𖥻𖥻𖥻
Ujian sudah di depan mata, [Name] panik bukan main. Tiap-tiap akan ujian tiba-tiba tingkat kecemasannya menaik. Membayang hal-hal buruk seperti; soal-soalnya akan susah, bagaimana jika dapat nilai buruk dan masih banyak lagi.
Sejak dulu ia sudah seperti ini. Walau ibunya sudah bilang tidak usah terlalu panik menghadapi ujian tetap saja sulit.
Tidurnya sudah tidak nyenyak lagi, hari-hari dihabiskan dengan belajar tanpa jeda. Kalau seperti ini terus ibu bilang ia bisa sakit sebab kurang istirahat.
[Name] tidak mau sakit. Omong-omong soal sakit, tiga hari sudah terlewat dimana hari ia demam dan Kenma merawatnya. Sungguh, perasaan aneh menyelimutinya sejak itu.
Lagipula kenapa ibunya bekerja hingga pulang larut malam, sih? Tak disangka-sangka Kenma menemani [Name] hingga malam hari.
Serius demi apa, kala itu [Name] bingung mau pasang raut wajah bagaimana. Ia aneh merasa canggung sendiri, padahal Kenma hanya diam sambil main game lama-lama.
Lagi-lagi dipikir, konsentrasinya buyar. Sekarang hampir tengah malam, namun dirinya yang kesulitan tidur pilih belajar saja.
Bukannya bisa kembali fokus, [Name] malah kepikiran Kenma. Laki-laki itu sedang apa, ya? Tidak begadang main game lagi, 'kan? Semua pertanyaan itu tergantung dalam kepalanya.
Dua menit [Name] diam, memandang buku pelajarannya yang ditelantarkan. Andai bulan malam ini indah, mungkin-mungkin bisa membantu buat alihkan pikiran. Tadi ia lihat sebentar, di atas sana tidak tampak bulan.
Malam sunyi di kamar yang terisi dirinya sendiri, berkat suara ponselnya bunyi mendadak [Name] terkejut. Alih-alih langsung lihat pelaku yang menelpon, [Name] elus-elus dada yang jadi kebiasaan sehabis terkejut.
Siapa manusia kurang kerjaan yang menelpon jam segini?
Setelah baca nama penelpon pada layar gawai, [Name] harus mengusap mata untuk memastikan ia tidak salah. Bisa-bisanya pelaku yang lancang memenuhi kepalanya menelpon saat ini.
Seolah saraf ibu jarinya tak dengar apa kata perintah otak, sebelum panggilan terputus [Name] menjawab.
"Eh sialan!" makinya pada sendiri.
[Name] bangkit dari duduk, bergerak gelisah serta panik tanpa mengeluarkan suara. Duh, harus bagaimana sekarang?
Dua kali [Name] menampar pelan pipinya dengan satu tangan. Ia berdeham pelan sembari meletakan ponsel pada telinga kiri.
"Belum tidur, ya?"
Kenma yang langsung tanya begitu, tubuh [Name] dibuat meremang. Suara Kenma lembut sekali.
"Eum— ti-tidak. Aku terbangun karena panggilan darimu."
Tak lama terdengar kekehan dari sebrang sana, [Name] tidak kuat.
"Kalau aku membangunkanmu, saat ini kau sedang marah-marah dan mengoceh tidak jelas."
[Name] tidak mengelak, memang seperti itulah kenyataannya. Kemudian otaknya yang masih bisa bekerja, cari bahan topik baru.
"... Kenapa menelponku malam-malam begini?"
"Tidak apa-apa."
Selanjutnya [Name] meringis kecil. Kenma kasih balasan begitu ia jadi bingung berkata apa lagi.
Akhirnya mereka diam selama beberapa detik. [Name] bisa dengar deru napas Kenma dari sini. Sudut bibirnya tertarik ke atas, tidak ada alasan untuk itu.
Pasal darahnya yang berdesir hebat ia pun tak tahu. Meski hanya saling diam-diam begini, [Name] menyukainya. [Name] merasakan ketenangan.
"Ini sudah larut malam, tidur ya. Jangan sampai sakit lagi. Aku serius."
﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌
KAMU SEDANG MEMBACA
accompany ✓ | kozume kenma
Фанфик[𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝] ▬▬ ▬▬ ▬▬ ▬▬ ▬▬ ▬▬ ↝᳟ࣳᬸᭂ→ 𝐊𝐞𝐧𝐦𝐚 𝐊𝐨𝐳𝐮𝐦𝐞 ╭ ❛ Kenma yang tak pernah enggan untuk menemani. ❜ ╯ 𝙖𝙪 // 𝙨𝙚𝙢𝙞𝙗𝙖𝙠𝙪 // 𝙤𝙤𝙘 𑁍┊©Icstgirl, 2021 start: 06/08/21 end: 26/02/22