3/8

472 83 8
                                    

𖥻𖥻𖥻

"[Name], kenapa kau jadi pendiam hari ini?"

"Eh— ah." [Name] berdeham, sebelum menjawab ia sempatkan untuk memutar posisi jadi berhadapan dengan si pembicara. "Hari ini aku merasa tidak enak badan, mungkin sebab tidurku yang kurang nyenyak akhir-akhir ini."

"Kau sakit?"

"Tidak, tidak," elak [Name] cepat. "Aku hanya kesulitan tidur."

Sehabis menyahut [Name] alihkan pandangan keluar jendela, cuaca hari ini lumayan cerah. Dirasa jika ia keluar, hembusan angin akan mendekapnya ramah.

Dengar suara kekehan, [Name] tolehkan lagi kepalanya untuk lihat Kenma. Laki-laki itu jelas-jelas tertawa kecil tadi, [Name] dengar. Sebab satu-satu orang, selain dirinya di dalam kelas hanya Kenma seorang.

[Name] mendengus sebal. "Kau menertawakanku, ya?"

"Habisnya... matamu sudah terlihat seperti mata panda."

Kenma mendekatkan wajahnya ke arah [Name], sontak membuat perempuan itu tertegun lalu kemudian sedikit mundur ke belakang. Baru hendak protes, Kenma berujar duluan.

"Lihat, kantung mataku sudah membaik. Kemarin aku bisa tidur nyenyak."

Kenma mengingatkan [Name] lagi pada kejadian kemarin. Padahal susah-susah dilupakan. Laki-laki itu pasti tidak sadar, sebab sampai film berakhir masih saja tetap tidur. Sedangkan [Name] hanya membatu, bergeser seinci pun tidak. Alhasil bahunya menjadi pegal.

Dan sekarang masih terasa.

Pikirannya yang membawa ingat kejadian kemarin, membuat darahnya berdesir hebat. [Name] tidak mengerti, perasaan ini aneh.

"O-oh, baguslah." [Name] kasih respon sewajarnya. "Kau tampak lebih hidup sekarang."

Kenma menopang dagu dengan tangan yang bertumpu pada meja. Netranya menatap lekat-lekat kepada [Name]. Sedangkan yang ditatap demikian berusaha supaya tidak gugup entah kenapa.

"Memang sebelumnya aku tampak seperti apa?"

Tepat detik berikut, [Name] kasih respon wajar lagi. Ia berdecak. "Bukan 'kah jelas? Sebelumnya wajahmu tampak suram, sekarang sudah sedikit lebih baik. Hanya sedikit tapi."

"Kau itu harus lebih bersemangat menjalani hidup. Supaya hidupmu tidak membosankan," jelas [Name].

Kenma menegakkan kembali tubuhnya, lalu bersandar pada bangku. Seperkian detik kemudian ia sedikit menarik sudut bibirnya, membentuk kurva lengkung ke atas. Mencipta sebuah senyum tipis.

"Rasanya hidupku ini tidak terlalu membosankan. Mungkin sebab ada kamu, ya?"

﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌

accompany ✓ | kozume kenmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang