3. Belajar

271 10 3
                                    

PERINGATAN!

Berisi konten LGBT.

Homophobia dan di bawah 18 tahun dilarang keras untuk membaca.
____________________________
.
.
.
.
.
.
.

  Hari semakin larut. Pestanyapun telah usai rekan dan teman Adam sudah pulang semua karena mereka sudah di usir oleh Adam.
Jangan tanya kenapa.
Adam sedang murka sedari tadi dia kelimpungan mencari Rian dimana-mana.  kini hanya ada pelayan yang bersih-bersih.

"Herman!"

"Iya tuan?" sahut Herman yang berada tak jauh dari Adam.

"Suruh semua pelayan mencari. Dan periksa CCTV. " titah Adam.
Herman mengangguk dan segera menuju ke ruang kerjanya. Memeriksa CCTV.

.........

Di lain tempat Rian terbangun masih dengan posisi meringkuk telanjang di lantai. Dia tertidur sejenak setelah puas menangis.
Jam berapa ini?
Berapa lama dia tidur?

Rian mengucak matanya yang sedikit bengkak karena menangis penglihatannya juga sedikit tak nyaman. Dia baru ingat jika keadaannya sangat kacau. Jika Adam sampai menemukannya seperti ini sudah pasti bukan itu yang dia inginkan.

Rian meraih boxernya memakainya perlahan. Rasa bagian belakangnya sangat-sangat linu.
Lalu dia meraih kemejanya yang sedikit agak jauh. Pakaian itu sudah tak layak pakai bahkan dia kesulitan mencari celananya. Dengan gemetar Rian berusaha mencari seluruh pakaiannya dengan merangkak. Rian merangkak perlahan dan menggapai kemejanya memakainya sedikit cepat. Tangannya gemetar. Kancing kemejanya bahkan hilang sebagian.

"Rian......!"

Rian membulatkan matanya.

Sedangkan di luar Adam berjalan tergesah-gesah menggapai kenop pintu kamar tamu itu membukanya dengan kasar. Herman membuntuti di belakangnya.

Blam..!

Ruang temaram itu seketika terang karena cahaya dari luar pintu.
Adam berdiri mematung melihat pemandangan yang membuat syok di depannya. Wajah Adam mengeras sedangkan Rian mentap Adam dengan ekspresi terkejut. Nafas Rian memburu.

Herman yang menyaksikan itu memilih melangkah mundur sedikit menjauh ini menjadi urusan pribadi tuannya.

"A...Adam..." gumam Rian lirih.
Tapi seakan tak peduli Adam hanya diam. Berdiri di ambang pintu. 
Rian mencengkram erat kemejanya berusaha menutupi tubuhnya sebisa mungkin Rian merasa kedinginan dan itu Rian rasakan dari tatapan Adam.

Adam lalu melangkah perlahan tangannya terkepal erat. Rian merasa takut baru kali ini dia melihat Adam seperti ini.

Adam berlutut dengan satu kaki di depan Rian. Menatap Rian tajam dan tiba-tiba mengamit tangan Rian kasar.

Rian yang tak siap di tarik seperti itu bersusah payah berdiri. Pergelangan tangannya di cengkram erat oleh Adam.
Adam membawa Rian dengan emosi yang sudah di ubun-ubun. Bahkan suara protes Rian sudah tak didengar oleh Adam.
Rian berusaha mengimbangi langkah Adam. Bawah tubuhnya yang sakit berusaha dia tahan.

Di sepanjang jalan dari kamar tamu hingga ke lantai dua menuju kamar mereka Rian menggit bibirnya menahan perih dan linu di lubangnya.

Sesampainya di kamar mereka Adam membanting tangan Rian hingga Rian limbung hampir jatuh. Rian diam membekap mulut dan hidungnya tubuhnya bergetar hebat.
Sedangkan Adam menjambak rambutnya sendiri sambil membelakangin Rian.

"Apa-apaan ini Rian!" geram Adam. Suaranya menggema keseluruh kamar. Membuat Rian tersentak.

"Apa maksudnya? Berduaan di kamar dengan pria lain. Dan aku menemukanmu dengan pakaian seperti itu! Pernikahan kita bahkan belum satu hari. Dan kau sudah menghianatiku?...."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Song In Every BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang