Hari ini adalah hari dimana Natasha resmi dipersunting laki-laki—diusianya yang masih terbilang sangat muda. Yaitu 16 tahun. Tadi pagi, Alden sudah mengucapkan ijab kabul dengan lancar tanpa sedikit kesalahan.
Setelah menjalani acara lamaran, minggu kemudian pernikahan mereka digelar. Dan hari inilah, hari yang ditunggu-tunggu.
Status Natasha sudah berubah menjadi seorang istri Alden Ananda Wicaksono.
Berdiri berjam-jam menyalami tamu undangan, membuat kaki Natasha pegal. Apalagi keadaan-nya sekarang memakai high heels, padahal sebelumnya cewek itu tidak pernah memakai sepatu dengan hak tinggi.
“Masih lama nggak sih? Capek gue.” Entah sudah yang keberapa kali, Natasha mengeluh capek, pegal, lelah dan banyak lagi.
“Mau balik? Kalau mau balik biar gue ngomong sama mama, kita istirahat duluan.” Tawar Alden.
“Terserah.” Balas Natasha.
Alden melenggang, meninggalkan Natasha sendirian dipanggung pengantin. Tidak lama. Beberapa menit kemudian, Alden datang menghampiri Natasha.
“Ayo, istirahat!” Alden mengulurkan tangan-nya.
Natasha mengambil tangan Alden, mengikuti cowok itu sampai kamar hotel. Kebetulan pernikahan mereka dilangsungkan dihotel milik orangtua Alden.
“Buruan gih, bersih-bersih!” Perintah Alden menunjuk pintu kamar mandi.
“Baju gue mana?” Natasha bertanya.
“Tuh! Dikoper.” Alden menunjuk koper menggunakan dagu.
Natasha mengambil pakaian ganti di koper, lalu masuk kedalam kamar mandi. Saat ingin melepas gaun pengantin, Natasha sedikit kesusahan karena resletingnya berada dibelakang—sulit dijangkau dengan tangan.
“Ck, gimana sih.” Rasanya Natasha ingin menangis. Dirinya ingin segera mengistirahatkan tubuhnya, dan kenapa gaunnya sulit dibuka.
Natasha membuang nafas berat. “Ya kali gue minta bantuan Alden.” Gumamnya. “Nggak ah, jadi merinding gue.”
Natasha terus berusaha membuka resleting gaun, sampai-sampai tak sadar sudah menghabiskan waktu tiga puluh menit.
“Nath, udah belum sih? Lama bener mandi lo.” Seruan Alden, membuat Natasha memutuskan keluar—meminta bantuan Alden.
Alden membulatkan mata, mulutnya mengaga lebar—melihat Natasha keluar masih menggunakan gaun pengantin. Lalu, ngapain saja cewe itu selama hampir setengah jam didalam kamar mandi.
“Ngapan masih pakai baju itu?” Tanya Alden.
Natasha meringis. “Nggak bisa buka resletingnya.”
“Kenapa nggak bilang dari tadi.” Alden menatap Natasha gemas, ia bangkit—mendekat cewek sudah berstatus sebagai istri sah-nya.
“Nggak berani.” Jawab Natasha pelan.
“Balik badan!” Perintah Alden.
Natasha memutar tubuh menghadap pintu, ia menggigit tangan—gugup.
Alden membuka resleting gaun Natasha. Baru sampai setengah jalan, Alden menelan ludah susah payah melihat punggung putih nan mulus Natasha.
“Cepetan, Al!”
Alden tersadar dari lamunan-nya, cowok itu segera menarik resleting gaun sampai bawah. “Udah. Sana masuk!”
Buru-buru Natasha menghilang dibalik pintu, terlalu malu dirinya.
Cukup membutuhkan waktu lima belas menit, Natasha keluar menggenakan baju yang berbeda.
“Mandi lima belas menit, nongkrongnya hampir sejam.” Alden bangkit—mengambil baju dikopernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEN
Novela Juvenil"Kalau seandainya pernikahan ini cukup berjalan 2 tahun gimana? Apa lo bisa turutin kemauan gue yang satu itu?" Tutur Alden. "M-maksudnya?" "Maksud gue, setelah dua tahun-" Alden menggantungkan omongannya. "Kita cerai."