Han Jisung

25 6 0
                                    

Jisung menepati kata-katanya, Ia kerap berkunjung ke rumahku.

Awalnya aku merasa tak enak, mengingat betapa buruknya rumahku. Namun Jisung malah tersenyum dan berkata kepadaku jika aku masih beruntung memiliki rumah walaupun jelek, setidaknya ketika panas aku tidak kepanasan, dan saat hujan aku tidak kehujanan. Sedangkan banyak diluar sana orang-orang yang kedinginan karena tak punya rumah.

Kata-katanya sangat menggambarkan kepribadian Jisung, dia tidak hanya tampan, tetapi dia juga baik hati, mau berteman dengan siapa saja. Ternyata aku tidak salah menyukai Jisung.

Dia memang tidak mengetahui tentang perasaanku, dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah memberi tahunya. Aku takut dia akan menjauh.

Karena Jisung sering bermain ke rumahku, dan juga karena kami satu sekolah, bahkan satu kelas, maka aku jadi sering menghabiskan waktu dengannya.

Hingga aku sadari perasaan ini tumbuh dengan liarnya, aku sempat mencegahnya. Namun apa boleh buat, kita sering bersama jadi kesempatan untuk menghapus perasaanku pada jisung seakan telah tertutup.

Aku pernah bertanya pada diriku sendiri, apakah seorang Han Jisung juga memiliki perasaan yang sama denganku?

.
.

Saat itu hari pertama musim gugur, udara cukup dingin. Aku memutuskan pergi keluar tetapi tidak mengenakan mantel, agak gila mungkin. Namun aku suka berada di taman ketika musim gugur tiba, aku suka saat daun-daun berguguran menyapa wajahku dengan lembut dan disertai sedikit guyuran air yang tumpah dari langit.

Aku merasa tenang sekali, aku memutuskan duduk di kursi kayu yang berada di tengah taman kota.

Jalanan terlihat sepi, hanya satu dua kendaraan yang melewatinya.

Hingga tiba-tiba saja pipi sebelah kananku terasa hangat, saat aku menoleh ternyata ada Jisung yang yang membawa segelas cokelat panas dia lantas duduk di sebelah kananku.

Aduh jantungku, pipiku, "mengapa melamun?" Tanya Jisung mengagetkanku, aku hanya membalas dengan gelengan pelan.

Jisung menyodorkan segelas cokelat panas kepadaku. "Terimakasih" kataku singkat

"Kau tau apa yang aku sukai?" Tanya Jisung membuatku penasaran.

"Aku tidak tau" jawabku jujur lalu meminum cokelat hangat dengan sedikit gemetar.

"Aku suka musim gugur, daun maple, aku suka cokelat hangat, dan yang paling aku suka dari semua itu kau" perkataan Jisung yang terbilang gamblang itu membuatku menyemburkan cokelat yang ku minum dengan susah payah.

"Jisung, astaga itu tadi tidak benarkan?" Tanyaku sambil membersihkan cokelat dimulutku.

"Awalnya aku pikir perasaanku padamu itu hanya sebatas teman. Namun setelah aku menjalani hariku denganmu aku sadar bahwa perasaanku lebih dari seorang teman. Untuk itu, apakah kau mau menjadi kekasihku?"

Aku mengiyakan ajakan Jisung untuk menjadi pacarnya. Dapat kulihat saat itu betapa bahagiannya dia.

Aku pikir hubunganku dengan Jisung akan berjalan lama. Namun, dugaan ku meleset untuk saat ini.

Ternyata setelah lulus SMA, keluarga Jisung pindah ke Distric 9, Jisung berkata dia tidak dapat menolak permintaan orang tuanya, dia juga berkata bahwa dia tidak tau kapan akan kembali ke Yellow Wood lagi.

Bahkan sampai sekarang tidak ada kejelasan tentang hubungan kami. Kami sudah tidak menjalin hubungan tapi masih saling terikat satu sama lain.

Karena menceritakan kisah cintaku dengan Jisung yang tidak berjalan mulus, tanpa sadar air mataku jatuh.

Saat ini aku sedang berada di balkon rumah, menatap jalanan kota dimalam hari.

Tiga hari sebelum kepergiannya, Jisung mengunjungi rumahku, dia berpamitan kepada kedua orang tuaku dan juga adikku.

Aku yang merasa tidak sanggup melepas kepergian Jisung, tetap berada di loteng tanpa berniat untuk menemuinya, terkesan kekanak-kanakan memang, dari pada aku turun ke bawah kemudian menangis seperti anak kecil di depan Jisung, lebih baik aku tetap disini.

45 menit kemudian ibuku datang dengan mata yang berlinang air mata. Ibuku sudah tahu perihal hubunganku dan Jisung, ibuku memelukku dengan erat.

Dan aku? Tentu saja, aku menangis sejadi-jadinya di pelukan ibu. Jisung memberiku kotak berwarna oranye, warna kesukaanku.

Dia menitipkannya pada ibuku "terimalah kenyataan Itzbel, kau boleh menangis karena suatu hal yang menyakitkan mu. Tapi jangan jadikan hal menyakitkan itu sebagai alasan senyumu menghilang." Kata ibukku lembut lalu Ia keluar meninggalkan aku sendiri meratapi nasib yang suka mempermainkan ku.

Aku membuka kotak itu, di dalamnya ada banyak daun maple yang sudah diawetkan, lalu ada kalung dengan liontin daun maple, kalung itu sendiri selalu aku pakai sampai sekarang.

Lalu di bagian bawah kotak ada fotoku dan Jisung ysng di buat seolah kami sedang bertatapan.

Dibalik foto itu ada sebuah kutipan. "Daun maple melambangkan kesetiaan, itu sebabnya aku memberimu banyak daun maple. Dan juga sebagai simbol hubungan kita. Jangan lupakan aku. Tetapi aku tidak berjanji akan kembali."

Setelah membaca kalimat terakhir itu aku kembali menangis. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah mencintai laki-laki lain selain dia.

Dan kini sudah 8 bulan semenjak Jisung pergi dari hidupku, semua menjadi abu-abu. Tidak hitam, juga tidak putih.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Blue Wings {Stray Kids}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang