Bab 4

21 3 0
                                    

Fasya mengendap-endap untuk bisa keluar dari rumah, karena ia tidak mungkin terus terang berpamitan kepada mamahnya, bahwa ia mau mencatat soal-soal sejarah yang ditugaskan oleh gurunya. Pasti mamahnya berfikir, kalau ia benar-benar tak memperhatikan penjelasan dari gurunya, walau pada faktanya memang benar . Ia takut mamahnya marah besar seperti saat ia bolos sekolah, dan itu sudah cukup untuk melukai hati orang yang sangat dicintainya, dan ia tak mau menyakitinya kembali.

"Assalamualaikum, Dilla ! " Teriak Fasya di depan rumah Dilla

"Dilla!" Teriaknya lagi

"Iyah!" Dari dalam Dilla menyaut

"Cepet buka pintunya" Fasya memohon
Dilla pun membukakan pintu untuk Fasya.

"Ngapain Lo, kesini malam-malam" Dilla bertanya penuh penasaran

"Aku minjem catatannya, please ! Aku belum nyatet tugas-tugas dari pak Toto " Fasya berlari ditempat, sambil memegangi tasnya

"Yampun malam-malam begini?" Dilla menatap lamat-lamat mata Fasya

"Iyah" kaki Fasya tidak berhenti bergerak, karena takut kalau-kalau hari semakin malam

"Ayok masuk " Dilla mempersilahkan masuk
"Kenapa seh harus malam-malam begini ? Gila Lo ! " Dilla menunjuk muka Fasya

"Ya mau gimana lagi, harus sekarang lah! Kalau enggak nanti aku lupa sama tugasnya, terhempas begitu saja" Fasya menjatuhkan tubuhnya ke kursi tamunya Dilla, sontak tubuhnya terlempar ke atas, karena saking empuknya tuh kursi.

"Ya kenapa harus malam-malam begini kan ?"

"Lah, kamu gak usah kepo deh , mana bukunya aku pinjem " Fasya menodongkan tangannya

Setelah Fasya selesai mencatat, bergegas ia berpamitan untuk pulang. Karena hari semakin malam, hampir mendekati jam sepuluh malam. Saat mencatat soalpun, ia sangat terburu-buru, pikirannya sudah tidak karuan, cemas jikalau ia terlambat pulang, ibunya pasti akan memarahinya lagi.
'oh tuhan, tolong jangan percepat waktunya, kalau perlu perlambat saja' keluh Fasya sambil mengendarai sepedanya. Hilir mudik kendaraan melintas disamping sepedanya, ia fokus untuk mencapai kerumah, namun saat ia menengok kearah kiri, pandangannya teralihkan, ia melihat sosok itu. Hatinya sangat berbunga-bunga sekali, rasa cemas serasa terhempas begitu saja.Fasya lalu belok kiri agar bisa melihat sosok itu dari jarak dekat, ya, sosok cowok ganteng yang pernah menyelamatkannya dari maut saat ia mau menyebrang.

Fasya membututi cowok itu sampai kedalam toko buku, bersembunyi dibalik rak-rak buku yang sudah tertata rapi. Mengintip dari celah buku, Fasya tersenyum, ia sungguh mengidam-idamkan cowok itu jadi kekasih hatinya.

Lantas cowok itu mengambil satu buah buku bercover hitam, dan dengan judul berbahasa Inggris, lalu cowok itu membayar ke kasir. Lalu keluar, memasuki mobilnya, dan meninggalkan toko buku.
Saat cowok itu sudah hilang dari pandangan, Fasya bergegas keluar lalu tersenyum lebay,

"Ganteng banget" Kedua tangannya memangku dagunya

Ia berdiri di depan toko agak lama sekitar lima menit, ia pun tersadar bahwa ia harus cepet-cepet pulang

***

" Tadi malam, kamu habis kemana ?" Tanya mamah Fasya sambil melirik sinis anaknya yang sedang menyendok telur dadar kesukaannya. Sontak saja Fasya tersedak, ia mencari-cari air putih untuk meredakannya.

"Tadi malam yah ? malam yang kapan yah mah " gugup Fasya menjawabnya

"Ya, tadi malam, inikan pagi, lah malamnya itu loh, tadi malam"

"Gak kemana-mana kok mah, dirumah saja"

"Kok sepedanya tergeletak saja di halaman, kayak habis dipakai" mata mamah Fasya melirik Fasya dengan sinisnya, berharap anaknya jujur

"Enggak kok mah, aku enggak kemana-mana" Fasya menyanggah anggapan mamahnya

"Loh, kok enggak terparkir rapi di samping rumah yah ?" Mamahnya berfikir

Fasya diam, dia bingung mau ngomong apa. Kalau terus terang, pasti mamahnya akan marah lagi, dan dia tidak mau. Dia meruntuki dirinya sendiri 'dasar bodoh' sudah tahu, jelas-jelas ibunya sangat jeli terhadap apa saja yang ia lakukan, kenapa ia ceroboh sekali meletakkan sepedanya tergeletak sembarangan. Astaghfirullahaladzim....
Fasya memukul-mukul kepalanya

"Kenapa?" Mamahnya bertanya ingin tahu, kenapa anaknya memukuli kepalanya

"Gak kenapa-kenapa kok mah "
"Yaudah yah mah, ini sudah jam enam lebih loh, aku harus berangkat sekolah. Kalau enggak nanti aku terlambat lagi kayak kemarin, dadah mamah, emuah..., emuaahh" Fasya mencium kedua pipi mamahnya, sambil memeluknya. Lalu bergegas untuk berangkat sekolah

"Loh terlambat? kapan dia terlambat?"
Mamahnya heran, tak tahu cerita sebenarnya karena yang ia simpulkan kemarin adalah anaknya bolos

"Aman" keluh Fasya yang sudah berjalan meninggalkan rumahnya

Fasya menyetop laju bisnya, semilir angin menyibak kembali rambut Fasya yang terurai. Ia tersenyum lega, karena ia berhasil menghindari dari pertanyaan mamahnya. Ia mengintip jalanan kota dari jendela, ramainya kota membuat ia jadi berkaca diri, banyak orang yang sibuk dengan pekerjaannya, ada yang jadi pedagang kaki lima, ada yang menjadi supir kendaraan umum, ada yang sedang sibuk menunggu bis di halte karena harus bekerja di kantor dan seketika itu pula raut Fasya pun berubah jadi muram, sedih memandang hidupnya sendiri yang tak tentu arah. Ia hidup ingin menjadi orang hebat, tapi perilakunya tidaklah hebat, ia malas sekali untuk belajar tapi ia ingin sekali peringkat satu.Lalu kelak ia mau jadi apa kalau sudah dewasa apakah ia akan memiliki masa depan suram

"Entahlah" Rintih suara Fasya

Bis pun melaju dengan kecepatan standar. Semilir angin yang masuk dari celah jendela tak membuat suasana gaduh didalam pikirannya membaik.




Cinta di negeri sakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang