Chapter 1

28 2 0
                                    

"Perempuan hanyalah seorang penjilat, mereka hanya ingin kesenangan semata."- Aryasatya



Ayudisa POV

Hidup di kota besar seperti ibu kota memang sangat melelahkan, apalagi aku hanya seorang pendatang yang sedang mengadu nasib.

Hi, sebelumnya perkenalkan namaku Ayudisa Dianti Gantari. Orang tuaku sudah meninggal sejak kecelakaan tempo lalu, mereka disemayamkan di kampung halaman kami yaitu di Lamongan.

Dengan bermodal ijazah SMA, aku mencoba melamar kerja disini. Alhamdulillah, saat ini aku bekerja di salah satu restoran biasa yang cukup terkenal, menjadi seorang pelayan dan aku sangat besyukur setidaknya aku bisa bekerja dan menghasilkan uang untuk kehidupan sehari-hari. Restoran ini bisa dibilang seperti cafe juga, jadi bukan hanya makanan berat yang akan kalian dapatkan di sini. Untuk sekedar nongkrong cantik dengan menikmati green tea latte sambil memikirkan si dia mungkin menarik.

"Disa, jangan lupa antarkan ini untuk meja nomor 11.", ucap Melin seperti biasa.

Oh ya, Melin ini sangat akrab denganku. Sebelum bekerja di sini aku sempat bertemu Melin, dia yang membantuku mencari kontrakan dan juga pekerjaan. Kebetulan tempat kerjanya sedang membuka lowongan pekerjaan maka aku mencoba melamar.

"Siap laksakan nyonya!", ucapku padanya seraya mengambil nampan yang harus diantarkan ke meja nomor 11.

"Selamat siang, satu hot chocolate.", sambil menaruh pesanan aku tersenyum kepada wanita cantik yang menjadi penghuni meja nomor 11 saat ini.

Ia seperti terkejut, namun kemudian tersenyum.

"Terimakasih.", senyumnya sangat manis dan cantik.

Sepertinya aku tidak asing dengan wajahnya atau mungkin dia memang sering berkunjung. Kemudian aku membalas senyumnya, memang tidak semanis dia tapi cukup manis dengan gayaku aku pikir.

"Permisi.", ucapku seraya berbalik dan menuju ke belakang untuk melanjutkan pekerjaanku.

Hari ini pegunjung sangat ramai. Aku cukup kewalahan karena ada satu temanku mendadak sakit sehingga kami sedikit kekurangan tenaga.

Jam menunjukkan pukul 22:45 dan kami baru benar-benar selesai.

"Mel, rasanya aku ingin tertidur di sini saja. Badanku remuk semua rasanya.", ucapku mengeluh pada Melin yang hanya dibalas dengan matanya yang memutar.

"Yaelah Dis, lo mau tidur di sini di mana? Di atas meja atau di lantai? Yakin deh, besok langsung disemprot sama Madam.", oh ya Madam adalah bos kami.

Namanya Dona yang biasa dipanggil Madam. Badannya sangat gendut dan bicaranya sangat tegas tapi dia sangat baik.

Akhirnya aku menyerah dan bersiap-siap untuk pulang, sungguh aku sangat lelah sekali.

*****

Author POV

Hari ini jalanan di Jakarta sangat padat, padahal setiap harinya memang padat namun hari ini kepadatan jalanan cukup membuat pikiran seorang Aryasatya Baskara Pradana Putra sangat kacau.

"Shit. Dua jam kita hanya stuck di sini saja.", umpatnya sambil menggeram tidak sabar.

Sang supir hanya diam tidak berani menjawab karena takut terkena semprotan sang macan yang sedang datang bulan.

Satu jam kemudian mobil dengan mulus mendarat di lobi salah satu gedung pencakar langit yang ada di pusat perkantoran di Jakarta.

Seorang Aryasatya turun dengan gagahnya bak pangeran dari audi berwarna hitam metalik keluaran terbaru saat ini. Seperti biasa semua yang ada di sana hanya diam dan menunduk tanpa berani melirik keindahan ciptaan Tuhan yang sedang berjalan masuk ke dalam gedung tersebut.

"Selamat pagi Pak!.", hanya sebatas itu mereka mampu berucap.

Sedangkan Sang Pangeran hanya berjalan lurus menuju besi kotak khusus yang akan mengantarkannya menuju singgasananya.

Lift berdenting di lantai 40. Aryasatya keluar dan menuju pintu yang betuliskan Presiden Direktur. Sebelumnya, sudah ada laki-laki tampan lengkap dengan tuksedo rapinya yang menyambut sang empunya ruangan.

"Selamat pagi Pak!.", ucap Reno sambil tersenyum.

Ya, Reno adalah seorang sekretaris Pangeran Tampan yang sekarang sedang menatap sebal ke arahnya.

"Kau curang! Bagaimana bisa kau sudah sampai kantor di saat jalanan begitu sangat padat hari ini?,

Aryasatya berbicara cukup mengintimidasi kepada sekretarisnya namun tidak mampu membuat lawan bicaranya merasa terintimidasi dan malah terkekeh.

"Hahaha, saya hanya ingin membuktikan ucapan saya tempo lalu Pak Arya. Meskipun saat ini status saya berubah, saya tetap tidak akan melupakan tanggung jawab saya.", ucap Reno seraya tersenyum kepada lawan bicaranya.

Aryasatya tidak menjawabnya, ia lebih memilih cuek dan masuk ke dalam ruangannya.

Reno dan Aryasatya adalah sahabat karib yang bisa dibilang tidak bisa dipisahkan. Sejak TK pertama kali mereka bertemu hingga saat ini mereka terus bersama. Saat ini sedikit beda, Reno telah melepas masa lajangnya sehingga tidak selalu menemani Arya kemana-kemana. Keputusan Reno untuk menikah membuat kaget semua orang karena mereka sempat dianggap sepasang kekasih homo karena kedekatan mereka selama ini. Aryasatya tidak menggubris pendapat itu namun berbeda dengan Reno, maka dari itu ia mempercepat keputusannya untuk menikah agar tidak ada lagi stigma seperti itu terhadap mereka. Lalu bagaimana dengan Aryasatya menanggapi perihal pernikahan? Tentunya dia tidak akan membuang-buang waktunya untuk membicarakan hal itu. Aryasatya memang tidak sedang dekat perempuan manapun saat ini. Meskipun begitu, tidak sedikit perempuan yang mendekatinya atau bahkan terang-terangan mendekatinya sekalipun.

"Perempuan hanyalah seorang penjilat, mereka hanya ingin kesenangan semata."

Begitulah yang diucapkan Aryasatya menanggapi orang-orang yang menanyakannya perihal perempuan yang sangat tidak menarik menurutnya untuk didiskusikan.

TBC...

.

Akhirnya bisa posting juga...

Jangan lupa tinggalkan jejak :)

Happy reading!

Green Tea LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang