Fano

39 11 2
                                    

Fano berjalan mendekati Adel yang sedari tadi berdiri menunggu kendaraan umum di depan gerbang sekolahnya.

"Ayo pulang bareng gue"

Adel mengangkat kepalanya, menengadahkan ke atas. Ia tersenyum melihat Fano yang sedari tadi sedang menaiki motornya.

Adel mengangguk menurut, ia menerima tawaran tumpangan Fano. Lagi pula awan sore ini terlihat mendung, jika ia berlama-lama menunggu angkutan umum yang sedari tadi tidak kunjung datang, ia bisa terkena hujan di jalan.

Motor Fano pun segera melaju dan beranjak dari sana. Kedua tangan Adel tiba-tiba ditarik dan dilingkarkan pada pinggang pria di depannya.

Kepala Adel tertunduk, perasaanya kini bercampur aduk. Adel mulai merasakan jantungnya berdegup lebih cepat, tangannya berkeringat dingin. Baru kali ini ia dekat dengan Fano yang jelas-jelas teman dekat mantan pacarnya itu. Tidak seperti biasanya, Fano yang dikenal dingin kepada siapapun menjadi seseorang yang sehangat ini, dia peduli.

🌵🌵🌵

Langit sore sepulang sekolah itu tiba-tiba mengeluarkan suara gemuruh. Membuat titik-titik air menetes tanpa terduga.

Beberapa orang yang berkendara motor terpaksa menghentikan perjalanan mereka, mencari tempat untuk berteduh. Begitu pula yang dilakukan oleh Adel dan Fano, mereka memilih berhenti di sebuah halte.

Adel melipat kedua tangannya dan ia lingkarkan di depan dada, memeluk tubuhnya sendiri yang mulai dingin.

"Nih pake," suruh Fano menyerahkan jaketnya.

Adel mengangkat kepalanya, sedikit terkejut sekaligus heran. Adel mengangguk, menerimanya dan segera memakainya.

Fano mengedarkan pandangannya ke kanan dan ke kiri secara bergantian. Fano berdecak kesal, hujan sedari tadi tak kunjung berhenti.

🌵🌵🌵

Hujan akhirnya berhenti dan meninggalkan jejak basah disetiap jalan. Adel dan Fano pun segera melanjutkan kembali perjalanan mereka.

Di perjalanan tidak ada yang berani membuka suara, menciptakan keheningan. Mereka berdua mendadak canggung, mulut membisu.

"Sebuah perasaan mampu membuat watak seseorang berubah 90 derajat"

***

Mereka akhirnya tiba di tempat tujuan, lebih tepatnya di depan rumah Adel.

Adel turun dari motor Fano, merapikan rambutnya yang acak-acakan terkena angin. Adel terdiam, canggung dengan keadaan.

"Gue langsung pulang"

Adel bernafas legah, akhirnya kebisuan ini berakhir.

Adel mengangguk mengiyakan, sambil mengucapkan kata "terimakasih" kepada Fano. Fano hanya mengangguk di selingi senyum kecil dari bibirnya, lalu segera menyalakan mesin motornya.

"Gue pulang" pamit Fano.

"Iya..." Jawab Adel sambil membalas senyuman Fano.

Tak lama kemudian, motor Fano menjauh dari rumah Adel, meninggalkan Adel yang kini sendirian di depan teras rumahnya. Menyaksikan punggung Fano yang semakin jauh dari hadapan Adel.

"Hati-hati" ucap Adel secara tiba-tiba, memaksakan senyumnya kembali.

"Semesta punya cara sendiri untuk memisahkan dan menyatukan"


Ditunggu vote+COMMENT kyut dari kaliann wkwkkw...
Semoga suka ya..

More Than Him!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang