JEAN IS CALLING...
Ponsel Adel bergetar, ada suara panggilan telfon masuk.
Adel meraih ponselnya dan melihat siapa yang membuat panggilan itu."Jean?"
Senyum Adel merekah seketika, Adel pun segera mengangkat telfon tersebut.
"Jean ko tumben telpon Adel pagi-pagi gini?"
Tanya Adel memulai percakapan.
"Gapapa ko"
Jawaban Jean di sebrang sana terdengar sangat dingin di telinga Adel, sepertinya dia sedang ada masalah.
"Del, Jean mau ngomong serius"
Raut wajah Adel terlihat menjadi bingung, Adel merasa tidak ada masalah apa pun diantara mereka. Lantas apa yang ingin pacarnya sampaikan ini?. Fikiran Adel terpenuhi oleh semua pertanyaan-pertanyaan negatif, membuat jeda di percakapan antara mereka berdua.
"Jean mau ngomong apa?"
Tanya Adel sambil mengigit bibir bawahnya menandakan rasa khawatir dan takut.
"Lo lupain gue ya, gue bakal pi-"
"Maksud Jean apa?!"
Tanya Adel memotong pembicaraan mereka.
Kini matanya terlihat memanas, menahan air yang membuat matanya memburam. apa maksud pria ini?"Gue bakalan pindah ke Australi, lo jaga diri baik-baik tanpa ada gue. Makasih del atas satu tahun lebih ini lo udah bikin gue bahagia, gue harap lo bisa bahagia terus tanpa gue"
Tutt...tutt...
Sambungan telfon pun terputus, kata-kata Jean mampu membuat Adel mematung. Belom sempat dia membalas dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang ingin dia sampaikan, Jean malah menutup sambungan telfonnya dari sebrang sana.
"Apa yang Jean bilang?"
"Maksud Jean apa?"
"Pliss gw gak ngerti sama omongan Jean barusan!"
Air matanya pun turun, semakin deras. Adel mengepalkan kedua tangannya kuat menahan isakannya yang ingin lolor keluar dari bibirnya.
Pertanyaan-pertanyaan terus mengelilingi otak kepalanya.
"Apa yang sudah dia lakukan? dia membalas semuanya dengan kekecewaan"
Adel hanya bisa menggigit bibirnya, menahan isakan yang tak kunjung henti. Bagaimana bisa ia begitu mencintai seorang Jean selama ini?, lelaki yang akhirnya membuat ia remuk hanya dengan omongan Jean yang ia lontarkan beberapa detik lalu.
🌵🌵🌵
Jam sudah menunjukkan jam sepuluh malam. Hanya tinggal isakan tangisnya yang tersisa. Adel tidak bisa tidur dengan jam yang normal malam ini. Fikiranya terus mengepul, bagaimana besok di sekolah? Apa Jean ada di sekolah besok hari? Atau dia sudah pergi ke Australia? Tapi, entahlah fikiranya sudah mengacau malam ini. Merelakan atau mempertahankan, keduanya sama-sama butuh perjuangan. Keduanya sama-sama buruk, buruk sekali.
🌵🌵🌵
Keesokan pagi...
DRTTDRTT...
Ponselnya bergetar, ada panggilan masuk dari Alena, teman sebangkunya. Adel hanya mematikan ponselnya tidak peduli. Ia melemparnya ke sembarang arah lalu menarik lagi selimutnya dan melanjutkan tidurnya pagi ini. Ia tidak ada niatan sama sekali untuk bersekolah, Bi Sri yang sedari tadi menggedor-gedor pintu kamarnya pun ia biarkan begitu saja, membiarkan Bi Sri pergi dengan sendirinya. Bi Sri memang pembantu yang sudah lama mengurus Adel sejak kecil, jadi tak heran jika Bi Sri melihat perilaku Adel pagi ini. Adel memang seperti ini jika sedang marah atau mempunyai masalah dengan siapapun, memilih berdiam diri di kamar tanpa ingin diganggu oleh siapapun, termasuk, oleh Jeano.
Tapi rasanya kepala Adel masih terpenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan kemarin. Ia ingin tau, apakah Jaean ada di sekolah hari ini atau tidak. Rasa khawatirnya dan bencinya menyatu tinggi.
"Pertanyaan-pertanyaan ini harus tuntas hari ini!"
Tanpa berfikir lama, Adel pun mengurungkan niatnya untuk tidak pergi ke sekolah, pertanyaan-pertanyaanya seperti mengancam dirinya sendiri. Adel pun bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk bersiap-siap pergi ke sekolahnya, matanya terlihat membengkak karena bekas tangisan semalam. Jam hampir menunjukkan pukul 6 pagi, masih ada sedikit waktu lagi untuk ia berangkat ke sekolah.
BAGAIMANA PART INI?
JANGAN LUPA COMMENT, AND VOTE SELALU PALING DITUNGGU.
YANG BANYAK YAAAA!!!MAKASII! LVYU 3000 -,-
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Him!
Short StoryMerelakan atau mempertahankan keduanya sama-sama butuh perjuangan. Katakan bila kau ingin menjauh dariku tak perlu kau pergi secara tiba-tiba, membuatku mencari dalam keadaan yang tak pasti. Bila pun harus berakhir, bisakah kau akhiri secara baik?