.
.Sejak kejadian menyakitkan itu, Fajar tidak masuk sekolah. Beberapa teman sekelasnya khawatir karna pemuda itu tidak memberi surat apapun mengenai absennya. Jadi yang mereka lakukan adalah menyuruh Ilham -teman sebangku fajar- untuk mendatangi rumah pemuda itu setelah pulang sekolah.
Ilham menatap pintu rumah Fajar dengan ragu. Dia sudah memencet bel berkali-kali, tapi pintu didepannya tak terbuka. Ilham sempat berpikir rumah Fajar kosong dan hendak berbalik pergi saat pintu di depannya terbuka sedikit, menampilkan pemuda yang dicarinya.
"Ilham? Kenapa kesini?"
"Kamu enggak masuk tiga hari tanpa kabar, aku khawatir." ucap Ilham, maniknya menangkap wajah Fajar yang pucat.
Fajar tersipu, perutnya geli mendengar teman sebangkunya mengkhwatirkannya, "Masuk dulu, ya. Nanti aku jelasin didalam."
Fajar membuka pintu lebih lebar, menyuruh Ilham masuk ke dalam. Mereka duduk di sofa ruang tamu dan berbincang banyak. Mengenai pelajaran, teman sekelas dan alasan Fajar tidak masuk.
"Jadi kamu kenapa? Sakit? Tumben gak ada surat sakitnya." tanya Ilham. Sebagai teman sebangku, dia sering dititipkan surat saat pemuda itu tidak masuk.
Fajar terdiam, bingung apakah ia harus berbicara jujur atau tidak. Fajar tidak pernah diajarkan berbohong, ditambah Ilham adalah temannya. Jadi ia berucap, "Kemarin aku dicambuk Ayah. Karna aku bilang aku suka laki-laki, aku salah ya bilang begitu?"
"Kamuㅡ sakit. Jiwamu yang sakit. Cepat berobat, aku pulang dulu, Fajar." Ilham menjawab cepat, kemudian keluar dari rumah Fajar dengan tergesa.
Tanpa tahu bahwa Fajar sudah menangis dalam diam mendengar ucapannya.
Bila ada pilihan dimana ia dapat hidup tenang, tumbuh dewasa dan menyukai seorang perempuan. Ia akan memilih itu, daripada ia ada disini. Fajar berandai-andai, bagaimana rasanya menyukai seseorang tanpa rasa takut. Bagaimana rasanya memiliki perasaan tanpa mengecewakan orang disekitarnya?
.
.Esoknya Fajar mulai masuk sekolah. Baru saja ia memasuki koridor kelas. Para murid menjauhkannya, menatapnya seolah dia adalah sosok menjijikan.
"Fajar sakit. Jangan dekat-dekat dengannya."
"Apa Jingga gak malu punya Adik seperti dia?"
"Initoh alasan Fajar gak pernah nembak cewek."
Dan masih banyak lagi cacian menyakitkan yang ia dengar. Fajar menarik kesimpulan, mereka sudah tahu bahwa ia berbeda. Sesaat Fajar berfikir, tidak ada yang tahu bahwa ini kecuali, Ilham.
Lalu Fajar mengedarkan pandangan, ia menemukan pemuda itu disana. Didalam gerombolan teman-teman yang mencacinya. Sakit di punggungnya karna bergesekan dengan kain seragam, tak terbanding dengan sakit karna dijauhi oleh temannya.
Fajar hanya menyukai seorang laki-laki, tapi kenapa rasanya seperti ia telah berbuat kejahatan? Mereka tidak tahu bahwa perasaan ini juga sangat menakutkan untuknya.
[ TBC ]
ps. bagian ini aku rasain :") cuma aku confess ke beberapa mutual twitter terus aku dijauhin :"D jadi aku takut main di twitter lama
![](https://img.wattpad.com/cover/193407510-288-k109873.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
'Pure Boy ㅡhyunsunglix ✔
Fanfiction[ Fajar meminta maaf atas perasaannya, meminta maaf karna jati dirinya. ] ㅡ lokal ver ㅡ jingga & fajar yudhistira credit to 'cheonsagateun' ㅡ diraditya ardhan credit to 'yeolbaeby' ㅡ threeshot