1. Kado

714 12 3
                                    

PERINGATAN!

Berisi konten LGBT.

Homophobia dan di bawah 18 tahun dilarang keras untuk membaca.
____________________________
.
.
.
.
.
.
.

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

"Ahh.. Eum.. Ahh.. Lebih da..lam...!"

Dalam pencahayaan yang minim. Suara desahan menggema di seluruh ruangan. Menciptakan suasana yang menggairahkan.

Benda berurat yang mengacung tegak itu terlihat berkilau basah oleh saliva seorang yang memainkannya sejak tadi. Tangan mungil dan lentik itu naik turun di sekujur pankalnya sesekali memainkan bola di bawahnya. Bersamaan dengan bibir kecil yang melapisi pucuk benda berurat itu menghisapnya perlahan. Menyiksa si empunya benda itu.

"Ah... Lakukan dengan keras." si empunya benda itu menggeram gemas karena permainan pemilik tangan lentik itu sangat pelan.

Tak tahan karena tak kunjung melakukan apa yang disuruh. Si penguasa mencengkram kepala tangan lentik itu. Memaksanya untuk memasukkan benda itu lebih dalam ke kerongkongannya. Memaju mundurkan kepalanya dengan tempo cepat.

"Ah.. Ahh.. Yeahh... Eghh... Aku mau keluar." racau si penguasa permainan.

Tak seperti perkataannya butuh sedikit lagi waktu untuk dia benar-benar mengeluarkan muatannya.
Hingga itu benar benar keluar di mulut si jari lentik.

"Ahh.. Ah.. Ah.. Mulutmu nikmat sekali. " dia melepaskan cengkraman di rambut si jari lentik.

Si jari lentik itupun langsung merasa lega. Dia ter engah-engah dengan cairan kental yang keluar dari mulutnya. Mengalir hingga ke dagunya. Bibirnya sedikit bergetar menahan sesuatu yang membuatnya sangat frustasi.

"Ternyata sungguh luar biasa bermain denganmu." si penguasa itu membersihkan sisa cairannya yang tercecer dengan tisu. Lalu memakai celananya.

"Sayang sekali aku tidak bis berlama-lama di sini. Tapi kurasa lain kali mungkin aku bisa merasakan lubangmu. Jadi bersiaplah..." setelah selesai memakai celananya pria itu pergi dari ruangan temaram itu. Meninggalkan si jari lentik duduk lemas di lantai di depan kursi pria tadi berada.

Hening hingga suara isakan terdengar keseluruh penjuru ruangan. Sangat menyayat siapapun yang mendengarnya.

.......

"Kau sudah datang?"

Sebuah suara menyambut kedatangan pria bersama seorang wanita yang menggandeng lengannya.

"Hai Vic..." sapa pria yang di sambut kedatangannya itu.

"Hai Adam. Dia siapa?".

"Oh. Kenalkan dia Tia. Dan Tia kenalkan dia Victor sepupuku." pria bernama Adam itu memperkenalkan keduanya.

Victor pun mengulurkan tangannya. Dan di sambut oleh Tia bersama dengan senyum indah di bibirnya.

"Bagaimana wanita secantik dirimu bisa mengenal sepupuku yang aneh itu?" kata Victor dengan penekanan pada kata 'Aneh'.

Tia sedikit terkekeh mendengarnya. "Entahlah. Kami rekan bisnis awalnya. Dan kau benar dia sedikit aneh."
Victor pun juga terkekeh.

"Aku tau itu. Setidaknya bicaralah di belakangku." kata Adam.

"Mau minum sesuatu? Wine? Aku punya beberapa yang cocok untuk mengobrol kurasa." kata Victor sembari tersenyum indah pada Tia.

"Kurasa tak masalah. Tunjukkan jalannya."

"Tunggu! Kau bilang akan memberiku hadiah kan. Aku ingin itu sekarang." kata Adam menghentikan langkah mereka berdua.

"Bukankah aku bilang akan memberikannya pada ulang tahunmu minggu depan? aku perlu waktu untuk mempersiapkan hadiahnya."

A Song In Every BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang