09

5.8K 519 23
                                    

Kedua bibir itu masih bertaut, dengan posisi keduanya yang juga sudah berubah sejak beberapa menit yang lalu. Kedua tangan sang gadis melingkar sempurna pada leher sang pria yang berada di atas tubuhnya. Penampilan keduanya juga bisa dikatakan sudah dalam keadaan intim. Dengan sang gadis yang hanya berbalut pakaian dalamnya. Tak jauh berbeda dengan sang pria, dimana tubuh bagian atasnya kini tak tertutupi apapun, sedangkan bagian bawah tubuhnya masih terpasang celana jeans-nya.

Ciuman sang pria turun, menyentuhkan bibirnya pada lekukan leher putih milik sang gadis. Menghasilkan lenguhan halus yang keluar dari bibir sang gadis. Tangan sang gadis tak tinggal diam begitu saja. Menyentuh helaian rambut sang pria dengan lembut, terus turun dan menyentuh tubuh bagian atas sang pria. Mengagumi pula dalam hati bagaimana sempurnanya tubuh itu.

Gadis itu memekik, ketika tubuhnya di angkat begitu saja setelah sang pria mengaitkan kedua kakinya pada pinggangnya. Membawa keduanya untuk memasuki sebuah ruangan yang telah diubah menjadi sebuah kamar. Dengan bibir yang kembali bertemu untuk berciuman, pria itu menjatuhkan perlahan tubuh sang gadis dan dirinya di atas tempat tidur di sana.

"Apa Oppa pernah tersakiti sebelumnya oleh seorang wanita?"

Jimin menghentikan dirinya yang saat ini tengah menciumi leher Rose, mendongak untuk menatap pada gadis itu yang perlahan membuka kedua matanya dan beralih pula menatap pada pria itu.

Nafas keduanya masih terasa berat karena kegiatan mereka sebelumnya. Keheningan juga tengah menyelimuti keduanya setelah pertanyaan Rose sebelumnya. Dan Rose menyadari, jika pertanyaannya tadi mungkin yang membuat Jimin kini menatapnya dengan tajam.

"M-Maafkan aku. Aku tak bermaksud--"

Ucapan Rose terpotong, ketika Jimin kembali mengambil bibirnya untuk bertaut dengannya. Dan gadis itu hanya pasrah menerimanya. Kali ini, ciuman itu tak lembut seperti sebelumnya. Seolah pria itu kini tengah melampiaskan sesuatu pada ciuman itu. Membuat Rose sedikit kewalahan hanya karena permainan bibir Jimin padanya.

Rose kembali memekik, ketika tubuhnya dibalikkan, membuat Jimin bisa melihat bagaimana punggung halus milik sang gadis. Dengan cepat pula, ia melepas kaitan bra yang dikenakan Rose dan melemparnya sembarang. Jimin merunduk, menyampirkan rambut gadis itu sebelum mencium tengkuknya.

Rose kembali melenguh, merasakan bibir pria itu menyentuh bagian yang sangat sensitif baginya. Jemarinya meremas bantal yang ia tiduri saat ini sebagai pelampiasannya. Apalagi kini satu tangan milik Jimin sudah menyentuh dadanya. Meremasnya dengan lembut dan menghasilkan lenguhan lain darinya.

"Kumohon, jangan tanyakan hal itu padaku."

Lirihan itu bisa Rose dengar. Sedikit melirik ke arah Jimin yang kini turun untuk menciumi punggungnya. Gadis itu tak mengatakan apapun, masih menikmati apa yang pria itu lakukan padanya.

"Aku pasti akan menceritakannya padamu. Tapi tidak sekarang."

"Tapi kenapa?" Rose berusaha untuk berbicara, disusul dengan desahannya ketika ia bisa merasakan jemari milik Jimin kini telah menyentuh tubuh bagian bawahnya. Namun ia sedikit tak terima dengan ucapan Jimin sebelumnya.

Kenapa ia tak boleh mengetahuinya sekarang? Apa yang telah gadis masa lalu Jimin lakukan padanya?

"Kumohon, aku benar-benar memohon padamu."

Jimin kembali membalikkan tubuh Rose, membuat gadis itu kembali berbaring di bawah tubuhnya. Rose melihatnya, bagaimana tatapan sendu itu kini Jimin berikan padanya.

Demi Tuhan, Rose ingin sekali mengetahui apa yang sudah terjadi pada masa lalu Jimin. Entahlah, semua yang ada pada pria itu kini sudah menjadi candu baginya bahkan dengan masa lalunya.

Lil' TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang