Chapter 10

390 63 22
                                    

Setelah membasuh wajahnya, Senra kemudian segera kembali ke posisi semula. Tak selang berapa lama, seseorang mendekati Senra yang tengah melamun, dan hal itu sukses membuatnya hampir terjungkal dari kursi.

"Senra, gantian," ujar Rib pada Senra disertai dengan isyarat tangan, menandakan jadwal pergantian shift.

Setelah meng 'iya' kan perkkataan Rib, pria dengan surai kuning itu bergegas menuju ruang ganti, sejujurnya ia sudah tak sanggup dengan bau alkohol yang sangat menyengat di ruangan Bar..

Saat Senra tengan membuka kancing kemejanya, tiba-tiba saja terdengar suara pintu ruang ganti yang dibuka, reflek hal itu membuat Senra menoleh ke arah sumber suara.

Terlihat pria dengan surai coklat bersandar di bingkai pintu dengan rakun yang selalu setia menemaninya, hewan itu bertengger manis di bahu kanan pria tersebut.

Di sebelah pria tersebut juga terlihat pria lain yang memiliki surai merah dan manik senada tengah memegangi gagang pintu yang telah terbuka. Siapa lagi kalau bukan Urata dan Sakata.

Kedua pria itu memandang Senra dengan tatapan tajam, membuat Senra merasa tak nyaman.

"Ada yang harus kita selesaikan."
"Aku ada sedikit urusan denganmu."

Ucap Urata dan Sakata bersamaan, membuat Senra bingung sekaligus risih karna kemejanya sudah terbuka sebagian. Sedangkan dua pria yang ada di sana malah saling melempar tatapan tak suka satu sama lain.

"Pergi kau maniak rakun," usir Sakata dengan memandang rendah Urata yang memang pada dasarnya lebih pendek darinya.

"Berisik kau manusia barbar," balas Urata sambil menatap sinis Sakata.

Mereka berdua sibuk berdebat, Senra yang melihat itu kemudian ankat suara.

"Jadi..." Ia menggantung perkataannya, "Apa yang kalian inginkan dariku? Mohon  maaf tapi bisakah kalian menutup pintu itu? Aku hendak berganti pakaian," Ucapnya dengan sedikit nada kesal.

Kedua pria di sana menurut, mereka menutup pintu lalu mendekat ke arah Senra, tentu sajadengan pandangan tak suka.

"To the poin aja nih ya, apa hubungan lo sama [Y/N]?" tanya Sakata menyelidik.

"Heh, apa hubungannya sama kalian? Disamping itu kalian ini siapa? Kenapa bisa ada di ruangan karyawan?" Balas Senra menyelidik.

"Gue juga karyawan di sini, nama gue Sakata. Udah gue jawab kan? Sekarang gantian lo yang jawab pertanyaan gue!" Ucap Sakata dengan nada sedikit arogan.

Namun, tanpa disadari rakun yang ada di bahu Urata telah berpindah ke bahu kiri Sakata. Sakata yang merasa bahunya menjadi berat sebelah menoleh ke arah bahu kirinya. Moncong sang rakun tepat berada di depan mata Sakata, bagaikan jumpscare yang membuatnya terdiam seribu bahasa. Senra yang tadinya hendak menjawab pertanyaan menyebalkan itu malah ikut terdiam setelah melihat wajah Sakata memucat. Namun, itu juga dimanfaatkannya untuk bergaanti pakaian.

"U-urata-San, b-bisa kau pindahkan r-rakunmu ini?!" Ucap Sakata terbata sambil memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan dengan rakun itu, keringat dingin mulai bermunculan di dahi Sakata.

Urata hanya memiringkan kepalanya sedikit, "Kau kenapa, manusia barbar?" Tanyanya polos tanpa bergerak dari posisinya.

"Kumohon cepat singkirkan!!!" Pinta Sakata pada Urata, namun yang dimintai tolong hanya bergeming, sampai akhirnya seseorang membuka pintu ruangan itu lalu mengangendong rakun yang ada di pundak Sakata.

Sakata jatuh sambil memeluk lututnya, berusaha menenangkan dirinya sendiri. "Arigatou... Luz-Kun."

Luz memandang Urata dengan ekspresi yang sulit diartikan, lalu ia menyerahkan rakun itu kepada sang pemilik sembari berujar, "Sakata takut dengan sebagian besar hewan, jadi tolong jaga rakunmu baik-baik, soalnya Sakata kalau udah lepas kendali bisa bahaya. Oh ya, dan jangan berisik di lorong, suara perkelahian kalian sampai ke depan," lalu ia kembali menuju arah bar sembari membantu Sakata untuk kembali ke kamarnya, hal tadi membuat Sakata mengurungkan niatnya untuk menedngarkan Senra. Udah ga mood katanya.

Senra yang melihat kejadian itu hanya menatap Urata datar, kesal karna waktunya yang berharga terbuang sia-sia. Jika sedari tadi ia sudah meninggalkan tempat ini pasti dia sudah berada di dalam keretanya.

"Jadi, apa urusanmu denganku? Tentang [Y/N] juga?" Tanya Senra kesal pada Urata yang sibuk mengelus rakun miliknya.

"Tentu saja aku akan menanyakan hal itu juga. Jadi apa jawabanmu?" Tanya Urata dengan menatap sinis ke arah Senra.

Efek kesal dan mabuk yang masih terasa membuat pria dengan surai itu tak bisa mengendalikan emosinya. "Jujur ya gue gatau kenapa kalian nanyain tentang hubungan gue sama [Y/N], kalian kan juga bisa kan nanyain hal kayak gitu ke dianya langsung?!" Senra diam sejenak untukmengacak rambutnya.

Kini tatapannya berubah, lalu ia sedikit menyerinagi ke arah Urata, "Bagaimana jika aku mengatakan aku akan menjadikan [Y/N] sebagai kekasihku? Setelah dipikir-pikir ia benar-benar tipeku, tunggu saja tanggal mainnya, Urata-San" Senra tersenyum puas lalu menyambar tas miliknya, meninggalkan Urata yang masih mematang di ruangan itu.

Urata yang mendengarkan perkataan Senra itu pun terdiam seribu bahasa. Entah kenapa ada rasa yang mengganjal di dalam dadanya. Seharusnya dia tidak merasa keberatan bukan jika [y/n] menjadi kekasih siapapu? Lagipua siapa dia? Hanya teman kerja bukan? Tapi kenapa rasanya benar-benar sesak? Sepertinya ada yang tidak beres dengan dadanya.

♡♡♡

Senra menggerutu dalam perjalanan pulangnya, setelah kesadarannya pulih, ia merasa sedikit menyesal karna perkataannya pada Urata tadi yang sepertinya cukup kasar, "Bodoh, seharusnya aku tak bilang begitu tadi, bodohnya aku." Senra masih saja menggerutu sembari berjalan menuju ke arah stasiun terdekat.

Ia lalu memperhatikan sekitarnya dengan seksama, jalanan sudah sangat sepi, jalan raya juga lengang, hanya ada suara serangga yang berderik. Senra memandang arlojinya, sudah lewat jam malam.

Seorang lelak terlihat samar-samar tengah berjalan dari arah yang berlawanan dengan Senra. Lelaki itu tampak mengenakan jaket hitam dan celana jeans serta masker hitam yang menutupi mulut serta hidungnya.

Namun, Senra tetap berjalan lurus tanpa memperdulikan lelaki tersebut, sepertinya lelaki di sana juga berpikir demikian. Alhasil bahu mereka malah saling bertabrakan satu sama lain. Senra yang tak peduli, berlalu begitu saja.

"Hoi, tunggu!" ucap orang dengan tudung tadi yang kini sudah terbuka, menampakkan surai ungu indah saat diterpa sinar bulan.

"Hah?!" Senra menatap orang itu dengan kesal. Sepertinya hari ini memang hari sial untuk Senra.

"Pernah diajarin sopan santun ga sih lo? Harusnya abis nabrak orang tu minta maaf bukan nyelonong gitu aja, tolol!" pria dengan surai ungu itu balik menatap Senra kesal, ia berbicara dengan nada khas berandalan.

"Kau sendiri yang melamun, bodoh. Orang bodoh sepertimu yang seharusnya segera meminta maaf! Jalana luas salahmu sendiri tidak menyingkir dari jalan ku!" Ucap Senra bengis pada lelaki itu. Ia masih mencoba menahan emosinya.

"Apa katamu?! Maju sini, sialan!" Lelaki itu mendekati Senra.

"Coro kayak lo mau nantangin gue kelai, hah?! Ayo sini gue terima tantangan lo!" Senra juga mendekati orang itu.

"Jangan meremehkanku, sialan!"

Mereka berdua menarik kerah baju satu sama lain, bersiap dengan posisi siap meninju lawan yang ada di hadapan mereka kapan saja.

Namun, niat itu mereka urungkan ketika mendengar langkah kaki seseorang disertai teriakan. Refleks mereka menoleh ke arah sumber suara lalu melepaskan cengkraman di kerah baju masing-masing.

Sumber suara itu berasal dari dalam gang sempit yang ada di sebelah kiri Senra, di sana terlihat samar-samar seseorang yang tengah berlari seperti dikejar oleh sesuatu dari sisi lain.
.
.
.
Tbc~~~~~
______________

Lihatlah sopboi kita yang jadi bringas ini huhuhu /nangis/
.
Btw keknya Senra di sini jd hyumen yang bisa nambah musuh tanpa sadar ya
.
-Ze/N (Revisi, 30 Juni 2021)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet Memories! (USSS X Reader!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang