Adel masuk ke kelasnya, banyak siswa siswi yang melewatinya menatapnya dengan tatapan berbagai macam, mungkin mereka heran karena mata Adel yang sembab.
Adel berupaya bersikap acuh tak acuh, ia hanya menundukan wajahnya dan segera mencari meja nya.
Sebuah tangan menepuk pelan pundaknya, Adel mengangkat kepalanya menatap pemilik tangan tersebut. Teman sebangkunya, Alena.
"Adel..." Panggil Alena pelan.
"Iya?" Jawab Adel, kepalanya masih tertunduk lesu.
"Lo kenapa?" Tanyanya lembut.
"Gue gapapa"
"Yang sabar ya del, gue udah tau ceritanya ko"
"Lo tau darimana?" Tanya Adel yang begitu penasaran, sontak kepalanya pun berbalik 90 derajat menghadap Alena.
"Gue tau dari Fano sama Arka, semalem mereka ngechat gue, mereka juga bingung sama keputusannya Jean yang secara tiba-tiba ini"
"Tapi gue gatau alesan yang jelasnya, mungkin nanti Fano sama Arka bakal cerita ke lo" katanya sedikit menenangkan.
Jemari Adel saling meremas, keringat dingin terus keluar tanpa henti. Kepalanya hanya tertunduk dengan mulut terbungkam. Pertanyaan mereka sama, pertanyaan yang tak bisa ia temukan jawabannya. Sejak kemarin Jean sudah mengganti nomor ponselnya, perbincangan terakhir mereka berakhir memilukan. Mungkin benar, Jean akan segera melupakan dirinya secepatnya.
Adel meneguk ludahnya, bingung harus melakukan apa.
"Semua itu butuh proses, entah itu mencintai atau melupakan"
🌵🌵🌵
Jam istirahat berlangsung, jam nya surga dunia bagi siswa siswi di sekolah, mereka pun pergi berhamburan ke arah kantin membuat seisi kantin penuh dengan teriakan-teriakan pembeli. Namun tidak dengan Adel ia memilih diam di dalam kelas, masih tidak bisa membuat mood nya membaik saat ini.
"Del, gue ke kantin duluan ya, lo mau nitip sesuatu?" Kata Alena menawarkan tawarannya dengan nada hati-hati, ia takut jika akan mengganggu temannya yang sedang sedih ini.
"Gaada Al, makasih" jawabnya singkat, sedikit tersenyum.
"Yaudah, gue tinggal dulu yaa.."
Tapi baru saja Adel mau keluar kelas, ia berpapasan dengan dua teman dekatnya Jeano. Fano dan Arka. Sepertinya mereka mau menemui Adel.
Karena Alena terlahir menjadi seorang wanita yang kepo akut, ia pun mengurungkan niatnya untuk pergi ke kantin, ia langsung mengikuti Fano dan Arka, mensejajarkan langkah bersama mereka yang mau menuju Adel. Alena penasaran, apa yang ingin Fano dan Arka bicarakan pada Adel. Fano dan Arka yang daritadi bingung melihat tingkah Alena, hanya bersikap acuh tak acuh, mencoba tak memperdulikan.
"Del, lo kudu lupain si brengsek Jeano!"
"Dia nggak baik buat lo, dia cuma jadi beban dipikiran lo!"
Arka yang sedari tadi sudah berada di hadapan Adel langsung mengucapkan kata-kata tajam yang berhasil membuat Adel kacau. Pikirannya seperti ada di ambang badai.
"Lo ngomong apa?, Jean itu sahabat lo sendiri" kata Adel dengan nada yang tak kalah tinggi dari Arka.
"Dia di jodohin sama orangtuanya, dan dia lebih milih Netta daripada lo" kata Arka penuh penekanan, ia sangat emosi untuk menjelaskan semuanya.
"Netta?" Tanya Adel tak mengerti.
"Dia anak teman ayahnya Jean, dia yang bakalan di jodohin sama Jean" kata Fano membuka suara.
Deg.
Alena yang mendengar penjelasan Arka dan Fano sontak kaget, dia bisa merasakan bagaimana jadi Adel, sahabat terdekatnya sendiri.
Adel sangat terkejut mendengar penjelasan Fano dan Arka. Adel tertunduk, perasaanya saat ini bercampur menjadi satu. Tidak bisa dijabarkan. Banyak hal yang ingin dia tanyakan dan luapkan, tapi bibirnya bergetar terasa keluh. Lemah untuk mengucapkan. Perasaanya terlalu lemah.
"Selamat kamu berhasil membuatku resah ketika kamu menghilang"
Tolong jangan judge author ya guys karena imajinasi yang butek ini:)
Always support cerita ini ya, ditunggu vote+COMMENT!!

KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Him!
Kısa HikayeMerelakan atau mempertahankan keduanya sama-sama butuh perjuangan. Katakan bila kau ingin menjauh dariku tak perlu kau pergi secara tiba-tiba, membuatku mencari dalam keadaan yang tak pasti. Bila pun harus berakhir, bisakah kau akhiri secara baik?