Us

749 125 19
                                    

Kau menangis lagi. Posisi kita masih tidak berubah sejak beberapa jam lalu aku kembali dari kantor dan kau yang menyeretku untuk maraton film. Hanya sesekali kita bergerak karena desakan panggilan alam atau ke pintu depan menemui pengantar makanan dari berbagai kedai yang kita pesan.

Kau mendusalkan kepalamu. Sepertinya sudah berkali-kali kita menonton series superhero laba-laba yang diproduksi beberapa tahun lalu itu, namun kau tetap terbawa perasaan setiap kali menontonnya. Membasahi kaos bagian perutku karena aku yang duduk dan kau berbaring dengan pahaku sebagai bantalan.

"Mark, kalau ー sakit!"

"Ulangi lagi, Lee Donghyuck."

Kau menatapku sebal sembari mengusap hidungmu yang ku cubit tadi. Mengerucutkan bibirmu lucu terlebih matamu masih berlinangan bekas air mata.

"Kalau Hyung disuruh mmeninggalkanku, sebab apapun itu, jangan mau ya."

Aku terkekeh. Apa-apaan dirimu. Selalu saja seperti ini setiap scene dimana ayah pacar si Peter Parker memintanya agar tak melibatkan si gadis dalam masalah. Membuatku terkadang heran kenapa kau begitu suka pada karakter superhero satu ini dan tidak menaruh peduli pada superhero lainnya.

"Pacarmu pekerja kantoran, bukan penyelamat kota. Lagipula siapa yang akan menyuruhku menjauhimu coba. Orang di rumahku saja sudah menganggapmu anak mereka lebih dariku dan Jeno."

Kau memeluk pinggangku semakin erat. Tanganku yang menganggur pun bertengger manis di rambutmu sekarang ini. Meski sedikit lepek, karena kau pasti langsung ke sini dari kampus dan belum mandi untuk sore hari, harum jejerukan tetap menguar kala aku menyisir jariku di sana.

"Tapi kan aku belum bertemu ibumu."

Perkataanmu menyadarkanku. Selama ini aku hanya mengenalkanmu pada ayah dan ibu tiriku. Memang mungkin ibuku tahu, karena aku sudah sering bercerita mengenaimu pada beliau. Mengirim gambar dan videomu terkadang pada sosok yang ku kasihi di seberang sana. Tapi sayang sekali waktu belum bisa membuatku memperkenalkanmu secara langsung padanya, membuatku mengesah pelan tak tahu harus bagaimana.

"Baiklah, kapan-kapan, okay?"

"Kapan-kapan bagaimana? Mengajakku nonton spiderman yang baru saja tak pernah sempat."

Aku tertawa. Astaga. Bagaimana aku baru sadar jika ajakan maraton series spiderman ini karena kau ingin mengajakku menonton di bioskop sembari berkencan seperti biasa. Terlebih aku yang mulai sibuk dengan promosi dan kau yang kadang terlalu lelah untuk bertandang karena tugas segudang menyebabkan frekuensi pertemuan kita berkurang.

"Besok malam?"

Tawarku. Kau mendongak. Menatapku sangsi seolah memertanyakan ketersediaan waktuku esok.

"Sungguh. Aku akan menjemputmu besok malam selepas aku selesai bekerja."

"Kita menonton sampai jam tayang terakhir?"

Kini aku yang mengernyitkan dahiku. Jam kerjaku selesai saat langit baru gelap, jika sampai jam tayang terakhir, atau tengah malam, itu berarti ada tiga atau empat film yang harus kami tonton.

"Kita akan menonton apapun yang ada di bioskop. Tentu saja berbeda-beda film. Setelahnya kita mencari kue beras pedas yang enak. Terus berpelukan sampai pagi lagi. Ya? Lagipula lusa akhir pekan."

dan yah...siapa aku bisa menolak kalau alasanku nanti sudah terambil olehmu.

Lalu aku hanya mengangguk mengiyakan dan memberi kecupan-kecupan kecil nan ringan di wajahmu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Loading.... [MarkHyuck]÷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang