Warm Water (b.1)

421 50 4
                                    

Disclaimer : include suicidal act and character death.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.


Yoongi telah membohonginya selama ini. Semuanya hanya sandiwara. Sandiwara manis yang berakhir mendorong Jimin ke jurang lara yang dalam dan gelap. Hancur sudah semua rasa yang ia bangun. Ia jatuh cinta pada kebohongan yang ditata dengan baik oleh pujaan hatinya, Min bajingan Yoongi.

Ini sudah empat hari setelah kejadian memalukan malam itu. Jimin berdiri dengan buket bunga dan baju terbaik yang ia punya, tersenyum bodoh dengan mata yang sudah basah didepan Yoongi dan kekasih wanitanya, dan puluhan orang lain yang melihat mereka penuh tanda tanya.

Jimin harusnya mengikuti kepalanya sejak dulu, bukan hatinya. Ini bukan akhir yang dia mau. Jimin harusnya peka akan fakta bahwa Yoongi benar menyayanginya, namun sebagai seorang adik. Bukan sebagai 'pria' seperti yang Jimin rasakan. Jimin harusnya membuat dirinya menyukai wanita, bukan menjadi seorang gay yang berakhir hina seperti ini. Jimin tidak berpengalaman, ia tahu itu. Dan harusnya dia tak usah nekat mencoba. Salahkan adrenalin bodohnya.

Jimin masih setia merebahkan dirinya yang kelaparan di kasur dengan piyama kuning hangatnya. Matanya perih dan kepalanya sakit sekali. Belum lagi perutnya yang menggeram sejak kemarin. Belum ada komponen padat yang menutrisi dirinya dua hari ini. Hanya air putih dan beberapa cangkir susu dingin. Otot-otoh tubuhnya pun ikut melemas. Ia bahkan tak lagi sanggup duduk tegak. Entah tak sanggup atau memang semuanya ikut melemah seiring dengan semangat hidupnya yang kian melemah.

Yoongi dan segala kebohongannya itu. Brengsek dan menjijikkan. Senyum manis membunuh Yoongi kini jadi senyuman paling menjijikkan yang pernah Jimin lihat. Lembutnya bibir Yoongi saat menelusuri setiap inci tubuhnya hanya menjadi bekas yang membuat Jimin membenci tubuhnya sendiri. Jimin menyentuh rambutnya, tempat yang kerap kali diberi elusan sayang dari pria pucat brengsek itu. Jimin tiba-tiba ingin memotong habis rambutnya.

Mereka sudah sempurna, harusnya begitu. Mereka sudah menyatakan bahwa mereka jatuh cinta satu sama lain, kerap kali bercinta, liburan berdua ke tempat yang jauh sekali, dan berbagi keluh kesah. Tapi Jimin akhirnya tahu mengapa Yoongi tak pernah mau menyematkan status kekasih pada Jimin. Alasannya Yoongi tak ingin ada 'putus hubungan' atau semacamnya. Sampah, ia hanya tak ingin punya kekasih lain.

Jimin hanya bahan percobaannya selama ini. Yoongi mungkin ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan pria, bagaimana rasa tubuh indah Jimin, dan mungkin hal-hal yang lebih buruk selain itu. Jimin awalnya percaya dengan segenap hatinya, Yoongi tak pernah menjawab telfonnya di akhir pekan karena Yoongi bekerja padat pada dua hari itu. Jimin bodoh sekali. Kenyataannya? Yoongi menginap bergiliran, di apartemen Jimin, lalu apartemen kekasihnya.

Jimin lelah. Jimin terlalu sakit untuk kembali mengingat bagaimana indahnya masa-masa itu. Jimin sudah benar-benar lelah. Teman-temannya hidup bahagia dengan pasangan dan kehidupan mereka, kehidupan yang sempurna. Dan Jimin? Tak ada yang baik dalam hidupnya. Ia gagal di hal yang harusnya jadi sandaran terakhirnya. Yoongi tentu tahu bahwa Jimin tak punya siapapun lagi, Yoongi pun pasti tahu bahwa Jimin mengharapkan kebahagiaan pada Yoongi. Tapi Yoongi terlalu brengsek untuk peduli pada harapan-harapan bodohnya.

Jimin sudah pada puncaknya. Ia sudah tak bergairah melakukan apapun. Ia bahkan malas untuk membuat sinar matahari menyinari paginya. Perutnya yang terus menggeram membuatnya kesal. Ia bangkit dengan terpaksa. Ia melihat bayangan dirinya di cermin, lalu tersenyum menyedihkan.

"aku terlihat menjijikkan"

Ia menyentuh matanya yang membengkak, lalu tertawa pelan.

"maaf ya, aku membuatmu bengkak seperti ini. Tenang saja, kau akan beristirahat lama sekali setelah ini"

.

Jimin berjalan dengan tatapan kosong,telinga yang disumbat oleh earphone, mendengar music-musik indah untuk terakhir kali, membawa sebuah roti, dan beberapa bungkus obat-obatan. Jimin berjalan dengan pikiran yang entah ada dimana, membuatnya tak menyadari bahwa sejak tadi ada yang tengah mengejarnya.

Jimin membuka semua pakaiannya, menyisakan celana pendek dan baju tanpa lengan. Ia sudah selesai memakan sepotong roti coklat dan segelas susu. Cukup untuk membuat perut sialnya berhenti menggeram. Jimin membereskan kamarnya, mengirim pesan ke beberapa temannya, dan menulis sebuah surat pendek yang ia letakkan diatas nakas.

Ia meminum banyak sekali tablet obat sekaligus, menangis, lalu merendam dirinya di bathub yang sudah ia isi air hangat pagi tadi. Sekitar lima menit setelah obat-obatan dosis tinggi memasuki lambungnya, Jimin merasakan sakit yang luar biasa. Dadanya sesak, perut dan tenggorokannya panas, dan kepalanya bagai ditusuk belati, perih luar biasa.

Jimin menangis semakin keras, memukuli dadanya yang semakin terasa berat. Ia menarik nafas panjang untuk sesaat, meraih sebuah mancis putih di dekat bathub, dan memandang sebentar sebuah foto yang sedari tadi ia genggam. Sambil menahan sakit yang menjalar di selurih tubuhnya, ia menyalakn api tepat di bawah foto itu, membuatnya perlahan terbakar, habis dilalap api. Jimin melepaskan foto itu, membiarkan abunya larut bersama air.

Jimin tahu saat itu semakin dekat, ia sudah bernafas pendek sekali. Jimin tersenyum sebentar, lalu menenggelamkan kepalanya kedalam air, membiarkan air hangat itu memenuhi paru-parunya. Sayup-sayup sebelum menarik nafas untuk terakhir kalinya, Jimin dapat mendengar seseorang mendobrak pintu apatemennya, menjeritkan namanya.

Jimin, dengan segala kesedihannya, menghampiri kebahagiaan mutlak pada akhirnya. Tak lagi disakiti, bebas dan bahagia.

-To Be Continued-

little things | ym oneshots.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang