Suatu hari di akhir musim semi.
Rungan itu penuh dengan alat-alat aneh yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Banyak komputer dan alat-alat canggih yang memenuhi tepian ruangan berbentuk persegi panjang yang berwarna putih menyilaukan. Orang-orang yang berada di dalamnya sibuk menulis berbagai laporan di map yang masing-masing mereka bawa. Beberapa tampak sedang mendiskusikan sesuatu dengan serius. Semua orang itu memakai pakaian serba putih dengan bagian lengan kiri terajut sebuah simbol yang sulit untuk dibaca karena tidak menggunakan abjad yang kebanyakan orang umum ketahui.
"Komandan sebentar lagi datang," ujar orang dengan mata yang tertutupi kaca mata lab berukuran bersar dan masker yang menutupi sebagian wajahnya.
Begitu mendengar kabar tersebut, beberapa orang langsung sibuk berlari kebagian belakang ruangan. Sedang sisa yang lain menepi di sudut-sudut ruangan. Orang yang berusaha memberikan kabar juga ikut menuju ke bagian belakang ruangan.
Tidak seperti 3 sisi ruangan lain yang dipenuhi pleh komputer atau sebuah monitor berukuran besar, di sisi ini terdapat tujuh pintu berwarna perak terbuat dari logam yang kontras dengan warna ruangan yang serba putih. Di bagian depan masing-masing pintu terdapat sebuah layar kecil yang menampilkan bar code. Serta beberapa keterangan yang menjelaskan sesuatu yang berada di balik pintu tersebut.
Pintu lab tersebut terbuka menampilkan sosok pria berkumis terbal yang memakai setelan berwarna coklat serta kain berwarna merah yang terikat di lengan atas pria tersebut. "Aku sudah menunggu hari ini sejak lama," katanya sambil tersenyum puas. "Tunjukkan padaku hasil yang kalian kerjakan selama bertahun-tahun ini."
Seseorang yang menggunakan seragam putih maju untuk mengambil sebuah alat berbentuk persegi panjang yang bening seperti kaca. Alat tersebut kemudian digunakan untuk men-scan bar code yang tertera di pintu tersebut. Tak lama kemudian alat tersebut menampilan bayangan seperti hologram yang menggantung di udara bersamaan dengan pintu logam yang terbuka. Sesosok laki-laki berbadan tegap dan kekar berdiri dari balik pintu. Matanya terbuka lebar tetapi tampak tidak bernyawa serta kosong.
Pria berkumis itu tersenyum makin lebar. "Perlihatkan padaku apa kemampuannya."
Pria bersergam putih lalu menekan-nekan alat sebening kaca itu. "Prajurit ini kami beri kode X-88. Kami menambahkan beberapa fitur baru dari percobaan sebelumnya. Ketahanannya tidak perlu diragukan lagi, kami sudah menyuntikkan serum yang membuatnya dapat berlari dengan tenaga seratus kali lebih kuat dari prajurit bintang lima, kecepatannya juga kami tingkatkan sepuluh kali dari percobaan sebelumnya. X-88 dapat bertahan tanpa suplai makanan selama tiga puluh hari, dia juga mampu mengangkat beban setara dua tank militer kita. Kami telah menanamkan chips yang memungkinkan matanya menyimpan segala informasi yang dilihatnya. Fitur tambahan lain adalah dengan menambahkan alat tracking yang lebih canggih dari yang sebelumnya. Sedangkan fitur lain hanya kami sempurnakan dan tingkatkan saja."
Komandan berkumis itu tampak sangkat puas dengan hasil kerja orang-orangnya. "Bagus. Aku ingin melihat langsung fitur baru yang ditambahkan pada X-88 ini."
Sosok prajurit X-88 ini digiring ke sebuah ruangan lain. Para peneliti dan komandan berkumis melihatnya dari balik monitor. Beberapa percobaan untuk mengetes kekuatan dengan menjatuhkan beban, atau mengukur kecerdasan, serta ditur-fitur lain dilakukan dengan berhasil.
"Luar biasa," gumam Komandan tersebut dengan senyum yang sangat lebar.
"Komandan, ada masalah lain yang perlu diselesaikan," lapor ketua tim peneliti. "Kita memiliki banyak percobaan gagal yang tidak bisa ditinggalkan di sini begitu saja. Kita juga tidak mungkin membuang mereka keluar karena mereka pasti mencurigai kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened in the Castle
Science FictionSemuanya berawal saat liburan musim panas akan dimulai. Kurang dari seminggu hidup Eva berubah. Kenyamanan yang sebelumnya ia peroleh sejak lahir sirna dalam semalam, gaun mewahnya sudah berubah sekotor lap yang biasanya ada di dapur istana, dan kin...