1. torture

13 2 0
                                    

₪₪

Setelah mengantar Jaemin kesekolahnya. Kini kami tiba di gedung universitasku.

"Sudah sampai. Nanti mau dijemput?"

"Ah, tidak perlu paman. Sudah akan ada yang mengantarku pulang." senyumku.

"Ah, tunanganmu?"

Aku hanya tersenyum.

"Baiklah. Belajar yang rajin. Sampai jumpa."

Mobil Paman Taeil pun melesat kencang keluar dari gedung universitasku.

Oh, Hai!

Kurasa kalian sudah sedikit mendengar tentangku dari adik nistaku yang bernama Na Jaemin itu.

Tapi mungkin biarkan aku memperkenalkan diri secara formal.

Namaku Na Eunmin. Aku sedikit membenci nama ini karena pada kenyataannya penyebutannya hampir sama dengan milik adikku.

Dari awal. Dari sejak eomma hamil adikku itu. Aku sudah tidak suka padanya.

Tapi saat dia lahir. Aku yang lugu dan bodoh itu akhirnya kegirangan karena punya teman bermain. Namun aku menyesal ketika mengetahui dia akan tumbuh menjadi seorang pecundang bodoh seperti itu.

Hey hey, santai. Kami memang terbiasa saling menghina dengan kata kasar. Jangan terkejut.

Karena Jaemin sebelumnya bercerita buruk tentangku, biarkan aku menceritakan keburukannya pada kalian.

Tapi maaf ya jika ceritanya terpotong-potong. Aku harus mengikuti kuliah pagi hari ini.

Sepertinya dosennya belum datang. Biar aku bercerita santai sambil berjalan ke ruang kuliahku..

Na Jaemin.

Dia 4 tahun lebih muda dariku dan dia hanyalah seorang siswa SMA kelas 2 bodoh dan pecundang. Sungguh, aku tak bergurau.

Begini, biar kuberitahu mengapa aku memanggilnya begitu.

Kalian tahu kan, aku punya 12 mantan yang tampan nan baik. Yang mungkin jika kukumpulkan bisa jadi sebuah boyband yang dinaungi SM entertaiment.

Sementara pecundang itu TIDAK PERNAH BERPACARAN!

HAHAHAHAHA!

Bodoh.

Oke cukup.

Jadi kalau ingin diibaratkan, aku adalah pelangi warna-warni tanpa ujung-- maksudnya percintaanku masih belum mencapai ujungnya. Sementara adikku itu adalah awan abu-abu penuh air tapi tak kunjung jadi hujan. Hanya menumpuk dan menyebabkan petir besar.

Aku keterlaluan, kah?

Ah, kurasa tidak.

Dia juga keterlaluan sekali, kok. Sungguh. Pagi ini saja dia meletakkan lada di atas kopiku. Padahal itu kopi mahal yang dibelikan tunanganku.

Itu bukan sekali dua kali. Tapi hampir setiap hari. Sungguh, rasanya aku ingin cepat-cepat berpisah rumah darinya.

Sayangnya, belum waktunya.

Hal yang paling menyebalkan adalah ketika kedua orang tuaku harus pergi keluar kota dan kami hanya tinggal berdua dirumah, seperti hari ini. Untung saja tadi paman Taeil yang diminta untuk menjaga kami cepat datang.

Kelakuan kami sungguh kekanak-kanakan. Aku tahu. Jangan hujat aku. Kalau kalian punya adik seperti itu kalian tak akan segan-segan mengambil pisau dan menodongkannya padanya. Dan aku pernah melakukan itu, meski tak sungguh ingin menodongkannya.

S3 [Super Special Story] || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang