Chapter 33

8.1K 288 17
                                    

You said you were in love, but love doesn't leave like you did.

•••

🎶Eminem ft Rihanna - Love The Way You Lie

~♥~

Ketika matanya menangkap jersey putih, ingatannya langsung bereaksi pada beberapa jam yang lalu, saat Marsha menjelaskan alasannya pergi serta sebuah jersey dari sosok yang tidak dikenal Marsha.

"Carl mengajakku ke club malam itu bersama beberapa rekannya yang aku sebutkan namanya. Disana, aku memilih untuk duduk diam di meja bar sementara mereka berkumpul di sudut ruangan. Sesungguhnya aku tidak nyaman berada disana, terlebih lagi pakaian yang diberi pinjam oleh Carl sangat terbuka. Aku tidak punya pilihan selain memakainya.."

"Selagi mereka sedang bersenang-senang dan aku duduk di bar sendirian. Para lelaki itu terus saja menggodaku, aku hanya diam tidak membalas. Sampai akhirnya, ada seorang wanita, ah tidak, terlihat seperti gadis lebih tepatnya. Dia duduk disampingku kemudian mengajakku berbicara. Sepertinya dia mengerti kalau aku kesepian."

"Aku tidak tahu siapa dia. Sebelum dia datang, aku sempat mencari keberadaan salah satu anggota Carl yang menyelamatkanku. Tapi tidak kutemukan. Dan juga, aku tidak tahu siapa gadis itu. Dia mengatakan padaku untuk tidak memberitahu nama asliku pada siapapun. Di dunia ini, banyak sekali orang-orang dengan wajah dua. Lalu entah mengapa dia memberikan jersey yang dipakainya kepadaku. Awalnya aku kira dia orang jahat, tapi ternyata aku salah. Dia sangat baik hati meski wajahnya datar. Aku lupa menanyakan siapa namanya.."

"Setelah itu dia hilang ditengah ramainya orang-orang yang menari. Aku tidak menemukannya lagi karena Carl mengatakan gadis itu akan pergi.. Akhirnya aku menyimpan jersey ini setelah pulang dari klub. Bisakah kau mencari tahu siapa pemilik jersey ini, Justin? Aku ingin berterima kasih padanya."

Saat itu, Justin hanya diam menyimak penjelasan dari perempuan itu. Ketika Marsha memperlihatkan jersey tersebut, Justin langsung mengetahui siapa pemiliknya.

Jadi ternyata yang membantu Marsha adalah Devlin? Ia sudah bertahun-tahun bersama nona manisnya, tentu Justin ingat apa saja pakaian gadis itu.

Baik hati? Ya. Justin menyetujuinya. Meski diluar tampak dingin, Devlin sebenarnya gadis periang dan sangat baik hati. Salah satu alasan mengapa Justin jatuh hati padanya.

Tangan Justin meraih jersey putih itu, menghirup sisa-sisa aroma strawberry khas Devlin. Ia tersenyum, meletakkan baju tersebut dan melangkah masuk kedalam kamar mandi.

Dibawah guyuran air shower, lelaki itu terdiam. Mengusap wajahnya dengan pelan. Kepalanya dipenuhi dengan tangisan gadis itu. Tangisan yang terdengar sangat menyedihkan dan mampu membuat dadanya merasakan sakit.

Ia terus bertanya-tanya. Beban apa yang membuat nonanya itu tertekan. Tidak seperti biasanya gadis itu tampak tak berdaya. Ia akan menanyakannya nanti, tak peduli seberat apa beban yang dirasakan gadis itu, Justin harus ikut memikulnya juga.

Tanpa sadar ia sudah menghabiskan waktu dua puluh menit. Justin menyudahi kegiatannya lalu mematikan shower. Lelaki berambut hitam itu melilitkan handuk ke pinggulnya dan keluar dari kamar mandi.

Memakai celana longgar selutut dan kaus polo berwarna abu-abu, Justin membaringkan tubuhnya diatas kasur kingsizenya. Pandangannya lurus keatas, melihat langit-langit kamar dalam diam hingga akhirnya memutuskan untuk tidur dengan lengan menutupi mata.

**

Devlin berjalan keluar kamarnya, melangkah menuju dapur kecil yang terletak di selatan lantai dua, tak jauh dari kamarnya dan kamar Justin.

The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang