihat ekor mata setajam elang yang mengarah ke arahnya seperti ketidaksukaan yang amat dalam, persis tatapan benci seseorang dari masa lampaunya setahun yang lalu. Sebelum akhirnya, sosok itu digiring paksa oleh Bu Vey menuju ruangan paling keramat menurut para siswa brandal yang sering keluar masuk ruangan tersebut.

***

Disinilah mereka berada, Shuga dan Arel masih berdiri saja di sebelah sofa hitam kosong, tak dipersilakan duduk oleh Bu Vey karena guru tersebut sudah terlanjur kebawa emosi. Tapi anehya, guru itu masih saja memamerkan senyum kecut yang malah terlihat komok.

"Udahan lo ngejelasinnya? yang lo ninju gue kenapa gak lo jelasin prosesnya? Takut?" sela Arel melipat tangannya di depan dada, memancing emosi sang ketua kelas.

"Iya gue tau. Gue salah. Ngeladenin bocah kayak lo karena ikut campur," sarkas Junwo melirik malas ke arah Arel yang kini sudah mengepalkan kedua tangannya di samping tubuh.

CASPER 🌙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang