Chapter 3

30 0 1
                                    

"...Hubungan jarak jauh mungkin sangat sulit bagi sebagian orang karena tidak setiap saatnya kita mampu bertemu dengan pasangan kita..."- Aryasatya



Ayudisa POV

Malam kali ini akan berakhir sangat panjang. Setelah insiden tadi, ketika aku menyelamatkan kucing kecil itu aku bertemu lagi dengannya. Aryasatya, ya itu namanya. Aku pikir namanya Reno, karena yang memesan green tea latte di Langit Senja siang itu atas nama Reno.

Aku manatap kucing kecil itu, aku tidak tega meninggalkannya dijalan. Dia masih sangat kecil, aku menyimpannya di dalam kardus mini saat ini dialasi kain agar hangat.

"Uang yang dikasih pria itu harus aku kembalikan, lagian aku dan kucing kecil itu tidak apa-apa. Mungkin besok aku harus menemuinya ke kantornya karena belum tentu dia akan mampir ke Langit Senja lagi.", ungkapku dan berusaha menarik selimut untuk menutupi tubuhku dan memejamkan mata.

Aku harus tidur secepatnya, ini sudah sangat larut dan aku tidak ingin terlambat untuk bekerja besok.

*****

"Ini bubur untukmu aku sudah menyiapkannya dan ini obatnya tolong diminum ya Mel, aku tidak ingin melihatmu sakit begini. Masa kau tega membiarkanku berangkat dan pulang kerja sendiri huh?.", rajukku pada Melin yang hanya dibalas dengan senyum yang dia mampu.

"Santai kali Dis, udah sana pergi cepetan nanti malah telat lagi. Pasti kok gue makan buburnya dan juga obatnya. Pokoknya telepon gue kalau misalnya ada apa-apa.", ungkap Melin selanjutnya.

Sebenarnya aku tidak tega membiarkan Melin sendiri di kontrakannya aku takut terjadi apa-apa padanya.

"Kamu juga ya Mel, pokoknya kalau ada apa-apa hubungi aku langsung.", ancamku padanya yang hanya dibalas oleh gelak tawanya yang sungguh sangat tidak merdu.

Aku berangkat menuju tempat kerjaku hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumya, karena biasanya aku berangkat dan pergi bersama Melin namun hari ini aku berangkat seorang diri. Sesampainya di Langit Senja, aku menyimpan tasku lalu mengganti bajuku dan mulai bekerja seperti biasa.

Aryasatya POV

Hari ini sungguh padat sekali, sangat bosan rasanya menghabiskan rutinitas yang cukup membuatku penat.

"Permisi Pak Arya, saya akan mengingatkan hari ini ada meeting dengan investor dari Malaysia pukul 11 nanti dan...", aku memotong ucapan Reno.

"Ah ya tolong kau siapkan bahan-bahannya Ren, aku sedang mengurus dokumen-dokumen ini sebentar dan jangan lupa pesananku ya.", sungguh aku sedang sibuk dengan ini semua mengapa dia tidak paham.

"Baik, semuanya sudah saya siapkan Pak, pesanan Bapak juga sudah saya pesankan mungkin sebentar lagi akan sampai. Sebelumnya, boleh saya melanjutkan ucapan saya tadi Pak?", ungkapnya.

"Apa?", ucapku.

"Sekitar lima menit yang lalu saya mendapat kabar dari Nona Dinda bahwa dia akan berkunjung kemari menemui anda.", ungkap Reno tegas.

Aku terdiam sejenak. 'Dinda? Mau apa dia kemari?'.

Ketika aku akan meminta Reno untuk menyampaikan pada Dinda bahwa aku sedang tidak berada di kantor, 'shit' dia sudah menghilang.

Dinda, dia sosok di masa lalu yang pernah hadir dihidupku. Kita pernah menciptakan cerita yang indah tentang kita berdua meski sangat menyiksa. Dulu aku dan Dinda pernah satu sekolah semenjak SMA, namun takdir berusaha memisahkan kita karena aku harus melanjutkan pendidikanku di Amerika dan Dinda di Indonesia. Hubungan jarak jauh mungkin sangat sulit bagi sebagian orang karena tidak setiap saatnya kita mampu bertemu dengan pasangan kita. Namun aku menjalankan itu semua dengan biasa, aku dan Dinda sudah berkomitmen untuk saling menjaga ini semua, saling percaya bahwa semua ini akan indah pada waktunya kelak. Namun ternyata semua ini tidak berjalan seperti apa yang aku bayangkan sebelumnya. Dia memilih yang lain. Aku tidak berusaha untuk mendebatnya, itu sudah pilihanya lalu aku bisa apa. Di saat semua yang kita lalui selama ini harus berakhir begitu saja karena sebuah pengkhianatan. Apapun bentuk dari pengkhianatan, apapun alasannya, aku sangat membencinya. Aku benci ketika Mama harus menangis dan terus menangis meratapi Papa yang lebih memilih orang lain daripada keluarganya sendiri. Saat ini aku memang belum bisa sepenuhnya melupakan sosok Dinda yang sudah lama mengisi hidupku, tapi sungguh rasa benci ini sangat mendominasi, aku tidak bisa melupakan Dinda berikut apa yang telah dia perbuat padaku selama ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Green Tea LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang