PERTEMUAN

154 21 0
                                    

Sepulang sekolah Natasha beserta ke empat sahabatnya berencana pergi ke mall bersama. Kelima sahabat itu akan ke mall dengan mengendarai sepeda motor bukan mobil. Karena jumlah mereka ganjil, jadi ada salah satu dari mereka mengalah untuk sendiri. Orang itu ialah Natasha.

Ya, Natasha sendiri. Karena Fitri boncengan dengan Dessy, sedangkan Betari dengan Dindra. Jadi, mau tidak mau Natasha sendiri. Tapi tak apa, tidak menjadikan suatu masalah untuk cewek memiliki bentuk wajah bulat tetapi tidak sebulat bola.

Tiba di basement, kelima sahabat itu turun dari sepeda motor tidak lupa melepas helm dan jaket mereka. Dan tidak ketinggalan untuk merapikan rambut.

“Udah belom? Lama bener rapihin rambut.” Natasha menghela nafas menyaksikan tingkah rempong sahabatnya. Maklum, perempuan.

“Tauk, kaya mau ketemu doi aja lo berdua.” Cewek berambut gelombang sepanjang pantat, menimpali. Ia adalah Dessy.

“Enggak, ya. Maksut gue tuh, rapihin rambut biar enak gitu dilat orang.” Cewek berponi dora mengelak tidak terima atas tuduhan Dessy. Cewek terkenal keluguan-nya itu bernama Betari.

“Nah, betul tuh kata Tari.” Cewek berambut hitam sebatas bahu menimpali perlontaran Betari. Cewek paling pendiam diantara kelima itu bernama Dindra.

“Serapih apapun rambut kalian, nggak bakal bisa ngerubah wajah kalian.” Kata cewek memiliki badan paling besar diantara kelimanya. “Jelek tetap aja jelek.” Cewek terkenal dengan ucapan pedasnya itu bernama Fitri.

Natasha dan Dessy saling menatap satu sama lain. “Wanjir, hot amat tu mulut.” Timpal Natasha.

“Lagian, cuma rapihin rambut lama bener.” Fitri melipat tangan didepan dada, tidak lupa bibirnya sedikit manyun kedepan.

Dessy geleng kepala dengan tingkah satu sahabatnya, kalau bicara seenak jidatnya sendiri. “Udah, ayok! Ngapain pada berantem.” Ajaknya jalan lebih dahulu.

“Yok, let's go.” Natasha merangkul bahu Fitri. Sudah menjadi hobinya saat cewek gedut itu sedang kesal dengan Betari. Fitri justru lebih sensi dengan Betari ketimbang yang lain.

Dibelakangnya, Betari sibuk menggerutu bersama Dindra. “Temen lo tuh, mulutnya lemes amat.” Kesal Betari.

Dindra mengedik tidak terima. “Temen gue? Temen lo kali.” Ujarnya. “Orang elo yang sebangku sama dia.”

“Belakang hati-hati ya.” Peringat Natasha. Memberi kode agar mereka berdua mengecilkan volume suaranya, karena Natasha mendengar apa yang Betari dan Dindra bicarakan.
-
-
Natasha beserta sahabatnya, sudah genap satu jam berada di mall. Kelimanya masih pada posisi tangan yang sama, tidak membawa barang belanjaan satupun. Sudah menjadi kebiasaan mereka, jika ke mall hanya berputar-putar sekalian ngadem.

Biasanya mereka ke bioskop, nonton film. Tetapi hari ini, tidak ada film yang menarik bagi mereka. Jadi  selama satu jam penuh, Natasha dan sahabatnya hanya jalan dan berjalan. Melihat-lihat tanpa membeli.

“Balik, yuk. Capek! Kaki gue udah pegal.” Fitri merengek ingin cepat pulang, dan hal itu membuat Betari berdecak kesal seketika.

“Ini nih, yang gue nggak suka ngajak lo jalan.” Diantara mereka berlima, hanya Natasha yang berani mengucapkan kekesalan-nya pada Fitri. Dessy, Betari dan Dindra hanya mampu membatin dalam hati dan mengungkapkan-nya dilain hari ketika tidak ada Fitri. Sedangkan Natasha, cewek memiliki sikap acuh dan cuek itu akan mengeluarkan uneg-unegnya saat itu juga.

Fitri menghela nafas kasar. “Gue udah capek, sha.”

“Suruh siapa tadi ikut! Orang kita nggak ajak lo, lo sendiri kan yang mau.” Jika Fitri memiliki mulut ceplas-ceplos, Natasha pun juga bisa seperti itu. “Resiko dong.”

ALDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang