D u a
Dari dulu Gantari selalu ingin punya adik, seperti Naina teman sekolahnya yang punya adik lucu bernama Kirana. Jadi saat Mama mengabarkan kalau sebentar lagi Gantari akan punya adik, Gantari tidak bisa menahan rasa bahagianya. Hari itu juga dia berlari menuju ke rumah Naina untuk mengabarkan jika sebentar lagi ibunya akan memberikannya adik kecil yang lucu.
Gantari menikmati masa-masa di mana perut mama mulai membesar. Saat melihat mama susah jalan karena harus membawa adik kecil di dalam perut, Gantari berinisiatif untuk membantu mama. Dia mencoba jadi anak yang mandiri. Pakai baju sekolah sendiri, makan sendiri, dan dia tidak pernah rewel lagi minta jajan bakso. Pokoknya Gantari tidak ingin membuat mama lelah.
"Adik kecilnya kapan keluar sih ma? Apa gak bosen di dalam perut. Perut mama kan, kecil. Pasti di sana adik sesek," protes Gantari untuk kesekian kalinya. Sepertinya sudah lama sejak pertama kali mama memberitahu jika dia punya adik kecil di dalam perut. Tapi kenapa adik kecil itu belum keluar? Gantari sudah bosan menunggu adik kecil. Apalagi sudah lama dia belum makan bakso karena tidak mau bikin Mama repot.
Mama yang saat ini sedang bersandar di sofa depan TV langsung mengelus rambut Gantari. "Sebentar lagi. Entar kalau adiknya mau keluar, mama kasih tahu deh."
Gantari memasang wajah cemberut. "Mama bilangnya itu Mulu."
Bibirnya semakin maju saat Mama malah tertawa alih-alih membujuknya. "Tari udah gak sabar banget yah ngelihat adiknya?"
Gantari mengangguk cepat. "Iyya. Tari pengen cepet-cepet bawa adik kecil main. Terus Tari mau ngajak adik kecil ke sekolahan Tari biar temen-temen percaya kalau Tari beneran punya adik kecil."
"Adik kecil mana bisa dibawa ke sekolah sayang," ucap mama sambil tertawa kecil. Mama lalu mencubit pipi Gantari gemas. "Adik kecil gak boleh dibawa jalan-jalan dulu. Kamu harus tunggu adikmu besar dulu kayak kamu biar bisa dibawa ke mana-mana."
"Kok harus nunggu lagi sih!" Kesal Gantari pada mama. Dia sudah menunggu lama untuk melihat adiknya keluar dari perut mama. Kenapa dia harus menunggu lagi untuk membawa adiknya bermain bersama.
"Tari sayang sama adik kecil gak?"
Gantari menatap wajah mama sekilas sebelum beralih ke perut mama yang buncit. Ia mengelus perut mama pelan lalu telinganya di dekatkan ke perut mama. "Adik bisa dengerin Tari gak, Ma?" Alih-alih menjawab pertanyaan mama, Gantari malah balik bertanya penasaran.
Lagi-lagi mama terkekeh kecil. "Bisa dong. Emang Tari mau ngomong apa sama adik kecil?"
Senyum lebar terbit di wajahnya yang lucu. Gantari mengelus perut mama lagi sambil membisikkan kata-kata untuk adik kecilnya.
"Tari ngomong apa? Mama mau denger juga dong."
Gantari menegakkan tubuh dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Rwhawsiyah," ucapnya terdengar tidak jelas karena tertutup oleh kedua tangan mungilnya.
"Kok rahasia sih."
"Pokoknya rahasia," Tegas gadis kecil itu setelah melepaskan bekapannya di mulutnya sendiri.
Dia lalu kembali mendekatkan wajahnya ke perut mama. Kali ini suara bisikan nya dapat didengar mama meski hanya samar-samar.
"Tari sayang adik. Gantari bakal selalu jagain adik kayak mama jagain Tari."
***
"Kamu gak terlambat?"
Gebby menatap sinis pada Gantari yang baru saja menanyakan pertanyaan itu. Hari ini dia terpaksa ikut nebeng di mobil kakaknya karena jika memaksa tetap menggunakan angkutan umum, Gebby yakin dia akan terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day You Went Away
General Fiction*** Apa yang mereka sebut sebagai penyesalan akan datang di waktu yang tidak kita duga. Gantari pikir hidupnya akan terus baik-baik saja. Dengan pemikiran itu ia memutuskan untuk menjalani hidup sesukanya. Mengikuti alur tanpa berpikir untuk memakn...