SIX

13 2 0
                                    

Telapak tangannya terasa mati rasa setelah ia puas mengeluarkan seluruh emosi yang ia pendam sejak tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Telapak tangannya terasa mati rasa setelah ia puas mengeluarkan seluruh emosi yang ia pendam sejak tadi. Terlihat samar jejak telapak tangannya di pipi sebelah kanan Dara.
Cewek itu kini menunduk seraya mengusap pipinya perlahan yang membuat Daebi benar-benar puas setelah menamparnya.

"Terus kalau gue harus kayak Meira. Masalahnya selesai?" tanya Daebi dengan tatapan prihatin. Aura berbeda menguar di sekitar tubuhnya seketika--- itulah yang dilihat orang-orang saat menonton mereka.

'Drama banget gak sih?'

'Mereka? iyalah,'

'Masalah cowok ya? hahaha bucin amat woii!'

"Itu emak-emak lampir gak usah bacot!" sindir Eunri menekankan kalimat akhir saking kesalnya dengan jenis makhluk otak comberan seperti mereka.

Kerumunan yang tadinya sibuk dengan obrolan mereka masing-masing kini terdiam seribu bahasa sebab ucapan Eunri barusan. Semuanya masih setia di tempat--- kepo dengan kelanjutan masalah yang terjadi di hadapan mereka.

"Hina aja gue. Kenapa mesti bawa-bawa orang tua?" tanya Daebi berusaha meredam emosinya setelah mengingat kembali orang tuanya dihina dengan asal.

Hening

Daebi jadi bete sendiri kalau lawan bicaranya justru memilih untuk merapatkan mulutnya. Ia kembali duduk di kursinya lalu menyenderkan kepalanya di atas meja hingga wajahnya tertutup. Malu.

"Udah sana pada bubar! bubar woii!" usir Junwo merasa mencium bau-bau apek yang mengganggu indra penciumannya sejak tadi.

Sebenarnya, ia sudah ingin buka mulut saat perdebatan kecil tadi masih terjadi. Namun, karena takut dikira perusak suasana, ia memilih diam saja lalu lanjut menonton sambil bersih-bersih galerinya yang penuh dengan... y gitu.

Dagghh..

"Ck, lo nyari pelampiasan?" Shuga yang tadinya sedang tidur anteng-antengnya sambil mendengarkan alunan musik favoritnya dengan volume standar. Kini menatap Dara dingin karena cewek itu menendang mejanya cukup keras tadi.

"Lebay amat lo," ketus Dara merasa tak bersalah dengan ulahnya.

"Lebih lebay siapa? gak menor sehari ngeluh sana-sini," ujar Suga seadanya.

Cowok itu kalau sudah merasa terusik omongannya kadang suka gak disaring dulu. Fakta mengejutkan yang baru diketahui teman-teman sekelas Shuga.

Karena letak tempat duduknya cukup strategis dengan meja anak cewek-cewek yang selalu membahas skin care saat kegiatan belajar tengah berlangsung maupun free class. Suga cukup tau diri dengan posisinya di kelas ini. Jadi, ia tidak mau ambil pusing perkara itu. Karena toh, mau di sekolah atau di luar sekolah pun ia sudah biasa melihat penampilan berlebihan seperti itu.

'Akkhh, bangsat!' umpat Dara dibuat sepelan mungkin lantaran takut Shuga mendengarnya.

Kerumunan anak-anak kelas lain yang tadi asyik menontoni pertengkaran yang terjadi antara Daebi dan Dara, kini berangsur menghilang. Shuga seperti biasa hanya diam. Tak peduli dengan sekitarnya yang tiba-tiba gaduh kembali seperti stadion bola.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CASPER 🌙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang