Selamat datang kembali di permulaan cerita ku, semoga kisah kali ini dapat menemanimu lagi dan lagi❤️
***
Kantin menjadi pusat keramaian saat jam istirahat tiba.Para siswa yang empat jam suntuk menjalankan kewajiban sebagai pelajar di kelas, melepas lelahnya sementara di sini.
Mendapati ajang sela-menyela sudah menjadi lumrah, ditambah teriakan pesanan sana-sini tak sedikit pun mengusik mereka.
Mereka yang hanya paham satu misi, yaitu: kenyang, kenyang, dan kenyang.
"Dua teh lemon, satu fanta, dua nasgor sedeng, satu nasgor gak pedes ekstra kecap," titah Alaska menyebutkan pesanannya di depan etalase warung makan 'Bu Deden'.
Bu Deden mengangguk paham dan mulai mencatat pesanan Alaska di kertas nota bergaris lalu menghitung pesanan pelanggan tetapnya satu itu.
"Lima puluh rebu, ini ke meja ujung biasanya 'kan, neng?" ujar Bu Deden menyerahkan nota pesanan kepada Alaska.
Alaska menyerahkan selembar uang biru kepada Bu Deden lalu mengangguk.
"Ini diskon lagi ya, Bu?" tanya Alaska menaikkan suaranya karena kalah kencang dengan teriakan antrean di belakangnya.
"Diskon terus sama Neng Al, mah," jawab Bu Deden tersipu karena lagi-lagi ketahuan memberi diskonan harga untuk pesanan Alaska.
"Ih Bu Deden, Al besok gak terima diskon lagi, ya!" protes Alaska dengan raut iba.
Bu Deden hanya mengangguk dan Alaska segera kembali ke meja teman-temannya berkumpul.
Alaska datang dengan wajah lesunya yang langsung disadari Bagas-si ketua kelas yang fanatik Fanta.
"Eh, Al, muka lecek amat," sindir Bagas menunjuk wajah lesu Alaska dengan dagunya.
"Wah, urang tau nih Al kenapa!" seru Asep dengan logat Sunda khasnya.
"Sotoi Asep mah, jangan percaya!" timpal Rena yang baru saja datang membawa mangkok bakso dengan jus jeruknya.
Alaska hanya diam sambil menopang dagunya, bosan.
Ya, Alaska bukan tipe perempuan nyinyir seperti yang dilakukan Rena dan Asep saat ini. Keduanya pun masih sibuk tebak-tebakan dan adu serapah yang hampir membuat Alaska jengah.
Jika kedua manusia itu bukan temannya, Alaska sudah menendang mereka sampai Afrika.
Pikiran Alaska sempat kalut dan berkelana kesana-kemari sebelum tangan kirinya sengaja disenggol dan dagunya mencium meja kayu kantin hingga menghasilkan suara benturan lumayan kencang dan terdengar ngilu.
DUG!
"Sialan!" serapah kasar mulus keluar dari mulut Alaska yang menatap Bagas sengit.
Tentunya, tangan iseng yang menyenggol tangan Alaska itu adalah milik Bagas dan kini Bagas menautkan kedua alis tebalnya dengan air muka memohon kepada Alaska agar tak membalasnya lebih keji.
"Peace, Al!!" mohon Bagas dengan kedua jari tangannya yang mengisyaratkan perdamaian.
Alaska kali ini hanya tersenyum-mencoba menahan emosinya sejenak. Ia menghembuskan nafas kasar, bertepatan dengan pesanan mereka yang akhirnya datang.
Bagas kali ini bisa selamat berkat nasi goreng ekstra kecap favoritnya.
"Gila itu nasgor apa daki? item amat!" seru Rena menunjuk nasi goreng Alaska yang asapnya masih mengepul.
Alaska memang lemah terhadap apa pun bentuk rasa pedas, jajanan aci telur (cilor) pinggir jalan saja ia tak memakai bumbu apa pun, polos hanya aci telur yang terorak-arik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaskaki
Fiksi RemajaAlaska iri dengan kehidupan teman-temannya yang berjalan mulus tanpa masalah bak kisah dongeng penuh kebahagiaan yang mustahil ia rasakan. Alaska, hanya gadis SMA yang harus dan terpaksa berdiri sendiri demi kelangsungan hidupnya. Ditambah lagi, seb...