37: Bintang dan Rembulan

195 36 30
                                    

"Tunggu!"

Suara itu datang dari arah tangga, disertai suara langkah tergesa yang mengintrupsi perayaan kecil Artha. Suaranya terdengar semakin jelas, lalu tampaklah seorang pemuda yang datangnya tak diduga itu.

"Aldo?" ucap Joice, Arsel, Fero, dan Ria secara bersamaan.

"Hai," jawab pemuda itu sambil tersenyum.

Ia terlihat membawa sebuah kotak ukuran sedang, terbungkus kertas kado berwarna biru tua.

"Kamu tahu Artha ulang tahun dari mana?" tanya Arsel.

"Dari Artha sendiri," kata pemuda itu.

"Hah?" Arsel bingung.

Aldo sama sekali tidak menghiraukan orang-orang di sana. Ia berjalan lurus ke arah Artha, lalu memberikan hadiahnya. "Selamat ulang tahun," ucap Aldo.

Artha meletakkan cake yang ia pegang, lalu ia menerima pemberian Aldo dan berterima kasih.

"Tha, ayo foto!" ucap Joice yang masih memegang kamera.

"Eh, iya, maaf aku lupa!" kata pemuda itu sembari meletakkan kado pemberian Aldo, lalu mengambil kembali cakenya.

"Senyum!" Joice mendekatkan matanya pada kamera tersebut.

Artha menurut saja. Ia berikan senyumnya yang paling manis, membuat hati Joice berdebar dengan sendirinya.

"Kuenya naikin dikit," titahnya.

"Segini?" tanya Artha, sembari menaikkan kuenya setinggi dada.

"Sip!" kata Joice sambil mengacungkan jempol. "Satu... dua... tiga!"

≈≈≈

Hari mulai petang, namun suasana di tempat itu masih sama hangatnya. Toko sudah ditutup, sehingga para remaja tersebut bisa dengan leluasa berkeliaran di lantai bawah untuk merayakan ulang tahun Artha.

Awalnya mereka hanya mau memberi kejutan—lalu berencana untuk langsung pulang karena mereka masih memakai seragam, hanya saja makanan yang tiba-tiba disediakan ibu Artha membuat mereka mampir lebih lama.

Makanan gratis. Lumayan, kan? Mana ada yang bisa menolak?

Joice dan Artha duduk di pekarangan rumah, melihat bintang-bintang dan rembulan yang tampak indah kala itu. Mereka tidak ikut makan, yang gadis beralasan bahwa ia sudah kenyang—padahal ia sedang diet, sementara yang laki-laki tidak perlu dianya mengapa. Kalian sudah tahu betapa sulitnya menyuruh pemuda itu untuk makan, kan?

"Jo, makasih," ucap Artha dengan tatapan lurus ke depan.

"Apa?" tanya gadis itu.

"Makasih," ulang Artha.

"Ah, kejutan ini bukan aku aja kok yang ngerencanain," kata Joice.

"Bukan itu maksudku," katanya.

"Terus apa dong?" tanya Joice sembari menatap bayang pemuda itu.

"Nggak apa-apa," katanya.

"Lah?" Joice bingung.

Makasih udah hadir di hidupku. Itulah arti sebenarnya dari ucapan terima kasih yang Artha ucapkan. Ia hanya berani mengucapkannya dalam hati, karena kata-kata tersebut mungkin terlalu melankolis untuk disuarakan.

"Tha," panggil Joice tiba-tiba.

Artha menoleh, lalu menatapnya. "Apa?" tanyanya.

"Aldo kenal sama kamu?" tanya Joice.

Melodi KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang