Dia memandang ke arah lautan yang luas. Hanya ada deburan ombak yang saling bersahutan.
Menurut perhitungannya, ia sudah berdiam diri selama dua jam.
Ia memegang pasir, pertama kali ia menginjakkan kaki di atas benda kecil ini, ia selalu terjatuh. Seperti bayi yang baru belajar berjalan, ia harus melangkah dengan hari - hati.
Ia memandang langit senja yang mulai menenggelamkan diri. Warna jingga yang megah mulai menghilang, tergantikan dengan hitam yang ditaburi bintang.
Ia berguling beberapa kali, rambutnya yang berantakan tidak ia pedulikan. Ia lalu memandang pada peti kayu yang tergeletak tak jauh dari bibir pantai.
Salah satu sisi terlihat di gempur ombak, ia tidak memindahkan barang sedikitpun benda yang telah menjadi pelindungnya selama ini.
Ia melihat ke atas, kedua mata lensanya mengatur diafragma agar ia dapat melihat bintang - bintang dengan lebih jelas.
"Betelgus... Spica ...."
Ia mulai menyebutkan satu persatu nama bintang yang ia ketahui.
Puas ia menghitung bintang, kakinya lalu melangkah menyusuri pantai, masih dengan langkah yang kaku.
Mencicipi aroma laut yang pertama kali ia rasakan.
Sejak ia membuka mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manu Manusia (Lite Ver)
FantascienzaSebuah robot Ai terbangun dari tidur panjangnya di tepi pantai. Selama beberapa hari ia berkeliaran tanpa tahu apa - apa, siapa dirinya dan siapa penciptanya. Hingga ia menemukan sebuah kaset radio rusak, serta dua makhluk yang seharusnya tak ada di...