ㅡ jingga

893 117 13
                                    

.
.

Jingga Pratama Yudhistira mempunyai adik kembar yang berbeda.

Hari itu saat umur mereka empat belas tahun. Saat Fajar mengetuk pintu kamar Jingga, pemuda yang sedang bermain game menyahut dari dalam, "Ajar, kan? Masuk aja."

Fajar membuka pintu kamar Jingga perlahan, berjalan masuk lalu menghampiri pemuda itu diatas ranjang.

"Abang, akuㅡ" ucapan Fajar terhenti, terlihat ragu untuk melanjutkan.

"Kenapa, Ajar?" Jingga menarik tangan Fajar agar duduk disampingnya. Pemuda itu mengenggam tangan Fajar yang berkeringat dingin.

"Akuㅡ aku tadi malam mimpi basahㅡ" Fajar mendongak menatap Jingga, matanya berkaca-kaca, "Tapi aku mimpi sama laki-laki, enggak tahu siapa."

Jingga tersenyum kecil kemudian memeluk Fajar, menenangkan adik kembarnya "Enggak apa-apa, Ajar enggak perlu takut."

"Tapi aku beda sama Abang. Kenapa bukan perempuan?"

Jingga mengecup kening Fajar, "Emang harus sama perempuan? Mau sama perempuan atau laki-laki. Ajar tetep adiknya abang."

Keresahan Fajar berangsur-angsur hilang mendengar ucapan Jingga. Tanpa tahu bahwa sejak saat itu, kehancuran akan datang menerpanya.

.
.

Malamnya, diruang makan setelah makan malam. Mereka menghabiskan waktu sebentar untuk mengobrol. Saat Ayah bertanya tentang orang yang disukai Jingga, pemuda itu dengan semangat bercerita bahwa ada seorang perempuan yang dia suka dari kelas sebelah. Ayah menggoda putra pertamanya habis-habisan. Lalu mulai bertanya pada putra keduanya. Apakah ada perempuan yang dia suka? Namun, jawaban yang ia terima sangat berbeda dari ekspetasinya.

Fajar dengan wajah tertunduk berucap, "Ajar enggak suka perempuan, tapi Ajar malah suka ngeliatin cowok yang ganteng."

Ayah dan Bunda terdiam setelah mendengar pengakuan anak bungsu mereka. Dan Fajar menatap takut pada wajah sang Ayah yang mulai mengeras.

Ayah bangkit, menarik tangan Fajar dengan kasar menuju kamar anaknya lalu mengunci pintu dari dalam setelah sampai. Ayah mengabaikan gedoran di pintu kemudian menatap Fajar dengan penuh kemarahan, "Buka bajumu dan berlutut."

Fajar dengan tangan gemetar membuka piama miliknya lalu berlutut memunggungi Ayah.

Dibelakangnya, Ayah memegang sabuk kulit miliknya. Menatap punggung Fajar kemudian melayangkan sabuk tersebut ke punggung anaknya tanpa keraguan.

"AYAHH!!! SAKITT! HIKSㅡ"

"DIAM FAJAR!! LAKI-LAKI TIDAK BOLEH MENANGIS!!"

Teriakan Ayah membuat Fajar bergetar. Bibir bawahnya ia gigit kuat, menahan isak tangis yang ingin keluar. Matanya terpejam menahan sakit saat sabuk kembali mengenai punggungnya.

Jingga diluar semakin mengencangkan gedoran dipintu, "AYAH BUKA PINTUNYA! JANGAN SAKITI AJAR. AYAH!!!"

Sedangkan Ayah masih menyabet punggung Fajar tanpa memperdulikan bahwa punggung anaknya sudah mengeluarkan darah.

Ketika Jingga merasa Ayah tidak menanggapinya. Pemuda itu sedikit menjauh dari pintu, lalu dengan kencang mendobrak pintu kamar Fajar dari luar. Matanya membola, kaget melihat apa yang dilakukan sang Ayah pada Adiknya.

"AYAH STOP!" Jingga berlari menghampiri Ayah lalu mendorongnya menjauh dari sang Adik. Pemuda itu berjongkok, melindungi Fajar yang gemetar dalam dekapannya.

Ayah dengan wajah menahan tangis berkata, "Kita harus menyembuhkan Ajar. Anak Ayah tidak boleh sakit." Ayah membuang sabuknya sembarangan dan berlalu pergi dari kamar Fajar.

Meninggalkan Fajar yang menangis keras dipelukan Jingga.

[ TBC ]

ps. disabet pake sabuk tuh beneran sakit :"D gara-gara ini aku ke trigger kalau baca adegan beginian. sampe sekarang masih kerasa sakitnya hikd

'Pure Boy ㅡhyunsunglix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang